Infopalestina – Laporan Khusus: Pembagian tugas bersama antara penjajah Zionis dan mereka yang bekerjasama dengannya dari para penyokong otoritas Dayton di Tepi Barat telah menambah jumlah orang-orang yang terusir dan diburu. Penjajah Zionis berusaha mengakhiri keberadaan orang Palestina yang mengusung agenda issu Palestina. Hal ini selaras dengan apa yang dilakukan otoritas Ramallah untuk mencapai tujuan yang sama meskipun harga yang harus dibayar adalah dengan mengorbankan para pemuda dan potensi yang sangat dibutuhkan Palestina lebih dari sebelumnya.
Bilal (27 tahun) sebut saja begitu adalah seorang pemuda dari sebuah
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Infopalestina Bilal menjelaskan bahwa kondisinya hingga pada kadar yang tidak tertahankan lagi. Dia mengatakan “Aku sudah tidak bisa lagi menanggung dikejar-kejar milisi (Abbas). Aku mengalami penangkapan beberapa kali. Merasakan siksaan dan hinaan yang paling pahit. Aku tetap bersabar. Setelah aku dipecat dari pekerjaan di Yayasan Amal walaupun itu bukan instansi pemerintah setelah gerakan Fatah menguasai menejeman yayasan tersebut milisi Abbas berusaha memaksaku untuk mengembalikan gaji yang aku terima dan aku gunakan dengan alasan bahwa uang tersebut (dana untuk teroris)!”
Setelah semua kejadian tersebut pikiran Bilal mulai cenderung untuk melakukan pilihan sulit. Dia memilih untuk pergi ke negara-negara Eropa setelah kondisi psikologis ekonomi dan keluarga mencapai tingkat yang “sangat sulit sekali”. Bilal yang sudah beberapa kali ditahan oleh penjajah Zionis
Dengan sedih Bilal membandingkan antara kondisi keterasingan yang dia pilih dengan konsisi yang dia alami di Tepi Barat menjelang kepergianya ke Eropa. Dia mengatakan “Sekarang saya dapat pergi ke masjid untuk menunaikan shalat tanpa ada yang mengawasi atau takut ditangkap. Saya juga bisa mengungkapkan pendapat saya dan mendukung rakyat Palestina.” Dia menambahkan bahwa ia telah berpartisipasi dalam aksi solidaritas membela orang-orang yang diblokade di Jalur Gaza di
Pada saat yang sama Bilan menegaskan kepergianya ke Eropa tidak lain hanyalah migrasi terpaksa yang bersifat sementara akibat intimidasi politik. Dia menegaskan tetap bertekad kembali ke tanah airnya. Dia berharap “situasi politik internal Palestina kembali ke kondisi normal. Penangkapan politik penangkapan penyiksaan yang dilatarbelakangi afiliasi kelompok diakhiri di Tepi Barat.”
Perlu dicatat bahwa upaya-upaya pengusiran secara paksa oleh milisi Abbas di Tepi Barat telah meningkat secara signifikan selama tiga tahun terakhir. Melalui pemburuan keamanan secara terus menerus terhadap para pendukung dan kader gerakan Hamas dan mereka yang mengusung ide perlawanan. Terjadi peningkatan aksi-aksi penyiksaan histeris yang keji terhadap pemuda-pemuda pejuang perlawanan serta pelecehan martabat dan pelanggaran privasi di penjara dan sel-sel dinas keamanan otoritas Abbas yang di bawah pengawasan langsung para perwira “CIA” seperti diuangkap sebuah laporan Barat baru-baru ini. Selain itu juga terjadi peningkatan pemecatan dari pekerjaan penutupan lembaga-lembaga social dan penyitaan dana untuk mendorong para pemuda hengkang meninggalkan tanah airnya.
Dalam pada itu para pengamat spesialis tentang masyarakat Palestina meragukan efektifitas kebijakan pengusiran seperti ini. Menurut mereka beberapa migrasi yang terjadi akibat tekanan keadaan hanya saja hal itu “tidak akan bisa sampai mejadi sebuah fenomena”. Dikarenakan komitmen orang-orang Palestina yang selalu berpegang teguh pada tanah air dan negara mereka meskipun dengan segala rintangan dan kesulitan.
Menurut para pengamat gerakan Fatah dan para pemimpinnya paling bertanggung jawab atas kejahatan pengusiran kebijakan represif dan penutupan kebebasan di Tepi Barat. Mereka menyatakan bahwa migrasi yang terjadi ini justru membantu tujuan-tujuan penjajah dalam mendeportasi sebenyak mungkin orang-orang Palestina yang meyakini perlawanan sebagai metode tetap untuk menyingkirkan penjajah (