Al-Quds Terjajah-Infopalestina : Para pemimpin Zionis telah menabuh genderang perang terhadap Gaza ditengah perbedaan sikap dalam memandang masalah Gaza antara melancarkan serangan secara besar-besaran atau cukup melessakan roket-roketnya ke arah Gaza secara massif dalam rangka membunuhi para pemimpin Palestina. Disisi lain ketakutan akan kegagalan merambah pada setiap pemimpinnya.
Sudah banyak ancaman dari Israel untuk meningkatkan eskalasi penyerangan ke Gaza serta blokadenya terhadap wilayah tersebut. Walau mereka berbeda tentang bentuk serangan yang akan digelar. Apakah berupa serangan roket atau perang secara terbuka. Mereka dibayangi dengan ketakutan akan kekalahan terbarunya sebagaimana terjadi di Libanon kemarin.
Gaza Menjadi Target Serangan
Materi serangan ke Gaza menjadi topic perbincangan di sejumlah rapat koordinasi pemerintah Israel Ahad kemarin (21/12). Sebelumnya pemerintahan ini mendapat kecaman dari berbagai pihak terkait kebijakanya dengan politik “menahan diri”. Mereka menuntut pemerintahnya menggelar aksi pembantaian terhadap Palestina tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan ataupun tekanan dunia internasional.
Menteri Keamanan dalam negeri Israel Yuve Dikhtir misalnya tampaknya paling ekstrimis dari kalangan radikal Zionis partai Kadema. Ia lebih lantang dalam semua pernyataanya. Ia mengatakan dirinya akan memaksa pemerintahnya untuk menggelar perang terbuka pertama ke Gaza.
Gempuran Militer yang Jadi Sandaran
Laporan media Israel mengungkapkan pertemuan sejumlah menteri kemarin di Al-Quds tertumpu pada topic gempuran militer disamping memberikan interuksi kepada Kepala Staf militer Israel untuk menyiapkan serangan yang telah disiapkan sebelumnya yang bertujuan untuk mengakhiri pemerintah Hamas. Walau tersiar kabar bahwa Ehud Barak menolak melakukan rencana ini karena dikhawatirkan menanggung beban yang terlalu besar.
Sementara itu menurut pengamat militer Israel Roni Danial yang diwawancarai oleh Televisi Channel dua menegaskan keputusan untuk menyerang Gaza dan mengkahiri Hamas sudah dirancakan jauh-jauh hari sebelumnya. Namun belum juga direalisasikan karena khawatir perang ini tidak akan cuma-cuma. “Saya tidak mengungkapkan hal ini kepada anda akan tetapi waktunya sudah sangat dekat” katanya.
Di pihak lain Situs Yedeot Aharonot mengatakan pemerintah Ibrani telah memutuskan untuk memulai upaya diplomasi secara massif di dunia internasional untuk memperoleh dukungan atas rencananya yang mau menggempur Jalur Gaza.
Wakil Perdana Menteri Satu Israel Hayem Ramon berulang kali mengungkapkan ajakanya kepada pemerintahnya untuk menggelar aksi militer ke Gaza. Ia mengatakan tidak penting kembali menjajah Gaza demi untuk menjatuhkan pemerintahan Hamas. Mengakhiri pemerintahan organisasi ini di Gaza adalah keputusan setrategis yang harus diambil. Ia menganggap gencatan senjata telah menguntungkan Hamas dan melemahkan Israel secara politik maupun militer ungkapnya.
Beban Pemilu
Kabinet Kadima menuduh tokoh aliran radikal yahudi dari kelompok “Shas” Elly Yesha dan menteri perang Ehud Barak sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan dan kelemahan militernya terbukti dengan berlanjutnya tembakan roket perlawanan ke wilayah permukiman Israel yang berdekatan dengan Gaza tanpa upaya balasan. Padahal sudah dekat masa pemilu Israel.
Sementara itu Menteri Perhubungan Israel Shaol Movaz meminta Barak untuk segera mengundurkan diri dari kursi jababatanya. Karena ia tidak mau merasakan apa yang dialami rakyat Israel di bagian selatan. Barak harus bangun dari mimpinya bahwa gencatan senjata baik bagi Israel walau serdadu Giladh Shalit hingga kini masih ditahankelompok perlawanan. Barak harus melakukan sesuatu. Dan tidak ada pilihan lain selain menyerang. “Apakah kita mau menunggu hingga anak-anak kita terbunuh ??. ungkapnya.
