Beberapa jam kemudian setelah teriakan orang-orang lemah yang tidak berbuat apa-apa Hamid Abu Aker mengembuskan nafasnya yang terakhir. Dia berangkat dengan segala ungkapan dan ekspresi. Tidak ada yang tertinggal kecuali linangan air mata yang deras dari para mata yang sock dan terguncang akibat perang yang menggila. Perang yang telah memutuskan untuk membantai kemanusiaan tiada yang tersisa dari segala kosakata kemanusiaan.
Penderitaan keluarga Abu Aker tidak berakhir hingga di sini. Jasad Hamid tergeletak membujur kaki di hadapan mereka selama berjam-jam. Dan berjam-jam itu berubah menjadi berhari-hari. Mayat itu mulai terurai bau bangkai memenuhi tempat. Tak seorangpun berani membuka pintu sekedar untuk mendapatkan udara baru. Takut dan mengerikan!
Dengan suara yang telah kehilangan rambunya saudara perempuan Hamid menuturkan apa yang terjadi di rumah mereka yang berada di ujung utara Jalur Gaza. Dia mengatakan “Tiga hari yang lalu gempuran dahsyat menghantam rumah-rumah sekitar kami. Kami terkena sasaran salah satu mortir yang ditembakan tank-tank
Setelah meratap keras dia melanjutkan penuturannya. “Dia terus berlumuran darah tanpa henti sampai akhirnya meninggal dunia. Kami sama sekali tidak berani melihat keluar melalui jendela apalagi keluar. Itu artinya kebinasaan buat kami. Hari ini setelah tiga hari dia meninggal dunia sebuah mobil ambulan berhasil masuk ke daerah ini dan mengeluarkan mayatnya.”
Dengan rasa pedih dan sakit dia melanjutkan lagi. “Semua kata-kata tidak bisa untuk mengungkapkan kebiadaban mereka (
Dan masih banyak rumah di utara dan timur Jalur Gaza meneriakkan suara minta tolong untuk menyelamatkan korban-korban luka mereka dan mengeluarkan mayat-mayat dari keluarga mereka yang sudah meninggal. Dan ketika mobil-mobil ambulan atau Palang Merah mulai bergerak desingan-desingan peluru dan missil maut memburu di atas kepala-kepala mereka.
Seruan Keluarga Zaqut
Di salah satu siaran stasiun radio local terdengan suara Ummu Rafat Zaqut. Wanita yang tinggal bersama keluarganya di kampung Zaitun timur
Beberapa jam setelah Ummu Rafat menghubungi stasiun radio tersebut radio yang sama menyiarkan berita yang bersifat segera: seruan dari keluarga Zaqut dua orang gugur dari keluarga setelah mobil-mobil ambulan gagal sampai ke mereka dan menyelamatkan nyawa mereka.
Abu Imad Zarqah warga Palestina ini tinggal di ujung timur Jalur Gaza. Dia menceritakan salah satu kesaksian yang mengerikan. Katanya “Keluarga Sabt terdiri dari 5 orang anggota keluarga. Misil
Dengan suara berat penuh sedih Abu Imad melanjutkan “Kami tetangga mereka sama sekali tidak berani maju walau selangkah mendekati mereka. Empat hari setelah tank-tank maut
Abu Imad akhirnya tidak bisa mengendalikan diri. Dengan keras dia berteriak “Mereka pembunuh. Mereka tumbuh dengan melihat darah-darah kami dan teriakan-teriakan tersiksa kami. Mereka menembakkan misiu-misiu mautnya tanpa ampun dan belas kasihan.”
Di timur
Bocah-bocah Tanpa Dosa di Samping Mayat Ibu-ibunya
Palang Merang Internasional Kamis (08/01) mengatakan para relawan tim penolong menemukan 4 orang bocah yang sedang kelaparan. Mereka duduk di samping ibu-ibunya yang sudah tidak bernyawa. Relawan juga menemukan mayat lain di rumah-rumah yang dihancurkan pasukan militer
Dalam pernyataan yang salinannya diterima koresponen Infopalestina Palang Merah Internasional menegaskan pihaknya telah meminta jaminan lalu-lintas yang aman agar mobil-mobil ambulan bisa sampai ke kampung Zaitun ini sejak 3 Januari lalu. Namun sama sekali tidak mendapatkan izin dari militer
Menurutnya “Tim gabungan antara Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Palestina menemukan di sebuah rumah 4 orang bocah yang sedang duduk di sisi jasad ibu mereka. Mereka gemetar kondisinya sangat lemah. Sehingga untuk berdiri saja mereka tidak mampu.” Sementara itu anggota tim gabungan menemukan seorang laki-laki yang masing hidup bersama 12 jasad korban lainnya yang sudah meninggal.
Di rumah yang berbeda tim relawan menemukan 15 orang lain yang selamat dari serangan
Kepala Delegasi Palang Merah Internasional di Palestina Bayer Fitash mengatakan “Ini adalah peristiwa yang mengerikan. Dipastikan pasukan militer
Fitash menambahkan “Tembok tinggi dari tanah yang didirikan militer
Dia melanjutkan “Tim gabungan dari Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Palestina berhasil mengevakuasi 18 korban luka dan 12 lainnya yang kondisinya sangat lusuh dan kotor. Tim gabungan juga berhasil mengevakuasi dua jasad korban yang meninggal.”
Fitash mengisyaratkan Palang Merah Internasional tahu bahwa di
Sampai saat ini Palang Merah Internasional belum mendapatkan kepastian apapun dari otoritas