Gaza – Infopalestina: Menyusul akan berakhirnya masa gencatan senjata dengan penjajah Zionis Israel Jum’at (19/12) faksi-faksi perlawanan Palestina menunjukan kesiapannya secara penuh untuk menghadapi penolakan perpanjangan gencatan senjata setelah pihak penjajah Zionis Israel sama sekali tidak komirmen dengan syarat-syarat yang harus dilaksanakan demi terealisasinya gencatan senjata bahkan semakin banyak melakukan pelanggaran pada hari-hari terakhir.
Para pemimpin dan jurubicara sayap militer faksi-faksi perlawanan Palestina sepakat bahwa apapun aksi militer yang dilakukan Zionis Israel terhadap Jalur Gaza tidak akan berhasil merealisasikan target yang diinginkan. Mereka mengancam akan menghadapi upaya agresi apapun yang dilakukan Zionis Israel dengan sengenap keyakinan kekuatan dan semangat juang.
Jurubicara al Qassam Abu Ubaidah menegaskan perlawanan Palestina siap untuk menghadapi apapun agresi dan eskalasi militer Zionis Israel yang mungkin terjadi. Dia menegaskan bahwa Brigade al Qassam dalam melakukan perlawanan tidak hanya merespon aksi-aksi Israel semata sesuai apa yang terjadi sesaat.
Abu Ubaidah mengatakan “Perlawanan Palestina siap untuk menghadapi agresi apapun yang mungkin terjadi. Kami dalam melakukan perlawanan tidak hanya melakukan respon dan sesuai dengan peristiwa sesaat. Kesiapan kami tidak terkait hanya dengan berakhirnya gencatan. Namun kami siap penuh menghadapi segala kekuatan – sesuai dengan potensi yang ada – baik sebelum gencatan saat gencatan ataupun setelah gencatan.”
Mengenai ancaman Zionis Israel melancarkan aksi militer ke Jalur Gaza Abu Ubaidah mengatakan “Kami tidak menyangsikan apapun pada penjajah. Karena dia adalah musuh yang amat membenci kami. Sifat ini akan tetap melekat padanya. Penjajah Zionis tidak akan menjadi sahabat bagi rakyat kami. Untuk itu kami tidak menggantungkap pada apa yang dikatakan para pemimpin musuh agar kami hanya focus pada praktek-praktek di lapangan.
Brigade al Qassam menegaskan bahwa pasukan penjajah Zionis Israel telah melakukan pelanggaran gencatan senjata sebanyak 185 kali. Sementara Brigade al Qassam membalasnya 170 kali. Sebanyak 38 Israel terluka.
Al Qassam menjelaskan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel mencakup serangan terhadap warga yang mengakibatkan sejumlah warga gugur dan yang lainnya terluka. Demikian juga mencakup aksi-aksi penculikan sejumlah warga di antaranya para nelayan aktivis solidaritas asing dan para petani. Pelanggaran Israel juga mencakup penutupan secara terus menerus 30% pelintasan ditambah aksi-aksi infiltrasi militer berkali-kali di dalam wilayah Jalur Gaza.
Laporan al Qassam ini mengatakan jumlah korban akibat terkena tembakan pasukan Zionis Israel sebanyak 21 syuhada 53 terluka dan 38 ditahan. Aksi infiltran militer Israel di wilayah Jalur Gaza sebanyak 15 kali. 51 kasus penutupan pelintasan. Ditambah aksi serangan kapal perang Israel ke warga Palestina sebanyak 42 kali. Pasukan Israel menyerang para petani sebanyak 19 kali dan menyerang wilayah dan target 20 kali.
Al Qassam menyebutkan selama gencatan senjata pihaknya telah mempersembahkan 10 syuhada yang gugur menjadi target serangan Israel. Al Qassam menjelaskan pihaknya membalas pelanggaran Israel ini dengan menembakan 98 mortir 60 roket Qassam 5 roket Grad dan meledakan 4 bom selain terlika dua kali baku senjata dan menembak serdadu Israel. Aksi balasan atas pelanggaran gencatan ini mengakibatkan 38 orang Israel terluka.
Mengenai keraguan Israel mengambil keputusan melakukan pendudukan terhadap Jalur Gaza Abu Ubaidah menambahkan “Sebabnya jelas. Siapapun pemimpin militer atau pemimpin politik Israel tidak bisa membawa hasil keputusan besar menduduki Jalur Gaza. Apalagi pengalaman kekalahan dan kegagalan masuk mengalir di hadapan mereka. Mereka mengetahui betul bahwa apapun aksi militer baru ke Jalur Gaza tidak akan merealisasikan tujuan yang digariskan. Dengan segala logistic dan persenjataan yang dimiliki mereka hari ini tidak mampu menghadapi para pejuang Gaza.”
Petinggi Brigade Nasher Shalahuddin Muhammad Abdul Al “Abu Ubair” menegaskan bahwa perlawanan Palestina tidak mendapatkan manfaat gencatan senjata dengan penjajah Zionis Israel. Dia menegaskan tidak ada artinya gencatan senjata setelah 19 Desember ini dan penjajah bertanggung jawab penuh atas akibatnya.
Abu Ubair mengatakan “Brigade Shalahuddin telah melakukan maneuver militer di kotaGaza. Untuk menegaskan bahwa brigade telah siap penuh menghadapi agresi apapun yang mungkin terjadi terhadap Jalur Gaza.”
Sementara itu Brigade Martir al Quds sayap militer gerakan Jihad Islam juga menegaskan kesiapan perlawanan Palestina menghadapi berakhirnya gencatan ini. Dia menegaskan “Perlawanan Palestina tidak mungkin komitmen dengan gencatan selama penjajah Israel menghancurkan realisasinya. Untuk itu Israel aman di perlawanan dan pos-posnya. Sementara rakyat Palestina menjadi korban pembantaian di Jalur Gaza dan Tepi Barat.” (seto)