Hamas dan Psywar
Di sisi lain menteri pekerjaan Israel Yakob Hertzog yang termasuk pengkritik Barak mengatakan pada teman-temanya bahwa gempuran ke Gaza pasti dilakukan. tinggal menunggu timingnya dari pihak-pihak terkait. Ia mengusulkan kepada teman-temanya yang suka membuat keonaran untuk menghentikan pernyataan-pernyataanya. Karena Hamas sedang mengalami Psywar (perang non fisik). Dan terbukti campur tangan kita semua dalam menekan pemerintahan untuk mengambil keputusan-keputusan yang terlalu cepat bisa menimbulkan sesuatu yang tidak kita inginkan. Ia menambahkan Hamas telah salah mengambil langkah. Ia salah tanggap terhadap situasi berkembang.
Semua Ini Menyebabkan Israel Ragu-ragu Untuk Menyerang Hamas
Berdasarkan pengamatan Alex Fishman (pengamat militer di Yedeot Aharonot) mengatakan bayang-bayang kegagalan mereka dalam perang Libanon selalu menghantui ketika mereka memutuskan untuk memulai serangan ke Gaza. Hal inilah yang menyebabkan mereka belum mengambil keputusan untuk menggelar serangan militer secara luas ke wilayah tersbut.
Dijelaskan dalam kondisi ini mungkin saja Israel masuk ke Gaza dengan berbagai cara yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun tak dapat diketahui bagaimana mereka bisa keluar dari sana. Sementara dipastikan akan terjadinya kerugiaan jiwa dari pihak Israel akibat serangan ini. Disamping akan adanya tekanan dari dunia internasional terutama bila terjadi korban dari kalangan anak-anak dan masih tetapnya tawanan serdadu Shalit di tangan perlawanan.
Ia mengisyaratkan sementara itu timbul kekhawatiran dari kalangan keamanan Zionis akan terjadinya kegagalan dalam menghentikan serangan roket perlawanan. Sebab bisa dipastikan serangan Al-Qossam sulit dihentikan dan mereka tidak akan tinggal diam.
Oleh karena itu mereka ragu-ragu menyerang
Ada sejumlah alasan yang mendukung keamanan Israel untuk menggelar seranganya ke Gaza yaitu dalam rangka menghentikan penderitaan rakyatnya yang menjadi korban serangan roket perlawanan. Disamping untuk merenovasi kerugian akibat ketakutan warganya terhadap gerakan Hamas dan untuk menghilangkan kesan bahwa militer Israel takut dengan Hamas.
Namun semua tahu sejumlah pernyataan petinggi Israel maupun pengamat politik menyiratkan kekhawatiran bila serangan ini tak dapat mencapai target yang direncanakan yaitu menghentikan roket dan menghancurkan Hamas.
Sementara itu di pihak lain DR. Faiz Abu Syamalah pakar urusan Ibrani menegaskan setelah mempelajari sejumlah sikap para pemimpin Israel dalam memutuskan serangan ini dipastikan mustahil mereka bisa menang dengan mudah menghadapi Gaza. Hal ini tergambar dari sejumlah pernyataan terbaru zionis terkait situasi politik Palestina yang telah berhasil dan mampu keluar dari sejumlah dikte mereka.
Ia mengatakan lebih jelas lagi dari sejumlah pernyataan pejabat Israel terungkap walau mereka selalu menggembar-gemborkan ancaman dan janjinya namun mereka sendiri mengakui bahwa mereka berada dalam situasi dan kondisi terbaru di Gaza. Mereka menghadapi ketangguhan para pejuang perlawanan. Mustahil mereka merealisasikan keamananya bagi penduduk di sekitar Gaza dengan cara kekerasan.
Bukti menunjukan sejumlah pemimpin Israel berupaya menggagalkan serangan militer ke Gaza. Namun mereka berusaha membela diri dari kelemahan militernya yang tidak mampu berbuat sesuatu untuk menangkis serangan roket perlawanan.
Perlawanan Siap Lakukan Semua Alternatif
Perlawanan yang dipimpin Brigade Al-Qossam berulangkali menegaskan pihaknya sudah siap menghadapi semua alternative terkait ancaman yang dilontarkan Israel. Seperti diungkapkan juru bicara Al-Qossam Abu Ubaidah mengatakan Serangan ke Gaza tidak akan jadi pelesiran bagi Israel justru akan menjadikannya sebagai kuburan bagi mereka.
Abu Ubaidah menegaskan serangan roket Israel ke Gaza tidak akan dapat menghentikan roket-roket perlawana yang akan melessat dengan kuatnya membalas setiap serangan Israel. Al-Qossam menyerukan Israel agar mengambil pelajaran dari serangan-serangan sebelumnya yang selalu gagal dalam menghentikan perlawanan dan aksi-aksinya. (asy)