Tue 6-May-2025

Pro-Kontra Ancaman Pendudukan Kembali Gaza Cermin Kebingungan Israel

Kamis 27-November-2008

Gaza – Infopalestina: Para pengamat Palestina menilai rencana aksi militer meluas terhadap Jalur Gaza atau pendudukan kembali secara militer atau gerakan untuk mengakhiri pemerintah Hamas di sana nampak lemah atau hampil tidak ada. Meski banyak seruan yang berupaya mendorong ke arah ini di kalangan pejabat politik dan militer Israel belakangan ini.

Para pengamat mengaitkan kemungkinan ini dengan beberapa sebab. Pertama berkaitan dengan kondisi internal entitas Zionis Israel yang berkaitan dengan pemilu adanya pandangan yang saling berlawanan seputar aksi militer dan kecaman orang yang memobilisasi. Kedua berkaitan dengan perkembagan kemampuan perlawanan yang dibangun pada tiga tahun terakhir serta pengalaman pihak penjajah Israel sebelumnya yang mengetahui kerugian yang akan dialami pada saat melakukan aksi pendudukan Jalur Gaza. Ketiga kekhawatiran buruknya prediksi pada periode setelah aksi pendudukan meluas terhadap Jalur Gaza atau penggantian pemerintahan Hamas serta kekosongan yang bisa mengakibatkan dampak yang tidak terduga atas Israel.

Pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan pucuk pimpinan militer Israel belakangan menunjukan kecenderungan jelas untuk melanjutkan gencatan senjata dengan faksi-faksi Palestina. Yang dibarengi dengan kekhawatirannya melakukan aksi militer meluas terhadap Jalur Gaza dengan memberikan sejumlah alasan kepada public Israel. Dalam pernyataan pers 15/11 Menhan Israel Ehud Barak mengatakan “Saya sangsi militer melancarkan serangan meluas untuk menghentikan jatuhnya roket (perlawanan) pada saat sekarang ini. Namun ketidak datang waktunya bisa jadi kita membutuhkan serangan meluas.” Menurutnya keputusan untuk melancarkan serangan militer justru mendatangkan bahaya bagi keamanan Israel.

Pernyataan senada dia ungkapkan saat mengunjungi pemukiman Yahudi Sedirot yang didampingi Menlu Inggris David Miliband 17/11. Barak mengklaim militer Israel siap untuk melakukan aksi militer di Jalur Gaza namun dia menegaskan aksi semacam ini tidak akan dilaksanakan kecuali setelah kondisinya tepat untuk itu.

Merespon seruan para menteri pemerintah Israel untuk mendorong dilakukannya serangan meluas dan pendudukan kembali atas Jalur Gaza para petinggi angkatan bersenjata Israel melancarkan kecaman terhadap mereka dan meminta menghentikan pernyataan-pernyataan seperti itu. “Karena hal itu mendorong gerakan Hamas untuk melanggar gencatan senjata” ungkapnya.

Seperti disebutkan harian Israel Ha’aret 17/11 para petinggi angkatan bersenjata Israel melancarkan kecaman kepada sejumlah menteri Israel seperti Hayem Ramon Ely Yushe dan Ravi Eitan yang menyerukan pendudukan kembali Jalur Gaza serta Shaul Mofaz yang menyerukan operasi pembunuhan terhadap para petinggi gerakan Hamas.

Ha’aretz menyebutkan bahwa Menhan Ehud Barak dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Gabi Eshkenazi saat ini lebih memilih menahan diri dari melakukan aksi militer meluas terhadap Jalur Gaza. Para petinggi militer juga mengungkapkan kekhawatirannya dari sebagian politikus Israel yang berupaya menyeret militer ke dalam perdebatan politik. Pernyataan-pernyataan para pejabat politik tersebut dinilai akan mendorong gerakan Hamas melakukan eskalasi serangan roketnya.

Perlawanan Palestina menilai eskalasi militer yang dilakukan Israel dalam beberapa waktu terakhir sangat erat kaitannya dengan kepentingan internal Israel mendekati masa pemilu dan untuk memperbaiki kesempatan partai-partai Israel dan para pejabat Israel dalam pemulu dini. Tokoh penting gerakan Hamas Dr. Mahmud Zehar menegaskan eskalasi militer Israel belakangan sebabnya adalah perselisihan internal antara petinggi partai dan militer bersamaan dengan dekatnya pemilu dini di Israel. “Dengan agresi ke Jalur Gaza para pemimpin Israel ingin membangun masa depan politik dengan mengorbankan rakyat Palestina” imbuhnya.

Jurubicara Fraksi Hamas di Parlemen Palestina Dr. Shaleh Bardawil melihat bahwa eskalasi militer Israel terakhir ke Jalur Gaza pernyataan para pemimpin Israel untuk mengakhiri Hamas dan melancarkan serangan meluas terhadap Jalur Gaza serta upaya memainkan masalah gencatan senjata adalah untuk menguji sejauh mana kesiapan perlawanan dan kemampuannya untuk membalas. Selain sebagai upaya penjajah Israel untuk memasarkan dirinya dalam pemilu di hadapan rakyatnya.

Sementara itu Brigade al Qassam sayap militer gerakah Hamas menegaskan bahwa ancaman dan seruan para pemimpin Israel untuk melaksanakan agresi meluas di Jalur Gaza tidak lain adalah upaya Israel untuk menghibur diri mereka dan rakyatnya yang pengecut. Yaitu setelah pesan roket yang dikirim perlawanan Palestina belakangan.

Jurubicara al Qassam Abu Ubaidah Selasa (18/11) menegaskan “Inti dari pesan al Qassam adalah bahwa kami siap membalikkan gencatan senjata di atas kepala Zionis Israel. Kami tidak meneriakan gencatan ini dan tidak akan menyesal apabila penjajah Israel menghancurkannya.”

Shaleh Bardawil mengatakan “Bila Israel memutuskan keluar dari gencatan senjata maka kami tidak akan menyesal dan kami akan terjun dalam pertempuran baru dengan penjajah. Pemerintah Israel dan militernya akan tahu bahwasanya tidak ada alasan untuk tidak menyerah pada persyaratan perlawanan prinsip dan hak-hak bangsa Palestina.”

Sementara itu para pengamat meyakini bahwa pernyataan-pernyataan Israel yang menyerukan pemberangusan Hamas secara militer dan serangan meluas atas Jalur Gaza serta pernyataan-pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan itu baik pada tingkat politik militer dan media mencerminkan kebingungan entitas Zionis Israel dan kegagalannya menghancurkan kehendak Hamas setelah selama satu setengah tahun berhasil mengendalikan Jalur Gaza secara militer baik dengan mengakhiri pemerintahan Hamas atau memaksanya mengikuti syarat-syaratnya agar mengakui legalitas penjajah Israel. Pernyataan-pernyataan itu juga cermin kegagalan Israel menghancurkan tekad rakyat Palestina yang diblokade di Jalur Gaza dan menghentikan aktivitas perlawanan serta ancamannya terhadap fron internal Israel.

Para pengamat menilai mayoritas di Israel akan mendukung perpanjangan gencatan karena kondisi kebingungan dan kelemahan yang terjadi di kalangan pejabat politik dan militer Israel sebagaimana disebutkan di atas. Serta kekhawatiran Israel terulangnya kegagalan serupa sebagaimana yang pernah terjadi dalam perang Libanon tahun 2006. Israel melihat perpanjangan gencatan adalah kemaslahatan Israel karena lebih ringat bahayanya di antara pilihan-pilihan yang ada. (seto)

Tautan Pendek:

Copied