Thu 8-May-2025

Negara Tembok Kepung Orang Palestina dan Melahap Tanah Mereka

Senin 25-Januari-2010

Tembok apartheid yang diadopsi oleh Israel saat ini masih menjadi pemandangan yang biasa dalam kehidupan orang-orang Israel. Keprihatinan keamanan rasa takut dari nasib yang tidak jelas dan pembentengan dari musuh adalah kalimat-kalimat yang dipromosikan oleh pemerintah (Israel).

Israel pun telah berubah menjadi “negara tembok” dalam beberapa tahun terakhir. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan persetujuan pemerintahnya untuk mendirikan sebuah tembok pemisah sepanjang perbatasan dengan Mesir mencapai 120 kilometer di sepanjang Semenanjung Sinai. Keputusan itu diformulasikan dengan mengatakan “tanpa dikelilingi tembok Israel akan menjadi Negara yang dihuni oleh orang-orang illegal.”

Israel juga mengadopsi model tembok di dalam pengaruhnya yaitu dengan memisahkan sejumlah komunitas pemukiman Arab di dalam wilayah Palestina dengan kota-kota Yahudi.

Secara berturut-turut pemerintah Israel mendirikan sebuah tembok yang memisahkan perkampungan Arab dengan Yahudi di kota-kota yang bercampur seperti di al Lod Ramle dan Jaffa.

Sehingga pandangan yang dominan dalam masyarakat Yahudi melihat bahwa orang-orang Arab Palestina merupakan ancaman strategis terhadap keyahudian Negara (Israel). Bahwa teori tembok merupakan senjata untuk memerangi dan menghabisi mereka dari masyarakat Israel.

Tembok Pasir

Jisrul Zarqa adalah satu-satunya desa Palestina yang masih bertahan di pantai laut. Di samping desa hanya berjarak beberapa meter jauhnya ada sebuah kota bernama Kayseri tempat kelahiran Benjamin Netanyahu. Desa Palestina dengan kota ini dipisahkan dengan tembok pasir.

Mantan Kepala Desa Jisrul Zarqa Murad Ammash mengatakan bahwa “tembok tersebut dibangun secara diam-diam pada malam hari dan kami tentang upaya mereka untuk membangun dinding tambahan dari besi. Mereka membangun tembok tersebut dengan dalih-dalih pembenaran tidak beralasan seperti untuk menghalangi suara adzan dan mencegah pencurian atau menghalangi rumah-rumah Yahudi dari rumah-rumah desa tersebut agar harganya tidak turun.”

Ammash menambahkan bahwa tembok ini melenyapkan dan menyingkirkan orang Arab menjadi tamparan aib bagi mereka yang menyetujui pendiriaannya. Dia menyatakan “Pola tembok ini telah menjadi system di dalam Israel sepanjang Negara ini membentengi dirinya dengan tembok dari luar.”

Dia menyatakan bahwa tembok ini memperluas keretakan dan memperdalam zona konflik dan benturan internal antara Arab dan Yahudi. “Bagaimana kami bisa meyakinkan anak-anak kami yang dikepung dengan tembok agar berbuat baik ramah dan hidup bertetangga dengan Yahudi?” tanyannya.

Perlu disebutkan ada pagar perbatasan yang seluruhnya terdiri dari kendaraan keamanan di sepanjang perbatasan dengan Suriah dan Lebanon dan pagar perbatasan dengan Yordania.

Demikian Jalur Gaza dikelilingi dengan pagar perbatasan yang selalu dikontrol. Sementara itu telah dibangun 510 kilometer dari 810 kilometer tembok Apartheid di Tepi Barat dan di dalam perkampungan Arab di al Quds.

Kunci Pemisah

Dalam kaitan ini Dr. Mahmud Muharib profesor ilmu politik di Universitas Al Quds mengatakan “Israel mengendalikan masalahnya dengan tembok sejak sepuluh tahun yang lalu. Pemisahan dengan Palestina dan bangsa Arab adalah kuncinya.”

Muharib mengatakan “Pola tembok ini juga diadopsi di dalam Palestina. Logika berpikir Israel berdasarkan pad aide pemisahan Arab menyingkirkan menyisihkan dan mengurung mereka dengan tembok yang dikendalikan Israel di gerbang-gerbang masuk dan keluar.”

Dia menyatakan bahwa orang-orang Yahudi sekarang tidak tahan melihat Arab atau bahkan beraur dengan mereka. Orang-orang Arab (Palestina) tersisihkan di dalam Israel dengan masyarakat melalui tembok. Dengan berbagai alasan pula mereka (Israel) membentingi diri dengan tembok dari negara-negara Arab.
Muharib mengatakan bahwa sejumlah jajak pendapat yang dilakukan sejumlah pusat penelitian akademik di Israel menunjukkan bahwa 70% dari orang-orang Yahudi menginginkan perpindahan orang Arab dari Israel. Dia mengingatkan bahwa tembok dengan efeknya yang dibawanya akan menjadi ledakan sosial.

Penulis Israel Eitan Haber di kolom yang dia tulis di harian Israel Yediot Aharonot mengatakan bahwa proyek pengelilingan Negara Israel dengan tembok ini dibarengi dengan perasaan ketakutan kehati-hatian kewaspadaan dan kecemasan padahal Negara ini dibentengi dan dikelilingi (tembok).

Haber mengatakan bahwa “setiap komunitas Yahudi yang didirikan periode mandatori Inggris dikelilingi dengan tembok pemisah dan menara kontrol. Tembok dan menara kontrol ini merupakan simbol yang paling penting dalam sejarah negara Israel.”

Aljazeera Net 23/1/2010 (asw)

Tautan Pendek:

Copied