Wed 7-May-2025

Pertukaran Shalit: Kertas Terakhir Ehud Barak dan Livni di Pemilu

Senin 9-Februari-2009

Gaza/Jerusalem: Masalah pertukaran tahanan antara gerakan Hamas dan Zionis Israel kembali muncul dan dengan kuat di arena politik. Hal ini menegaskan kegagalan pemimpin Zionis Israel dalam agresinya terakhir ke Jalur Gaza dan memanfaatkan darah rakyat Palestina untuk merealisasikan kebutuhan-kebutuhan pemilu. Sekaligus memberi Hamas berserta faksi-faksi perlawanan Palestina ijazah kemenangan dalam perang yang berlangsung selama 23 hari yang buktikan dengan semangat juang perlawanan dan rakyat Palestina.

PM Israel Ehud Olmert bersama Menhan Ehud Barak dan Menlu Tzepi Livni telah gagal dalam aksi militer mereka mundur menghadapi gempuran perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Mereka sama sekali belum merealisasikan target-target yang mereka umumkan untuk perang. Semua itu membuat mereka mencari kertas lain yang mendukung posisi mereka dalam pemilu. Hal ini harus dilakukan setelah poling-poling di Israel menunjukan merosotnya popularitas mereka setelah gagal dalam perang Gaza. Sebaliknya popularitas Netanyahu katua partai Likud Israel semakin meningkat menjelang pemilu yang akan dilaksanakan pada 10 Februari ini.

Gilad Shalit adalah keras senjata mereka yang terakhir. Media-media Israel menukil pernyataan Menhan Israel Ehud Barak Sabtu (07/02) yang mengatakan “Israel berupaya mempercepat pembicaraan pembebasan serdadu Israel Gilad Shalit” yang ditawan faksi-faksi perlawanan di Jalur Gaza sejak tahun 2006 lalu.

Barak yang muncul di tengah-tengah kampanye Sabtu lalu itu mengatakan “Kami ingin melihat Gilad Shalit di sini. Kami bekerja untuk itu siang dan malam.” Dia menambahkan “Sudah dilakukan upaya besar untuk mempercepat proses yang akan mengembalikan Gilad Shalit dengan aman.”

Para pengawat melihat kesepakatan mendadak untuk pertukaran Shalit dengan beberapa ribu tahanan dari Hamas di penjara Israel mungkin bisa membantu Menlu Israel Tzepi Livni dan Menhan Israel Ehud Barak dalam kampanya pemilu mereka. Setelah mereka gagal merealisasikan target-target perangnya ke Jalur Gaza dan ketidakmampuan mereka dalam menghentikan roket-roket perlawanan serta pembebasan serdadu yang ditawan.

Sesuatu yang mendukung keinginan pemimpin Israel mempercepat perundingan dengan gerakan Hamas sebagaimana diberitakan medis Israel adalah apa yang dilakukan Turki yang berperasan sebagai mediator baru untuk perundingan pembebasan serdadu Israel Gilad Shalit.

Harian Israel Yedeot Aharonot dan Jerusalem Pots mengatakan bahwa sumber-sumber media Turki menegaskan utusan dari Turki saat ini sedang bersama gerakan Hamas di Suriah sedang mencari jalan pembebasan serdadu Israel dalam waktu secepat mungkit. Sumber-sumber ini menjelaskan Turki meminta dukungan Hamas soal pembebasan Shalit. PM Turki Receb Tayyib Erdogan ungkapnya menegaskan bahwa negaranya siap untuk berundingan demi mengembalikan Shalit dari tawanan.

Masuknya Turki dalam soal pembebasan Shalit ini terjadi setelah hubungan antara Israel dan Turki sempat memanas menyusul pernyataan Erdogan kepada Presiden Israel Shimon Peres dalam konferensi ekonomi dunia di Davos yang menyatakan bahwa Israel telah membunuh anak-anak dan warga sipil tak berdosa di Jalur Gaza.

Sementara Mesir saat ini masih menjadi mediator perundingan gencatan senjata jangka panjang antara gerakan Hamas dan Israel. Sekaligus memantau juga pertukaran tahanan Shalit dengan pembebasan sejumlah tahanan Palestina. Hal ini menegaskan bahwa perang Turki bertujuan mempercepat pelaksanaan pertukaran setelah mengalami kebuntuan perundingan yang dimediatori Mesir dan belum mengalami kemajuan apapun. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin Israel membutuhkan percepatan menyelamatkan muka mereka di hadapan para pemilihnya.

Di pihak lain sikap gerakan Hamas jelas. Menolak syarat-syarat yang diajukan Israel bahwa pertukaran Shalit dengan pembukaan perlintasan dan pembebasan blockade. Hamas menegaskan menolak dimasukkannya masalah pertukaran Shalit ke dalam perundingan gencatan senjata. Masalah Shalit adalah masalah pertukaran tawanan dengan tawanan. Sementara gencatan senjata dengan kopensasi pembebasan blockade dan pembukaan perlintasan-perlintasan Jalur Gaza termasuk perlintasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

Dikutip kantor berita Reuters Sabtu (07/02) Hamas menegaskan pembebasan Gilad Shalit harus ditukar dengan pembebasan 140 tahanan Palestina yang mendekam di dalam penjara-penjara Zionis Israel.

Nampaknya perundingan dan inisiatif di tingkat politik Palestina menegaskan bahwa pertempuran yang secara militer telah berakhir dengan kegagalan Israel meninggalkan pertempuran lain yang tidak kalah sengit di tingkat politik. Yaitu apa yang diisyaratkan Ketua Biro Politik Hamas Khaled Misy’al di hadapan komunitas Palestina di Sudan dia menegaskan bahwa pertempuran militer di Jalur Gaza sudah berakhir. Rakyat Palestina sedang menunggu pertempuran politik yang lebih sengit. (seto)

Tautan Pendek:

Copied