Mon 5-May-2025

Rasyq: Israel Alihkan Perjanjian Pertukaran Tawanan Mediator Jerman Dilematis

Minggu 31-Januari-2010

Beirut – Infopalestina: Anggota biro politik Hamas Ezzat Rasyq menegaskan lawatan kunjungan luar negeri Hamas ke sejumlah negara Arab dan Islam bertujuan menyampaikan sikap Hamas dalam banyak hal. Juga membantah kesalah pahaman sejumlah pihak terhadap sikap Hamas terhadap draft rekonsiliasi yang diajukan Mesir. Disamping itu kunjungan juga untuk mendorong terbebasnya Jalur Gaza dari blokade dan rekontruksi wilayah itu.

Dalam wawancara khusus dengan Infopalestina hari ini Kamis (28/1) Rasyq menegaskan sebagian besar pemimpin Arab bisa memahami sikap Hamas terutama soal rekonsiliasi mendukung upaya Mesir untuk mencairkan suasana internal Palestina. Bahkan sebagian pihak sudah bertindak secara riil dan Hamas menunggu hasil positif dari tindakan itu.

Rasyq menyampaikan gerakannya akan menggelar kunjungan ke Amman dan Aljazair dan juga menerima undangan resmi dari Rusia pada Februari ini.

Rekonsiliasi Palestina

Soal rekonsiliasi Palestina Rasyq menegaskan tidak ada hal baru dalam rekonsiliasi. Apalagi di tengah arogansi sikap Mesir yang enggan mempelajari kembali draftnya dengan cacatan yang diajukan Hamas. Ia menegaskan bahwa ada tekanan Mesir terhadap gerakan Hamas di dalam dan luar negeri agar mengubah sikapnya. “Pihak Mesir mengutus delegasi untuk bertemu dengan Dr. Aziz Duwaik ketua parlemen Palestina dan mengatakan “Wahai Dr. situasi kalian buruk dan akan tambah buruk bila tidak menandatangani draft rekonsiliasi” kata delegasi Mesir kepada Duwaik” tegas Rasyq.

Rasyq menegaskan sikap Hamas sudah tetap dalam menyikapi draft rekonsiliasi Mesir. Sebab catatan Hamas harus diperhatikan karena draft itu mengubah esensi sebagai masalah terutama soal komisi pemilu mahkamah pemilu PLO dan aparat keamanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Perundingan dan Dilema Sikap Abbas

Soal perundingan damai yang akan digelar lagi Rasyq menegaskan Israel ingin menciptakan mobilitas dalam tema perundingan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Israel bukanlah pihak yang menonaktifkan proses perundingan damai untuk menunjukkan kepada Amerika bahwa dirinya masih berpihak kepada perundingan damai bukan melawannya. “Namun pemerintah Israel realitasnya tidak yakin akan perundingan damai dan tidak serius. Sebab sekarang mereka membuat syarat-syarat baru dalam proses perundingan. Di antaranya daruratnya mengakui yahudisme negara Israel dan menyepakati bahwa tidak ada perundingan soal Al-Quds (Jerusalem) dalam bentuk apapun.” Tegas Rasyq.

Karenanya Abu Mazen (Mahmud Abbas) dalam kondisi dilematis. Syarat yang diajukannya agar permukiman dihentikan menjadikannya dalam kondisi dilematis. Sebab ia mengira Obama konsisten dengan sikapnya ternyata tidak.

Rasyq menegaskan jalan perundingan sudah tertutup dan penghentian permukiman tidak akan terwujud oleh siapapun Abu Mazen atau Obama sekalipun.

Perjanjian Pertukaran Tawanan

Soal perjanjian pertukaran tawanan dengan Israel Rasyq menegaskan bahwa kesepakatan yang sudah ada antara Hamas dengan mediator Jerman setelah perundingan panjang adalah sebagai berikut: dari 450 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan 270 di antaranya harus yang divonis “penjara seumur hidup” dan tahanan Tepi Barat harus diasingkan ke Gaza sebanyak antara 80 hingga 86 tahanan. “Ada dua masalah kami selama perundingan pertama syarat Hamas membebaskan Ahmad Sa’dat dan Marwan Bargoti dan sejumlah elit Hamas lainnya seperti Abbas Sayyid dan Hasan Salamah ini kemudian yang ditolak tegas oleh Israel. Kedua termasuk yang dibebaskan adalah Ahlam Tamimi dan Fayizah Sa’di dimana Israel menolak ini secara tegas. Namun kami tetap berpegang dengan syarat ini jika tidak Ahlam diganti dengan dua tahanan.

