Nawaf Zaro
Harian al-Bayan UEA (24/11/2008)
Walau ada tiga peristiwa penting terkait Palestina yaitu peringatan perjanjian Balvour 20 tahun pengakuan Al-Jazair terhadap Negara Palestina serta 61 tahun peringatan keputusan pembagian Palestina namun kondisi perkembangan Al-Quds semakin kabur tertutupi sejumlah masalah lainya.
Kondisi Al-Quds sebagaimana dipaparkan sejumlah media baik cetak maupun elektronik menuju pada situasi yang sangat berbahaya terancam serangan penjajahan dan yahudisasi sejak tahun 1967.
Setelah beruntunnya peristiwa penodaan yang dilakukuan kelompok zionis ataupun pemerintah Israel dalam kasus penggalian Haikal di bawah Masjid Al-Aqsha hingga robohnya gerbang al-Mugaribah menandaskan langkah setrategis Israel untuk menguasai wilayah al-Aqsha bagian barat dan selatan secara penuh. Sejumlah harian Arab dan Palestina telah banyak mengupas secara gamlang bahaya permukiman dan upaya pengosongan dari warga asli Arab yang semakin menggurita.
Sementara itu kepala Distrik Israel di Al-Quds yang baru terpilih Neir Barokat segara mengumumkan pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan jumlah perumahan yahudi di Al-Quds timur dan sekitarnya. Ia mengklaim wilayah ini sudah dikuasai pemerintahnya dan oleh karena itu sudah menjadi milik yahudi bukan kepunyaan bangsa Arab lagi.
Di sisi lain wakil Ketua Gerakan Meritz aliran kiri
Ia juga mengungkapkan sejumlah gerliyawan permukiman dari Organisasi Elad telah mendapatkan izin dari pemerintah
Sementara gerakan Vice Now Israel menyebutkan dengan kedok penggalian benda purbakala Israel sedang mempersiapkan pembangunan gedung megah seluas 115.000 meter persegi mencakup ruang konferensi sentra ekonomi kamar sewa dan areal parkir.
Otoritas Purbakala
Di pihak lain Direktur Yayasan Al-Quds untuk Penelitian dan Dokumentasi DR. Ibrahim Fanni mengungkapkan tentang adanya dua rencana besar
Rencana dua jika mereka gagal membangun Haikal di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha mereka akan membangun Istana Kerajaan Yahudi di Quds Al-Aqdas (Areal Kubbah Sakhra) dengan demikian bukan saja Masjid Al-Aqsha yang menjadi target penghancuran mereka juga Kubbah Sakhra tempat dimana Rasulallah SAW melakukan isra.
Selain itu pemerintah
Sejumlah responden dalam program dialog yang ditayangkan televise chenel 10
Terkait dengan peristiwa pengusiran terhadap Syaikh Jarah Ketua Gerakan Islam Raed Shalah mengatakan ada sejumlah setrategi Israel untuk mempercepat pengusiran warga asli Al-Quds dari kempung halamanya. Pada saat yang sama mereka meningkatkan pembangunan permukiman
“Terkait dengan setrategi ini laporan Liga Arab mengungkapkan jumlah rumah yang akan dihancurkan pemerintah Israel di Al-Quds menyusul kebijakan licik mereka mencapai 150.000 rumah” ungkap Shalah.
Hakim Agung Palestina Taisir Tamimi mendukung pernyataan Shalah tersebut. Ia mengatakan ada sekitar 30 kelompok yahudi radikal yang bermaksud menghancurkan Masjid Al-Aqsha tiap harinya. Mereka melakukan tindak criminal dan meminum khamar sambil melakukan penodaan terhadap kemuliaan Masjid Al-Aqsha.
Sementara itu Yayasan Al-Aqsha untuk perlindungan tempat susi mengungkapkan tindakan sejumlah kelompok radikal Israel yang berupaya menghapuskan sejarah kebudayaan Al-Quds terjajah berbarengan dengan perluasan permukiman Israel dan penerapan peraturan politik yang mengikat. Seperti dilakukan Menteri Keamanan Dalam Negeri
Di tengah serangan penjajahan terhadap Al-Quds ini Syaikh Raed Shalah berpidato menghimbau masyarakat Arab dan Islam. Ia mengatakan “Sudah cukup bagi kalian berdiri mematung menyaksikan penoadaan terhadap Al-Quds dan luka-luka yang menghantam tempat suci ummat serta Masjid Al-Aqsha. Kalaulah Palestina tidak sibuk dengan perpecahan kalaulah bangsa Arab tidak sibuk dengan perselisihan dan konflik internal mungkin mereka tidak akan membiarkan Al-Quds teraniaya terkena alat-alat perang Israel serta penodaan tangan-tangan najisnya. (asy)