Tue 6-May-2025

UNRWA: Warga Gaza Tidak Butuh Kata-kata Tapi Tindakan Nyata

Selasa 25-November-2008

Gaza – Infopalestina: Direktur Operasional Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) di Jalur Gaza John Ging kembali menegaskan seruanya kepada pihak Zionis Israel untuk membuka perlintasan Jalur Gaza. Dia juga menyerukan kepada Negara-negara Arab dan Barat untuk memberikan bantuan kepada penduduk Jalur Gaza yang diblokade.

Ging mengatakan “Warga Jalur Gaza tidak membutuhkan kata-kata simpati namun membutuhkan tindakan nyata dan keputusan untuk merubah kondisi dan perhatian bagi kemaslahatan manusia.”

Dalam pernyataan kepada televisi Aljazeera Ging menilai bahwa apa yang terjadi di Jalur Gaza mengundang rasa malu dan aib. Dia juga menilai bahwa penutupan perlintasan-perlintasan Jalur Gaza adalah keputusan politik.

Pejabat PBB ini menyatakan “Israel harus tetap membiarkan perlintasan Jalur Gaza terbuka secara penuh. Bukan hanya untuk memasukkan bahan dalam jumlah sangat kecil dan terbatas yang tidak sesuai dengan kebutuhan orang-orang (di Jalur Gaza).”

Dia menilai jumlah bantuan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza oleh Israel kemarin Senin (24/11) yakni sebanyak 30 kontainer barang hanyalah 10% saja dari kebutuhan sehari UNRWA. Dia menegaskan bahwa jumlah ini tidak cukup bahkan hanya sekadar untuk bertahan hidup. Karena orang-orang di jalan-jalan Gaza tidak mendapatkan roti yang bisa dimakan.

UNRWA sebelumnya telah menyatakan pihaknya akan terpaksa menghentikan bantuan dana yang diberikan kepada sekitar 98 ribu orang di Jalur Gaza akibat tidak adanya uang Israel dari bank-bank di Jalur Gaza.

Sebanyak ¾ juta Palestina di Jalur Gaza yang terblokade sangat menggantungkan pada bantuan UNRWA. Jumlah itu adalah mereka yang terdaftar sebagai pengungsi Palestina. Bantuan makanan kepada mereka telah terputus selama beberapa hari akibat meningkatnya blockade Israel yang ketat mencekik Jalur Gaza.

Krisis Air Bersih

Ging menambahkan “Semua bahan makanan mangalami kekurangan. Sebanyak 70% wilayah Jalur Gaza hidup tanpa listrik. Ditambah lagi kondisi buruk pada air minum dan penyaluran air terhenti serta kondisi di rumah sakit-rumah sakit.”

Rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza terpaksa menggunakan lilin untuk penerangan akibat listrik terus terputus. Sebagian warga juga menggunakan alat penumbuk yang digerakan binatang untuk membuat tepung.

Ketua Komite Rakyat Anti Blokade Jamal al Khhudri mengingatkan bencana kesehatan akan menimpa Gaza di tengah tercemarnya air minum akibat hilangnya zat klor untuk memurnikan air di kota tersebut.

Dalam pernyatanya kemarin (24/11) Khudri menegaskan hilangnya pasokan zat klor akan menimbulkan banyak pencemaran pada air minum. Kondisi ini tentu berbahaya bagi kesehatan.

Perlu diketahui Jalur Gaza perlu sekitar 60 meter kubik zat klor setiap bulan. Sementara cadangan saat ini sudah tidak ada. Oleh karena itu sejumlah sumber air mimun sudah menghentikan pencampuran zat klor ini. Dua pekan yang akan datang zat klor sudah benar-benar hilang dari peredaran. Dan dipastikan akan timbul bencana kesehatan.

Jumlah sumur yang ada di Gaza mencapai 145 buah. Separohnya hanya bekerja 60 % saja dari alokasi waktu. Sementara itu 40 sumur beroperasi 8% dari waktu semestinya dan puluhan sumur lain sudah menghentikan operasinya menyusul padamnya listrik di Gaza.

Setiap harinya Gaza membutuhkan pasokan air bersih 220.000 leter kubik air. Saat ini produksinya hanya 40 % saja. Kondisi ini diperparah dengan kelangkaan air di berbagai tempat.

Sementara itu lima perusahaan air minum Gaza akan berhenti beroperasi dalam 48 jam ke depan. Akibatnya Gaza akan mengalami kekurangan air bersih.

Tragedi Kesehatan

Dua lembaga HAM Palestina mengingatkan dampak tragedi akibat terus berlanjutnya blockade Zionis Israel terhadap Jalur Gaza. Kedua lembaga ini meminta masyarakat internasional untuk turun tangan secepatnya menyelamatnya hidup para pasien di Jalur Gaza.

Direktur “Mizan” Center untuk HAM Isham Yunis dan Direktur Lembaga HAM “Dhamir” Khalil Abu Shamala dalam konferensi peras di Gaza hari ini keduanya menegaskan “Kondisi kesehatan di Jalur Gaza sejak penutupan seluruh perlintasan sampai pada tingkat sangat buruk. Warga Palestina dilarang mendapatkan haknya untuk menikmati kesehatan secara layak. Balokade telah menghalangi sampainya obat-obatan peralatan medis logistik medis dan bantuan yang dibutuhkan untuk kerja rumah sakit.”

Abu Shamala mengatakan situasi kesehatan di Jalur Gaza mulai sangat berbahaya dengan terus dihalanginya ratusan pasien pergi berobat ke luar Gaza karena rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza sudah tidak bisa memberikan perawatan kepada mereka. Hak ini jelas mengancam hidup mereka dalam bahaya.

