Kairo – infopalestina -Anggota Biro Politik Hamas Izzat Rishq menekankan bahwa penundaan dialog nasional hingga tanggal 25 Agustus nanti itu atas permintaan pihak Fatah hingga berakhirnya musyawarah nasional (munas) mereka ke-VI terlebih dulu. Ditambah faktor lain yaitu soal buntuhnya penyelesaian kasus tahanan politik di Tepi Barat.
Dalam wawancara khusus dengan infopalestina di sela-sela persiapan dan evaluasi dialog nasional baru-baru ini di Kairo Rishq menegaskan bahwa semua faksi perlawanan Palestina akan diundang dalam dialog mendatang. Bukan hanya dua kelompok besar saja Hamas dan Fatah.
Ia juga menjelaskan bahwa hal yang menghalangi terjadinya rekonsiliasi nasional adalah sikap keras Fatah dalam semua poin yang menjadi perdebatan. Khususnya mengenai tahanan politik dan keengganan untuk membebaskan mereka. Ditambah kemunduran-kemunduran yang terjadi di Fatah mengenai kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya.
Berikut wawancara lengkapnya:
Siapa yang meminta penundaan dialog hingga 25 Agustus mendatang? Dan apa tujuan dibalik itu?
Pihak mediator Mesir yang menyampaikannya karena tidak adanya kemajuan dalam soal tahanan politik dan waktu yang disediakan tidak cukup untuk mengakhirinya sebelum tanggal 25 Juli. Ditambah memang penundaan itu sebenarnya datang dari pihak Fatah yang ingin menyelesaikan dulu munas ke-VI. Terus ada kesepakatan pada dialog berikutnya semua faksi perlawanan akan diundang tidak hanya Fatah dan Hamas saja.
Azzam Ahmad (petinggi Fatah red) mengatakan bahwa Hamas lah yang menjadi penghalang terwujudnya rekonsiliasi dan mengakhiri perpecahan. Ia juga mempermisalkan Hamas seperti gengster yang menyandera bangsa. Jika bisa lepas dari para gengster itu masih tambah Azzam bangsa (Palestina) ini akan bisa merdeka. Apa tanggapan Anda?
Yang menghambat terwujudnya rekonsiliasi hingga kini adalah sikap keras Fatah dalam semua poin yang diperdebatkan. Khususnya mengenai tahanan politik dan keengganan untuk membebaskan mereka. Juga sikap mundur pada kesepatakan-kesepakatan yang diambil Fatah dalam babak-babak sebelumnya. Ini yang merupakan penghalang bagi tercapainya rekonsiliasi nasional hingga sekarang.
Sementara itu Hamas menyikapi semua babak dalam dialog itu dengan sikap positif. Saat delegasi keamanan Mesir mengunjungi pimpinan Hamas di Damaskus kami merespon semua hal yang masih menjadi ganjalan. Kami juga sempat usulkan sejumlah solusi dan jalan keluar dalam masalah tahanan soal pemilu keamanan dan komisi gabungan dalam bidang keamanan.
Sejumlah pengamat menilai bahwa ada kesamaan pandangan antara mediator Mesir dengan pandangan Hamas dalam banyak hal apakah ini benar menurut Anda?
Dalam banyak masalah kami menemukan kemunduran dari saudara-saudara kami di Fatah. Dalam soal komisi gabungan kami memiliki kesamaan dengan pihak Mesir. Ketika delegasi Mesir berkunjung ke Damaskus mereka bisa menyimpulkan bahwa Hamas memiliki keluwesan untuk mencapai kesepakatan rekonsiliasi dalam semua masalah. Namun saat delegasi ini berangkat ke Ramallah (pusat pemerintahan Mahmud Abbas red) mereka tidak menemukan keluwesan tersebut di pihak lain. Bahkan mendapatkan sikap keras ditambah tidak ada tanggapan atas usulan-usulan delegasi Mesir. Ini membuktikan ketidakseriusan Fatah yang tidak mempunyai keputusan politik. Hal ini juga yang mendorong kami bertanya-tanya seputar adanya sejumlah pihak di pengurus pusat Fatah yang ingin menghadang tercapainya rekonsiliasi yang sesungguhnya.
