Tue 6-May-2025

Tidak Perpanjang Gencatan Faksi Palestina Kendalikan Aturan Main dengan Israel

Minggu 21-Desember-2008

Gaza – Infopalestina: Para pengamat menilai bahwa keputusan faksi-faksi perlawanan Palestina di Jalur Gaza yang menolak memperpanjang gencatan senjata dengan Israel yang berakhir kemarin Jumat (19/12) secaa resmi setelah enam bulan berjalan sebagai sebuah sikap yang mencerminkan kekuatan posisioningnya. Berbeda dengan kondisi di pihak Israel atau tim Ramallah yang justru berada dalam dilematis.

Para pengamat juga menegaskan faksi-faksi perlawanan Palestina terutama Hamas dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya kini lebih mampu mengendalikan Israel baik dengan gencatan senjata atau dengan perang tanding. Tentu pengendalian ini sesuai dengan kepentingan nasional rakyat Palestina dan ‘mengambil kartu’ dari tangan Israel.

Harian Israel Yediot Aharonot menyebutkan dalam kolom analisis politiknya yang ditulis oleh Ilyaks Vishman edisi Kamis (18/12) bahwa faksi-faksi perlawanan Palestina makin bisa menjadi pihak yang mengendalikan keadaan. Ia mengisyaratkan keputusan gerakan Hamas membuat system dan aturan permainan baru dengan Israel sejak habisnya gencatan senjata. Justru Israel yang terbawa dengan keputusan Hamas yang seharusnya menghancurkan aturan permaian baru tersebut.

Padahal Israel mengininkan – sesuai dengan keputusan keamanan dan militer – agar dilanjutkan gencatan senjata sesuai dengan syarat Israel yang tidak mengharuskan membuka perlintasan dan mengakhiri blockade karena kondisi pemilihan umumnya. Disamping itu Israel juga khawatir jika operasi militer besar-besarannya akan menimbulkan kerugian besar seperti yang pernah dialami dalam perang Libanon tahun 2006.

Hal ini disampaikan oleh Menhan Israel Ehud Barack yang berharap gencatan senjata terus dilanjutkan sehari sebelum berakhirnya masanya. “Jika stabilitas terjaga maka Israel akan berusaha menjaganya. Jika gencatan senjata hancur maka Israel akan bergerakan” tukas Ehud.

Keputusan faksi-faksi perlawanan Palestina dilakukan di Jalur Gaza pada Kamis sore dengan dukungan public yang luas di Palestina. Mereka diwakili oleh Hamas Jihad Islami Front Rakyat dan Demokrasi dan Batalion Alawiyah Nasher Shalahuddin yang mendukung tidak dilanjutkan gencatan senjata. Prakarsan Nasional Palestina melalui sekjennya Mustafa Barguthi menuding Israel bertanggungjawab atas berakhirnya gencatan senjata karena pelanggaran mereka berkali-kali terhadap syarar-syarat yang ada. Keputusan ini tidak diambil sendiri secara sepihak oleh Hamas namun berdasarkan kesepakatan dengan faksi-faksi Palestina.

Israel masih tarik ulur

Sementara Israel secara resmi terbelah menjadi dua kubu soal gencatan senjata. Sebagian pihak mendukung dilanjutkan gencatan senjata untuk kepentingan pemerintah penjajah Israel. Kubu kedua mendukung perang militer secara besar-besaran terhadap Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina sebagai sikap tegas menghadapi serangan roket Palestina ke arah Israel.

Kubu kedua ini didukung oleh Livni Menlu Israel. Sebab jika dibiarkan roket-roket Palestina menyerang Israel maka itu mengesankan bahwa Israel mengakui Hamas.

OP minta perundingan

Sementara itu pihak Otoritas Palestina di Ramallah yang dipimpin oleh Mahmod Abbas meminta dilanjutkan gencatan senjata sebagai jika diakhiri akan menambah penderitaan rakyat Palestina.

Sikap ini berbeda jauh dengan sikap faksi-faksi perlawanan Palestina. Ramallah terus ingin gencatan senjata meski Israel tidak berhenti melakukan kejahatannya. Ramallah ingin terus melakukan perundingan meski tidak pernah berhasil dan selalu gagal.

Namun pihak yang berbeda dengan sikap Abbas bukan saja dari Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina. Sejumlah tokoh di gerakan Fatah seperti Ibrahim Abu Naja yang menyerukan agar menilai kembali gencatan senjata yang menjadi beban bagi Palestina dan hanya dimanfaatkan oleh penjajah Israel.

Kuda-kuda Hamas

Dalam laporan yang ditulis oleh Ilyaks Vishman dalam harian Yediot Aharonot bahwa kuda-kuda perang sudah dilepas dan Hamas menyempurnakannya dengan membentuk sayap strategi jangka panjang dan membuat system pertahanan di Gaza serta memperkuat system terowongan sebagai system pertahanan yang melebihi perlintasan.

Ia mengatakan bahwa yang membuat murka sebenarnya adalah karena Palestina mengetahui bahwa Israel tidak akan menyerang Jalur Gaza dalam jangka pendek. Mereka percaya bahwa Israel bisa menahan diri tidak menyerang Jalur Gaza secara besar-besaran. Bahkan Palestina menyerang Israel dengan 25 roket tukas Vishman geram. (bn-bsyr)

Tautan Pendek:

Copied