Tue 6-May-2025

Permukiman Habisi Al-Quds.. dimana Bangsa Arab dan ummat Islam ?

Rabu 21-Oktober-2009

DR. Aiman Abu Nahiyah

Memperingati hari pembebasan Al-Aqsha dari tangan kaum Salib oleh penglima besar Shalahuddin Al-Ayubi kelompok Zionis yahudi justru berupaya dengan segala kekuatanya mendukung perluasan permukiman di Al-Quds dalam rangka yahudisasi dan mengusir penduduk aslinya. Mereka mempercepat proses akhir ini agar masalah al-Quds keluar dari point perundingan. Disamping berusaha untuk mengusulkan pembagian kota agar dapat menguasainya secara total sebagai ibu kota abadi bagi Israel. Rencana ini pun sebenarnya sudah mereka gulirkan sejak beberapa tahun yang lalu.

Selain itu mereka merencanakan proyek pembangunan rumah baru mencakup pembangunan 14.000 unit rumah di wilayah Wuljah sebelah tenggara Al-Quds yang akan diajukan ke kantor Manajemen Regional yang berada di departemen dalam negeri serta Otoritas Regulasi dan perencanaan kota distrik Al-Quds. Proyek ini merupakan yang terbesar dalam sejarah perluasan permukiman di Al-Quds mencakup pembangunan permukiman raksasa Zionis meliputi Maale Adumem Jell-O Besat Zev Harhuma (Jabal Abu Ganem) dan Iwan. Luas rencana permukiman diperkirakan mencapai 3000 hektar yang akan menampung 50 ribu pemukim Zionis dan sudah dipersiapkan anggaran khusus untuk itu agar mempercepat pembangunanya.

Disebutkan wilayah permukiman ini akan melampaui perbatasan dan membentuk garis perbatasan baru distrik Al-Quds hingga masuk ke sebagian besar wilayah Tepi Barat. Sementara itu sejumlah investor telah membeli beberapa wilayah secara illegal dari warga Wuljah beberapa tahun yang lalu. Sementara perusahaan yang resmi ditunjuk dalam proyek ini adalah Geveat Yael yang dipimpin Meir Davidzon mantan salah satu ketua organisasi Athirat Cohenem yang telah memukimkan warga Yahudi di sebelah timur Al-Quds.

Tidak sampai di situ wilayah permukiman baru tersebut akan menghabiskan sejumlah wilayah permukiman Arab terutama bagi rumah-rumah yang dianggap pemerintah Zionis tidak memliki izin tinggal. Dan sebagaimana diketahui wilayah tersebut merupakan “wilayah hijau” yang menurut mereka yang tidak boleh ditinggali. Oleh karena itu dipastikan pemerintah Israel akan kembali melancarkan aksi pengusiran terhadap warga Arab yang tinggal di wilayah tersebut.

Politik permukiman Zionis di al-Quds timur bertujuan membentuk proyek yahudisasi baru di kota Al-Quds sebagai salah satu kota terpenting bagi bangsa Arab dan kaum muslimin maupun kalangan Kristiani. Saat ini sudah ada 185.000 pemukim yahudi yang tinggal di Al-Quds timur selain akibat berpindahnya ribuan warga Kristiani meninggalkan wilayah tersebut. Perluasan permukiman akan terus berlangsung diiringi perubahan sejarah budaya dan peradaban kota Al-Al-Quds. Mereka telah melucuti status kearaban dan masihiyah kota tersebut.

Tinggallah dunia internasional yang berkewajiban menghentikan siasat perluasan permukiman ini. Hanya kecaman atau tuntutan tanpa sangsi yang nyata maka sulit mendesak Zionis agar mau menghentikan kejahatannya.

Apa yang terjadi di Al-Quds saat ini menggambarkan bahwa mereka tidak akan pernah setuju dengan pendirian negara Palestina berdampingan dengan Israel. Aneh sekali bila ada orang yang masih berkeyakinan bahwa pidato Netanyahu ketika menerima pemerintahanya menyiratkan seberkas perdamaian dan pendirian negara Palestina. Adapun penggalian mereka di bawah Al-Aqsha siang dan malam yang berjarak ratusan kilometer di bawah Hamamul Ain telah menyebabkan rusaknya sejumlah perumahan dan bangunan warga di wilayah tersebut. Mereka telah menggali terowongan sedalam 600 meter di bawah masjid dan wilayah Hamamul Ain di bawah pengawasan otoritas purbakala dan permukiman Zionis dalam rangka menggabungkan wilayah Silwan dan Al-Haram Al-Quds. Mereka juga telah merampungkan pembangunan 200 meter terowongan di bawahnya. Selain pembangunan lebih dari 60 rumah ibadah dekat Masjid Al-Aqsha dalam proyek yahudisasi kota Al-Quds untuk menggantikan Kota Lama milik bangsa Arab.

Melihat kenyataan ini dengan jelas kita dapat mengatakan perdamaian yang dicita-citakan akan tercapai di Timteng dan solusi konflik Arab-Israel kini tinggal harapan tidak akan pernah lahir. Ditengah berlanjutnya siasat yahudisasi Al-Quds tak satupun dari bangsa Barat yang sanggup menghukum Zionis atas semua kejahatan dan pelanggaran yang berulang-ulang terhadap rakyat dan tempat sucinya. Karena menurut mereka hal tersebut merupakan garis merah yang tidak boleh dillanggar. Seolah-olah rakyat Palestina lah yang harus menanggung semua dosa ini.

Adapun pahlawan perdamaian Presiden Amerika Barack Obama yang memberikan pengharapan kepada bangsa Arab akan lahirnya solusi bagi masalah Palestina ternyata berbuah penyesalan. Karena sejak awal ketika Obama meminta Zionis agar menghentikan siasat permukimanya mereka sudah terlebih dahulu meloby dewan senat Amerika untuk merubah politik Obama terhadap Israel.

Dan dengan kenyataan ini bangsa Barat tengah mengubah strateginya dengan membalikan al-Haq menjadi kebatilan. Mereka mulai mengusung slogal “Tidak boleh rasis terhadap Yahudi”. Adapun terkait bangsa Palestina dan tempat sucinya hasilnya seperti apa yang kita saksikan saat ini berupa provokasi yang didukung militer Zionis terhadap warga muslimin di Al-Aqsha.

Barat melihat hal tersebut sebagai hal yang biasa. Mereka membolehkan hukuman bagi yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak bangsa Yahudi tapi tidak sebaliknya. Mereka memberikan sangsi seolah mereka bertanggung jawab atas semua ini. Padahal dipastikan sebagian mereka telah mendanai sejumlah proyek perluasan di Al-Quds bersama Amerika.

Saat ini Al-Quds terancam yahudisasi sementara tidak ada satupun yang bergerak. Dunia Arab dan Islam diam seribu bahasa. Sampai kapan mereka diam dan sampai kapan siasat memancing dua kail terus dilakukan ??. (asy)

Tautan Pendek:

Copied