Kedua aktivis HAM ini menegaskan bahwa pelayanan kesehatan benar-benar menghadapi krisis yang sesungguhnya akibat berkurangnya pasokan listrik dan bahan bakar. Hal ini membatasi kemampuan sektor kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada para pasien secara khusus berkurangnya persediaan oksigen di rumah sakit karena memang membutuhkan listrik besar untuk menghasilkannya oksigen.

Berkurangnya pasokan gas juga menghentikan dapur utama di rumah sakit dan berdampak pada kemampuan rumah sakit memberikan menu yang layak buat para pasien. Ditambah lagi larangan pasokan gar utama yang dibutuhkan untuk menghidupkan mesin pembangkit listrik di rumah sakit asy Syifa dan Eropa rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sehingga mengancam kemampuan rumah sakit ini untuk beroperasi dan memberikan pelayanan kepada para pasien.

Saat ini cadangan obat-obatan di rumah sakit dan pusat-pusat pelayanan kesehatan hamper habis. Sebanyak 178 jenis peralatan medis tidak bisa difungsikan dan sebanyak 70 jenis lainnya akan menyusul. Saat ini adalah 220 alat yang digunakan para pasien yang sakit serius dan permanent tidak bisa difungsikan di tengah-tengah meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit Gaza.

Sanksi Massal

Seorang pejabat PBB yang membidangni urusan kemanusiaan mengingatkan bahwa penutupan perlintasan Jalur Gaza oleh otoritas Israel adalah kondisi yang tidak bisa diterima. Karena ini adalah bentuk sanksi missal bagi warga Jalur Gaza yang dianggap sebagai barang taruhan akibat kondisi ini.

Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan John Holmes dalam pernyataan kepada para wartawan di Jenewa mengatakan “Pihak Israel kembali dan menutup perlintasan Jalur Gaza setelah membukanya sebentar sekali.” Dia menyebut kondisi ini sebagai “tidak bisa diterima”.

Holmes mengatakan “Penutupan perlintasan Jalur Gaza merupakan sanksi massal pada warga Jalur Gaza yang separuh warganya berusia kurang dari 15 tahun dan mereka menjadi taruhan akibat kondisi ini.”

Sekjen PBB Rabu (19/11) telah menelpon PM Israel Ehud Olmert dan mendorongnya untuk memberi kemudahan bagi masuknya bahan bantuan kemanusian dan pegawai PBB ke Jalur Gaza.

Rakyat Bisa Meledak

Ketua Komite Rakyat Anti Blokade Jamal al Khudhri mengingatkan terjadinya ledakan rakyat menuju perlintasan-perlintasan dagang di Jalur Gaza bila blockade Israel dan penutupan perlintasan terus berlanjut melumpuhkan kehidupan.

Anggota Parlemen Palestina ini mengatakan “Kami berupaya untuk mencari jalan kelua bukan untuk meledakkan rakyat.” Dia menyatakan “Tidak masuk akan satu setengah juta manusia di Gaza mati tanpa satu orang pun bergerak. Bangsa tetap diam di saat anak-anaknya mati di depannya dan tidak mendapatkan makan obat bagi pasiennya listrik air dan semua kebutuhan hidup.”

Dia menjelaskan blockade dengan cara seperti ini hasil alaminya adalah ledakan rakyat. Dia menambahkan “Kami tidak ingin rakyat bergerak secara spontanitas dan tanpa terorganisasi menuju perlintasan-perlintasan dagang. Untuk itu dunia harus bergerak sebelum terlambat.”

Khdhri minta masyarakat internasional Negara-negara Arab dan Islam bergerak dan menekan penjajah Zionis Israel agar mengakhiri blockade sebelum sampai pada tahap ledakan rakyat dan ke tahap yang belum diketahui dan tidak diinginkan akibatnya.

Dia menyerukan pentingnya upaya aktif dan sungguh-sungguh untuk mengakhiri apa yang terjadi di Jalur Gaza yang sudah jauh dari hukum dan konvensi internasional yang mengarah kepada pembunuhan yang sebenarnya sistematis dan disengaja mulai dari manusia hingga binatang burung dan pepohonan.

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dalam penutupan sidang keamanan Senin (24/11) malam memutuskan untuk tetap menutup perlintasan Jalur Gaza hari ini Selasa (25/11). Barak beralasan keputusan itu diambil karena berlanjutnya serangan roket Palestina.

Sementara Radio Israel dalam siarannya Selasa (25/11) menyebutkan bahwa otoritas Mesir telah menemptakan ratusan personel polisinya di Rafah gerbang perbatasan dengan Jalur Gaza khawatir terjadi penyerbuan oleh orang-orang Palestina yang terblokade di Jalur Gaza.

Menurut radio Israel Senin (24/11) kemarin Mesir telah mengirim personel polisi tambahan ke gerbang Rafah untuk memperkuat keamanan mengantisipasi upaya-upaya yang dilakukan warga Jalur Gaza untuk membuka gerbang dengan kekuatan terutama di tengah-tengah pengetatan terhadap mereka dengan penutupan seluruh perlintasan Jalur Gaza dan di tengah-tengah peringatan PBB akan terjadinya tragedy kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam pada itu sumber-sumber media Israel memyebutkan seorang utusan keamanan Amerika melakukan inspeksi keamanan di sisi perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza hari Senin kemarin secara sangat rahasia dikawal oleh para pejabat keamanan Mesir. (seto)

Tautan Pendek:

Copied