Rasyq menambahkan “Ini yang kami sampaikan kepada mediator Jerman yang kemudian disampaikan kepada elit Israel untuk dipelajari dalam Dewan Kecil Israel. Tiba-tiba kami mendapatkan jawaban dari Israel melalui mediator Jerman bahwa 86 tahanan yang seharusnya diasingkan ke Jalur Gaza jumlahnya menjadi 209 orang. Artinya semua yang seharusnya dibebaskan dari warga Tepi Barat statusnya menjadi diasingkan. Sebab yang seharusnya diasingkan hanya 46 tahanan. Ini berarti perjanjian pengasingan bukan perjanjian pertukaran. Israel juga menolak pembebasan sejumlah tokoh yang ditahan yang kita tuntut”.

Rasyq menegaskan dengan sikap ini Israel memposisikan mediator Jerman dalam posisi dilematis. Sebab yang sudah disepakati dengan mediator dengan kami di satu sisi dan yang disepakati dengan Israel membutuhkan waktu lama. Namun Israel mengurungkan dan tidak mau komitmen.

Berikut petikan wawancaranya:

* Ada upaya dari sejumlah pihak untuk menggelar kembali perundingan damai. Bagaimana Anda melihatnya. Apa sikap mereka terhadap perundingan?

Rasyq menegaskan jalan perundingan sudah tertutup. Israel tetap arogan. Israel ingin menciptakan mobilitas dalam tema perundingan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Israel bukanlah pihak yang menonaktifkan proses perundingan damai untuk menunjukkan kepada Amerika bahwa dirinya masih berpihak kepada perundingan damai bukan melawannya. Namun pemerintah Israel realitasnya tidak yakin akan perundingan damai dan tidak serius. Sebab sekarang mereka membuat syarat-syarat baru dalam proses perundingan. Di antaranya daruratnya mengakui yahudisme negara Israel dan menyepakati bahwa tidak ada perundingan soal Al-Quds (Jerusalem) dalam bentuk apapun.

Karenanya Abu Mazen (Mahmud Abbas) dalam kondisi dilematis. Syarat yang diajukannya agar permukiman dihentikan menjadikannya dalam kondisi dilematis. Sebab ia mengira Obama konsisten dengan sikapnya ternyata tidak.

Rasyq menegaskan jalan perundingan sudah tertutup dan penghentian permukiman tidak akan terwujud oleh siapapun Abu Mazen atau Obama sekalipun.

Kondisi politik Abu Mazen secara umum dan timnya serba sulit. Mereka mengakui bahwa selama 18 tahun berunding mereka sampai pada titik nol. Saya bilang “18 tahun lagi kalian akan sampai pada titik yang lebih besar”.

*Apa yang baru dalam rekonsiliasi Palestina? Adakah prakarsa yang bisa diharapkan?

** Soal rekonsiliasi Palestina Rasyq menegaskan tidak ada hal baru dalam rekonsiliasi. Apalagi di tengah arogansi sikap Mesir yang enggan mempelajari kembali draftnya dengan cacatan yang diajukan Hamas. Ia menegaskan bahwa ada tekanan Mesir terhadap gerakan Hamas di dalam dan luar negeri agar mengubah sikapnya. “Pihak Mesir mengutus delegasi untuk bertemu dengan Dr. Aziz Duwaik ketua parlemen Palestina dan mengatakan “Wahai Dr. situasi kalian buruk dan akan tambah buruk bila tidak menandatangani draft rekonsiliasi” kata delegasi Mesir kepada Duwaik” tegas Rasyq.

Dalam lawatan kunjungan kami terakhir ke negara-negara Arab kami berusaha menggulirkan proses rekonsiliasi dan mereka menyerukan kepada kami menciptakan peran Arab mendukung peran Mesir sebagai mediator.

*Soal draft rekonsiliasi Mesir apakah ada perubahan mendasar di dalamnya?

** Ya ada perubahan mendasar. Ada tiga contoh pertama soal Komisi Pemilihan Umum Pusat dan Mahkamah Pemilu berdasarkan undang-undang dasar presiden adalah yang membentuknya dan menyetujui keputusannya. Namun jika presidennya demisioner dan ada perpecahan maka piagam kesepakatan menjadi rujukan.

