Thu 8-May-2025

Israel Memancing Gaza ke Perang Baru

Rabu 13-Januari-2010

Gaza – Para pakar politik Palestina menegaskan bahwa eskalasi militer Israel di Gaza meningkatnya frekuensi serangan dalam beberapa hari terakhir yang bersamaan dengan ancaman serius untuk melancarkan agresi sengit dirancang untuk “memancing perlawanan untuk melakukan tindakan-tindakah yang bisa dijadikan alasan dan pembenaran oleh Zionis Israel untuk melancarkan agresi baru di Jalur Gaza.”

Para pakar itu mengatakan bahwa Israel melalui serangan-serangan baru-baru ini sedang menunggu reaksi perlawanan melancarkan tembakan roket ke pemukiman-pemukiman dan komunitas-kounitas Israel yang berdekatan dengan Jalur Gaza demi untuk membenarkan serangan sengit yang diharapkan ke Jalur Gaza.

Sekarang ini kotaGaza belum pulih dari dampak perang sengit yang menewaskan lebih dari 1400 syuhada dan 5 ribu lebih terluka awal tahun lalu. Para analis telah menegaskan perlunya keselarasan antar faksi-faksi perlawanan dan penentuan strategi respon terpadu yang sudah dikaji. Mereka juga menegaskan perlunya memperluas kerja pemukiman yang mencakup Tepi Barat dan tidak hanya di dalam Jalur Gaza saja sebagai sarana untuk memutus jalan rencana Israel.

Respons Nasional

Selama beberapa hari terakhir Israel telah meningkatkan serangannya di Jalur Gaza. Yang paling sengit terjadi pada hari Ahad (10/1) dengan melancarkan serangan udara dan artileri hingga mengakibatkan 5 warga Palestina (3 dari pejuang Brigade al Quds sayap militer Jihad Islam dan 2 warga lainnya).

Talal Okal analis dan penulis politik melhat bahwa eskalasi Israel ini “dirancang untuk memancing perlawanan di Gaza meluncurkan roket. Setelah itu pembenaran untuk melancarkan agresi sudah siap bahwa perlawanan telah memiliki roket dan peralatan militer canggih dan modern yang harus dihadapi.”
Okal mengatakan “Memang benar bahwa Israel tidak memerlukan pembenaran untuk melancarkan agresi baru di Jalur Gaza. Namun Israel memerlukan reaksi Palestina agar bisa memberikan lasan yang sesuai kepada opini publik dunia – yang bersimpati dengan Gaza – untuk melancarkan serangan ofensif baru.”

Menurutnya “Pesan Israel di balik eskalasi ini jelas. Yang harus dilakukan perlawanan di Gaza adalah membacanya dengan baik. Israel sekarang sedang mencari-cari alasan. Karena itu reaksi atas hal ini tidak dilaukan dengan fanatik dan emosi. Perlawanan pada hari-hari ini khususnya perlu memilih kondisi dan tempat yang tepat untuk merespon. Tidak harus selalu dengan roket untuk meresponnya. Semangat juang dan keteguhan adalah sebuah respon tindakan dan rekasi yang paling penting adalah respon nasional Palestina yang diukur dan bijaksana. Adanya banyak bentuk reaksi …”

Mana Tepi Barat?

Sementara itu penulis dan pakar politik Mustafa al-Sawaf mengatakan “Yang harus dilakukan kekuatan-kekuatan perlawanan Palestina adalah menentukan strategi terpadu dan harus tahu insrumen apa yang paling sesuai dalam setiap tahapan. Perlawanan yang bijaksana dan terkaji serta tujuan dan instrumen yang telah ditentuka secara tepat akan menjadi yang paling efektif dan terbaik bagi perlawanan dan warga Palestina. ”

Sawaf menyerukan kekuatan-kekuatan perlawanan agar mengembangkan kerja mereka ke Tepi Barat. “Tidak masuk akal ila sayap-sayap militer mempraktekkan perlawanannya hanya di Jalur Gaza. Sementata di Tepi Barat tidak ada perlawanan sama sekali meskipun di sana medannya lebih luas dan lebih menyakitkan bagi musuh. Kekuatan-kekuatan Palestina harus mengaktifkan perlawanan di sana dan tidak terbatas hanya di Jalur Gaza” ungkapnya.

