Abdullah Ali Ulyan
Harian Nasional Aman
Berbiacara tentang kota Al-Quds adalah berbicara dengan banyak bukti dan perasaan yang membuncah di hati setiap bangsa Arab dan kaum muslimin. Demikian juga dengan agama-agama samawi (langit) di dunia terutama karena Al-Quds saat ini tengah menjadi kota budaya bangsa Arab sebagai salah satu simbol peradaban yang membentuk kebudayaan pola fikir dan agama bagi bangsa Arab dan kaum muslimin. Ketika agama Islam menyebar maka Al-Quds ini menjadi salah satu tempat suci bagi ummat yang sangat diingikan kaum muslimin untuk menziarahi dan shalat di dalamnya. Sejumlah bukti peradaban Islam bisa dijumpai di kota tersebut yang sudah dijajah sejak tahun 1967.
Saat ini Al-Aqsha mengalami berbagai macam penodaan dari bangsa Yahudi setelah mereka mengancam akan menyerbu masjid dan mengusir kaum muslimin yang sedang itikaf di dalamnya. Seperti dialami Syaikh Raed Shalah warga Palestina jajahan 48 dan salah satu pejuang masalah Al-Quds dan Al-Aqsha. Ia ditangkap bersama sejumlah warga Palestina lainya dari dalam masjid.
Selain itu yahudisasi muncul dari aneksasi terhadap Al-Aqsha oleh wakil perdana menteri Israel Silvan Shalom yang sebelumnya mengatakan pada radio Israel bahwa pertempuran telah dimulai dengan dikuasainya Al-Quds khususnya Jabal Haikal.
Berbicara tentang keteguhan kita terhadap Al-Quds dan kedudukanya dalam Islam dan sejarah putih peradabanya sangat banyak. Akan tetapi urgensi kajian maupun penelitian tidak dapat menyelamatkan kota tersebut dari yahudisasi atau melindungi sebagian peninggalan bersejarahnyanya dari penodaan Israel sejak lebih dari empat dasa warsa.
Betul memang kita diperintahkan untuk mengukir sejarah kita melalui dokumen dan peralatan modern yang akan membantu mengungkap hakikat sejarah serta kejelasan tentang hak kita secara undang-undang maupun agama. Akan tetapi dengan kesungguhan ini serta berbagai pergerakan sebenarnya menuntut diri kira sendiri untuk melihat secara nyata kondisi riil. Namun yang mesti kita lakukan saat ini untuk Al-Quds adalah dengan memperlakukanya sebagaimana kota bangsa Arab dan Islam yang berada dalam penjajahan.
Kita dihadapkan pada berbagai usaha yang berbahaya dari Zionis yang menuntut kita melakukan gerakan politik kebudayaan dan hukum internasional secara bersamaan. Kita juga berbicara kepada dunia tentang kebenaran sejarah. Kita tampilkan sejumlah dokumen tentang kebenaran kepemilikan kita atas Al-Quds melalui seminar pameran dan pertemuan-pertemuan internasional baik sipil maupun pemerintahan untuk mengkap kebobrokan Zionis dan usahanya menghancurkan peninggalan bersejarah bangsa Arab. Disamping itu kita berupaya menampilkan hak-hak historis kita secara hukum perundangan maupun politik.
Oleh karena itu sangat urgen bagi kita merayakan hari bidaya Al-Quds sebagai ibu kota peradaban bagi bangsa Arab disamping mengungkap apa yang dilakukan Zionis di Al-Quds berupa yahudisasi yang semakin mencekik kota tersebut. Tak ragu lagi bahwa seminar akan mengungkap sebanyak mungkin perkara-perkara yang penting serta dokumen-dokumen yang langka yang semuanya menunjukan ketidak berhakkannya Zionis terhadap Al-Quds selain beberapa meter tempat ibadah mereka yang menempel di Al-Quds.
Yang paling berbahaya dari penghancuran tempat-tempat suci ummat adalah pembangunan permukiman Zionis di sekitar Al-Quds sehingga kota tersebut terkurung oleh permukiman. Disamping itu sejumlah operasi militer yang berusaha mengambil alih sejumlah milik khusus bangsa Arab dan menggusur wilayah Palestina. Padahal lembaga di Denhag pada pasal 46 menyebutkan wajib menghormati barang-barang yang dimiliki secara khusus. Tidak boleh juga mengambil alih kepemilikan khusus. Akan tetapi sebagaimana biasa Israel tak pernah menghormatinya. Ia tak pernah menghormati undang-undang maupun lembaga internasional seolah pasal 46 tadi tidak pernah mengikat mereka.
Ada sejumlah bukti yang menunjukan bahwa Israel sengaja menghancurkan ratusan rumah di Al-Quds dan membangun di atasnya gedung lain untuk berbagai tujuan. Sebagianya mereka mengambil alih bangunan tersebut tanpa uang pengganti sedikitpun. Sejumlah kecaman pun mengalir ke Israel sejak ia menjajah Al-Quds hingga sekarang. Sampai saat ini Zionis telah membangun ratusan wilayah permukiman dan menghancurkan tanah wakaf kaum muslimin kemudian merubahnya dari setatus keagamaanya. Semua yang mereka lakukan bertentangan dengan semua undang-undang internasional dan telah melanggar secara terang-terangan. Namun masyarakat internasional seperti negara-negara Barat masih menganggap Israel sebagai satu-satunya negara demokratis di kawasan. Bahkan sebagian mereka berpihak kepadanya dan menanggap apa yang dilakukan Zionis sebagai bentuk membela diri. Padahal ia adalah perampok negara dan penjajah negara lain.
Saat ini pada tahun Al-Quds sebagai ibukota budaya Arab seharusnya kita merasakan bahaya yang semakin mencekik kota tersebut. Harus ada upaya politik undang-undang dan budaya untuk melindungi identitas Al-Quds bersama peninggalan bersejarahnya. Hal ini tentu tidak bisa hanya dengan konferensi maupun seminar di dalam negeri. Kita pun tahu apa yang terjadi di Al-Quds. Yang kita inginkan gerakan ini terus membahana di seantero jagat yang secara luas menjelaskan apa yang dilakukan Zionis.
Israel telah mulai pertempuranya pad era Netanyahu untuk menghancurkan Al-Quds dan merubah peninggalan Islam. Ini buka mimpi ataupun hayalan. Gerakan ini sudah dimulai dan akan terus dilakukan hingga AL-Quds dan Al-Aqsha tidak tersisa lagi untuk ummat Islam.
Kita sebagai muslim dan bangsa Arab bertanggung jawab penuh untuk melindungi Al-Aqsha dari bahaya laten ini. Namun gerakan ini haruslah kuat dan terencana baik dari sisi politik informasi hukum dan perundangan agar kita semua dapat berperan aktif dalam menhentikan ancaman ini dan dapat melindungi Al-Quds dari bahaya Zionis yang lebih besar lagi. (asy)