Delegasi Fatah menuding Hamas menghalang-halangi keikutsertaan pendukung Fatah dari Gaza untuk ikut munas ke-VI apa komentar Anda?
Mesir meminta delegasi Hamas yang ikut dalam dialog Kairo untuk mengizinkan anggota Fatah dari Gaza berangkat ke Bethlehem untuk ikut serta dalam munas Fatah ke-VI disana. Hamas tentu akan menyambut permintaan Mesir ini secara positif sambil terus memperhatikan kondisi keamanan khusus yang terjadi di Gaza. Hamas tidak akan pernah menghalangi terselenggaranya munas Fatah ke-VI.
Tidak pernah sekalipun Hamas menghalangi terselenggaranya munas Fatah. Akan tetapi sejumlah petinggi Fatah ingin mencari-cari kesalahan Hamas sehingga menjadikan munas ini tidak jadi terselenggara. Tapi coba ingin kami katakan bahwa ada sejumlah anggota Fatah yang memang diajukan ke meja hijau karena masalah keamanan. Nah orang-orang semacam ini susah untuk diizinkan ikut dalam munas. Oleh karena itu siapa saja yang mau ikut munas segera mengajukan ke pemerintahan di Gaza untuk dicarikan masalahnya. Memang ada sejumlah orang yang sudah menyampaikan permohonan secara lisan saja tapi secara tertulis hingga kini belum ada yang mengajukannya. Kami tegaskan lagi bahwa kami akan mempelajari secara serius dan positif permintaan Mesir tersebut yang meminta agar anggota Fatah bisa berangkat ke Bethlehem ikut dalam munas.
Ada yang mengatakan bahwa Fatah sengaja mengulur-ulur dialog dengan harapan jika pemilu siap dilaksanakan Hamas tidak siap mengikutinya dan bisa kalah apa pendapat Anda?
Kami pernah tegaskan kepada mediator Mesir bahwa Hamas tidak akan ikut pemilu dalam kondisi Palestina terpecah. Fatah sendiri yang tidak mampu dan tidak siap untuk mencapai kesepakatan bahkan tidak menginginkannya. Delegasi Fatah menginginkan masalah-masalah itu tidak memiliki makna dan melakukan pemilu tanpa melalui kesepakatan. Nampaknya Fatah menginginkan suatu masalah tertentu seperti apa yang dikatakan oleh Mahmud Abbas ”Kami tidak ingin kesepakatan atas apapun ayo kita lakukan pemilu. Mereka menginginkan perpanjangan dialog hingga selesainya munas Fatah ke-VI atau sampai selesainya bulan Ramadhan ini. Untuk itu kami tegaskan sekali lagi bahwa Hamas tidak takut pada hasil di tempat-tempat pemungutan suara (TPS). Kami siap untuk itu. Namun yang kami tolak adalah pelaksanaan pemilu tanpa melalui kesepakatan bersama. Ini merupakan tuntutan nasional yang disetujui oleh semua faksi perlawanan bahwa persetujuan atau kesepakatan menjadi satu-satunya bagi jalan keluar.
Kenapa Hamas tidak mengomentari pernyataan terakhir dari Faruq Qadumi. Padahal kita tahu bahwa Hamas merupakan faksi perlawanan yang sering meminta dilakukan penyelidikan atas wafatnya mendiang Presiden Yaser Arafat. Dan kini kita saksikan ada kemunduran dalam menyikapi masalah ini?
Kami yang pertama kali menuduh Israel sebagai dalang pembunuhan Arafat dengan cara meracuninya. Kami minta dilakukan penyelidikan dalam kasus ini. Namun waktu itu dan ini sangat disayangkan kami merasakan adanya ketidakseriusan Fatah dalam penyeledikan ini. Sampai pihak Otoritas Palestina (OP) sendiri tidak melakukan hal itu. Penyelewengan ini tidak beralasan dan tidak bisa diterima.
Adapun soal pernyataan Qadumi terakhir kami tidak mendapatkannya secara langsung. Karena itu masalah internal di Fatah sendiri. Tapi secara umum harus ada penyelidikan pada semua level.# (AMRais)