Sawaf menyangsikan Israel akan melancarkan serangan menyeluruh terhadap Gaza. Dia lebih melihat Israel akan mengadopsi kebijakan operasi pembunuhan terencana. “Pertimbangan-pertimbangan Israel Amerika dan Arab memerlukan semacam ketenangan di kawasan ini. Namun bila Israel telah menemukan kepentingannya untuk melancarkan agresi baru di Jalur Gaza maka dia tidak akan ragu-ragu” lanjutnya.

Sumber-sumber intelijen Barat sebelumnya mengisyaratkan bahwa militer Israel akan mulai memasuki tahap akhir untuk melancarkan perang baru terhadap Gaza pada awal bulan depan.

Pintu Perlawanan Lebar

Profesor ilmu politik di Universitas Islam di Gaza Hani Basus menegaskan bahwa “ancaman penjajah tidak pernah berhenti pembicaraan tentang agresi kedua ke Jalur Gaza masih terus berlanjut. Ini artinya bahwa Israel sedang mempersiapkan diri dan bekerja untuk menciptakan opini publik internal dan eksternal perang baru ini.”

Menurtnya sangat penting bagi perlawanan Palestina untuk melakukan kesepakatan mencari respon yang sesuai terpadu dan terkoordinasi penuh untuk bergerak ke menuju tujuan-tujuannya sesuai dengan kepentingan nasional yang tinggi. Pintunya masih lebar di depan perlawanan untuk memberikan respon dengan segala metode di tempat waktu yang yang tepat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Ahad (10/1) mengencam militer Israel akan membalas dengan “kekuatan maksimum” atas setiap serangan roket atau mortir dari Jalur Gaza dan bahwa serangan balasan itu akan “mengguncang”.

Israel menuduh perlawanan di Gaza – khususnya gerakan Hamas – memiliki rudal anti pesawat dan anti tank serta roket jarak jauh.

Iron Dome

Dalam konteks indicator-indikator yang yang dipandang para pengamat menunjukkan tekad Israel untuk memulai agresi baru terhadap Gaza Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak pada Senin (11/1) pagi mengadakan pertemuan khusus dengan para arsitek yang mengembangkan sistem pertahanan Kubah Besi (Iron Dome) yang dipasang untuk menangkap roket-roket perlawanan yang ditembakkan dari Jalur Gaza.

Dalam pertemuan Barak mengatakan Hamas yang saat ini menguasai Jalur Gaza harus meninjau kembali semua langkah yang diambil terhadap Israel “sebelum kita terpaksa untuk bertindak” katanya.

Dia melanjutkan “Saya yakin beberapa hari terakhir mencerminkan ketidakmampuan Hamas untuk mengendalikan faksi-faksi yang mencoba melanggar gencatan senjata. Saya berharap agar (Hamas) memperluas kendalinya kalau tidak….” Dia tidak melanjutkan kalimat yang diucapkan dan membiarkan terbuka seakan mengisyaratkan tentang sebuah ancaman implisit dan jelas.

Menurut Barak sistem “Kubah Besi” adalah sistem darurat yang mungkin tidak bisa menangkap semua roket yang ditembakkan ke wilayah Israel. Dia menegaskan “Hal ini tidak akan menghalangi kita untuk berperang jika perlu.”

Koridor Philadelphia

Terkati dengan perkembangan ini juru bicara Hamas Mushir al-Masri memperingatkan Israel atas konsekuensi akibat pendudukanterhadap koridor Shalahuddin (Philadelphia) di Rafah wilayah selatan Jalur Gaza. Masri mengatakan “Langkah ini tidak akan menimbulkan ancaman bagi keamanan Palestina saja tetapi juga menimbulkan ancaman besar bagi keamanan nasional Mesir.”

Masri meminta adalah tindaan dalam sekala Arab dan internasional untuk menghentikan langkah eskalatif yang dilakukan pasukan penjajah Zionis Israel.

Koran “Jerusalem Post” dalam bahasa Ibrani edisi Senin (11/1) melaporkan mengutip dari seorang pejabat di militer Zionis Israel yang mengatakan bahwa Israel sedang bersiap-siap untuk menduduki kembali koridor Philadelphia yang memisahkan Mesir dan wilayah Palestina di selatan Jalur Gaza dengan dalih untuk mencegah penyelundupan senjata.

Menurut Jerusalem Post sudah dilakukan pembuatan rencana dan penyiapan satuan-satuan militer untuk mengendalikan persimpangan tersebut yang panjangnya mencapi 14 kilometer. Rencana ini sudah pernah disampaikan kepada mantan Perdana Menteri Ehud Olmert sebelum perang terakhir ke Jalur Gaza setahun lalu. (asw)

Tautan Pendek:

Copied