Tue 6-May-2025

Ramadhan…Derita Tiada Henti Bagi Tahanan dan Keluarganya

Jumat 19-September-2008

Ramallah – Infopalestina: Serdadu penjajah Zionis Israel tidak pernah berpuasa dari melakukan tindakan-tindakan biadab dan tidak manusiawi terhadap keluarga para tahanan Palestina saat mereka harus melakukan pejalanan penuh deerita untuk mengunjungi dan menjenguk anak-anak mereka yang ditahan di dalam penjara penjajah Zionis Israel. Dan pada bulan Ramadhan kondisi puasa keluarga tahanan ini tidak bisa menjadi penolang di hadapan para serdadu Israel bahkan menambahnya dengan beban dan kesusahan.

Pejalanan Penuh Penderitaan

Berikut ini penuturan seorang wanita saudara kandung seorang tahanan Palestina bernama Khaled Muhammad (23). Dia mengatakan pasukan penjajah Zionis Israel memberlakukan sejumlah prosedur terhadap kelurga tahanan yang ingin menjenguknya. Dia wanita ini tidaklah seperti yang diklaim Israel bahwa tujuannnya adalah untuk keamanan. Namun untuk membebani dan melelahkan keluarga tahanan.

Dia menuturkan penderitaan itu terjadi mulai sejak waktu mendapatkan waktu berkunjung perjalanan untuk mendapatkan izin bolak-balik ke lembaga palang merah hingga sampai ke tahanan.

Waktu yang pasti keluar dari rumah pada hari berkunjung tuturnya melanjutkan sekitar setengah jam sebelum adzan subuh. Atau kalau bulan puasa seperti sekarang beberapa saat setelah makan sahur. Perjalanan kunjungan akan dilakukan setelah membeli kebutuhan tahanan yang bisa dimasukan ke dalam penjara. “Setelah itu kami berangkat melalui perlintasan militer Beit Iba kemudian melewati perlintasan militer Qalqilia yang menghubungkan tanah Palestina jajahan 1948. Ini benar-benar perjalanan panjang dan melelahkan yang dalam candaaan dan ejekan para serdadu Israel di perlintasan-perlintasan militer disebut ‘penjalanan pendek’ sesuai dengan kemauan mereka. Ketika kami lewat mereka memeriksa identitas kami dan surat izin kunjungan. Semua barang kami diperiksa dengan teliti dan sangat detail. Mulailah sinar matahari menyengat sangat panas pada kami di daerah yang panas tersebut.”

Dia mengatakan bahwa saat-saat menunggu panjang pemeriksaan secara ketat tekanan dan perlakuan rasial yang dilakukan para serdadu Zionis Israel serta proses pemeriksaan dan perubahan bus berkali-kali menunggu di bawah sengatan terik matahari yang membakar semakin menambah haus dan lapar di siang hari Ramadhan dan yang lainnya hanya demi sampai di penjara Zionis Israel untuk mengunjungi saudaranya yang ditahan penjajah Zionis.

Ummu Hasan Jamil al Misri punya penuturan yang sama. Wanita berusia 55 tahun asal kotaNablus ini adalah seorang ibu dari tahanan Palestina bernama Hasan di penjara Nagev. Dia menuturkan lika-lika bisa sampai ke kantor penjara Nagev. Menurutnya dia menunggu antara satu hingga beberapa jam sesuai kemauan serdadu Israel di aula yang panas. Terutama daerah Nagev adalah daerah gurun sangat panas dan tidak dipersiapkan. Kadang-kadang pengelola penjara menolak kunjungan sebagian keluarga tahanan dan mengingkari adanya keluarga mereka di dalam penjara. Hal ini semakin menambah beban dan penderitaan yang tidak mudah ditanggung keluarga tahanan.

Ummu Hasan menambahkan ketika tiba giliran untuk berkunjung kembali dilakukan pemeriksaan terhadap kami dan kadang-kadang pemeriksaan itu mengakibatkan kunjungan bisa dibatalkan karena sebagian wanita menolak untuk melepas hijab atau penutup kepala sebagaimana yang diminta para serdadu yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan. Dan mereka yang berhasil melakukan kunjungan hanya bisa berbicara melalui telepon sambil berlindang air mata yang jerit tangis khususnya bagi mereka yang baru melakukan kunjungan untuk pertama kalinya.

Perjalanan Pulang

Ummu Hasan menuturkan apa yang terjadi pada perjalanan pulang sama persis dengan apa yang terjadi dalam perjalan berangkat untuk berkunjung. Keluarga tahanan mengalami perlakuan yang tidak bisa diterima dari para serdadu Zionis. Mereka kembali melakukan pelecehan dan menunggu selam berjam-jam. Dia menjelaskan terpaksa berbuka (mebatalkan puasa) saat menumpang otobis dalam perjalanan pulang dan sampai di rumah pukul 12 malam setelah melakukan perjalanan panjang berat dan melelahkan.

Dia menambahkan meski banyaknya beban dan kesulitan dalam perjalanan namun dia merasa senang dan bahagia bisa melihat anaknya di penjara Zionis Israel dan merasa tenang karena kesehatan dan kondisinya di dalam penjara. Dia hanya berharap kepada Allah agar semua tahanan Palestina segera bebas dari penjara Zionis Israel.

Derita Tahanan

Penderitaan tahanan tidak lebih ringan dari penderitaan keluarga mereka dalam perjalanan pergi dan pulang saat melakukan kunjungan. Seorang tahanan Palestina yang sudah dibebaskan Ayid Salamah menceritakan hal tersebut. Warga Palestina asal Thulkarem ini menuturkan saat malam kunjungan dia tidak bisa tidur. Dia memikirkan keluarga dan penderitaan mereka untuk sampai ke penjara dan menjenguknya selain beban materi yang diminta dari keluarganya berupa pakaian makanan dan uang.

Ayid menambahkan otoritas penjara Israel kadang sengaja membatalkan kunjungan sejumlah tahanan dari keluarga mereka. Dengan alasan karena membangkang perintah serdadu misalnya. Atau dengan banyak dalih lainnya yang mengada-ada dan mereka buat-buat. Kasus-kasus seperti inilah yang banyak membuat cemas dan khawatir para tahanan karena tidak bisa melihat keluarga mereka dan sebaliknya. (seto)

Tautan Pendek:

Copied