Setelah perundingan dan dialog panjang antara faksi-faksi semuanya sepakat membentuk dua komisi dan peran Abu Mazen hanya mengeluarkan keputusan.

Ternyata dalam draft Mesir disebutkan disana Abu Mazen meminta konsultasi memilih dan memutuskan.

Contoh kedua soal PLO sudah disepakati untuk membentuk komite sementara yang dibentuk dari faksi-faksi Palestina yang menjalankan kerja PLO hingga ada restrukturisasi PLO.

Di akhir kesepakatan terjadi notulensi konsep akhir bahwa komite itu tidak bisa dibatalkan namun konsep itu dibuang dalam draft Mesir.

Contoh ketiga masalah badan keamanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza sudah disepakati yang bunyinya “restruktrurisasi badan keamanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza”. Namun yang ada di draft rekonsiliasi Mesir dibuang kata “struktur” dari alenia. Sebab kalimat pertama menegaskan restrukturisasi badan keamanan sementara kedua meneagskan kembalinya badan keamanan seperti biasa sebelum terjadi perpecahan.

*Bisa dijelaskan lawatan kunjungan delegasi Hamas ke sejumlah negara Arab?

** Lawatan kunjungan luar negeri Hamas ke sejumlah negara Arab dan Islam bertujuan menyampaikan sikap Hamas dalam banyak hal. Juga membantah kesalah pahaman sejumlah pihak terhadap sikap Hamas terhadap draft rekonsiliasi yang diajukan Mesir. Disamping itu kunjungan juga untuk mendorong terbebasnya Jalur Gaza dari blokade dan rekontruksi wilayah itu dan membahas jalan alternatif setelah perundingan dengan Israel gagal.

Sebanarnya sebagian besar pemimpin Arab bisa memahami sikap Hamas terutama soal rekonsiliasi mendukung upaya Mesir untuk mencairkan suasana internal Palestina. Bahkan sebagian pihak sudah bertindak secara riil dan Hamas menunggu hasil positif dari tindakan itu. Bahkan ada sebagian inisiatif Arab sudah dilakukan meski belum ada hasil.

*Apakah ada kunjungan baru?

**Dalam waktu dekat kami akan berkunjung ke Amman dan Aljazair dan kami sudah mendapatkan undangan resmi dari Rusia pada Februari depan.

*Sampai dimana soal pertukaran tawanan?

** Soal perjanjian pertukaran tawanan dengan Israel Rasyq menegaskan bahwa kesepakatan yang sudah ada antara Hamas dengan mediator Jerman setelah perundingan panjang adalah sebagai berikut: dari 450 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan 270 di antaranya harus yang divonis “penjara seumur hidup” dan tahanan Tepi Barat harus diasingkan ke Gaza sebanyak antara 80 hingga 86 tahanan.

Ada dua masalah kami selama perundingan pertama syarat Hamas membebaskan Ahmad Sa’dat dan Marwan Bargoti dan sejumlah elit Hamas lainnya seperti Abbas Sayyid dan Hasan Salamah ini kemudian yang ditolak tegas oleh Israel.

Kedua termasuk yang dibebaskan adalah Ahlam Tamimi dan Fayizah Sa’di dimana Israel menolak ini secara tegas. Namun kami tetap berpegang dengan syarat ini jika tidak Ahlam diganti dengan dua tahanan.

Ini yang kami sampaikan kepada mediator Jerman yang kemudian disampaikan kepada elit Israel untuk dipelajari dalam Dewan Kecil Israel. Tiba-tiba kami mendapatkan jawaban dari Israel melalui mediator Jerman bahwa 86 tahanan yang seharusnya diasingkan ke Jalur Gaza jumlahnya menjadi 209 orang. Artinya semua yang seharusnya dibebaskan dari warga Tepi Barat statusnya menjadi diasingkan. Sebab yang seharusnya diasingkan hanya 46 tahanan. Ini berarti perjanjian pengasingan bukan perjanjian pertukaran. Israel juga menolak pembebasan sejumlah tokoh yang ditahan yang kita tuntut.

Dengan sikap ini Israel memposisikan mediator Jerman dalam posisi dilematis. Sebab yang sudah disepakati dengan mediator dengan kami di satu sisi dan yang disepakati dengan Israel membutuhkan waktu lama. Namun Israel mengurungkan dan tidak mau komitmen. (bn-bsyr)

Tautan Pendek:

Copied