Tue 6-May-2025

Warga Palestina 1948 Bersiaga di al Aqsha

Jumat 19-September-2008

Alquds – Infopalestina: Sejak tahun 1948 ketika Israel menduduki Palestina penjajah Zionis berupaya mengosongkan tanah al Quds dari warganya dengan berbagai cara dan menekan orang-orang Palestina yang masih tersisa di dalamnya. Namun warga Palestina melawan segala kesewenang-wenangan tekanan dan upaya pengusiran. Mereka berjuang mempertahankan diri sebagaimana kondisi yang dialami warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza serta wilayah-wilayah lainnya yang diduduki Israel. Mereka mengukir gambaran kemuliaan perjuangan Palestina melalui kesiagaan dan pembelaannya terhadap al Aqsha khususnya pada bulan Ramadhan.

Puasa dan Shalat

Ali Ruhi seorang pemuda Palestina berusia 23 tahun asal kota Umul Fahm mengatakan dirinya tidak pernah meninggalkan momentum keislaman kecuali pasti dia ikut di dalamnya. Setiap Jum’at dia shalat di masjid al Aqsha al Mubarak berpuasa dan shalat malam di dalamnya meskipun dia tidak memelihara jenggotnya. Dia bertekad menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan di masjid al Aqsha. Terlebih warga Tepi Barat tidak bisa masuk ke masjid al Aqsha akibat perlintasan-perlintasan penjajah Israel dan instruksi yang dikeluarkan Israel yang melarang warga berusia di bawah 45 tahun masuk ke kota suci al Quds.

Ali Ruhi mengatakan penjajah Zionis Israel menekan orang-orang Palestina di tanah pendudukan 1948 namun dengan bentuk yang berbeda-beda. Paling tidak adalah seperti apa yang terjadi di Tepi Barat. Dia biasa mengirim zakat fitrah setelah dikumpulkan dari kerabat dan saudara-saudaranya kepada fakir miskin dan anak-anak yatim di kota Qalqilia yang bersebelahan dengan kota Umul Fahm karena saudara perempuannya menikah dengan orang sana.

Pengakuan Pemikir Israel

Seorang tokoh pemikir Israel mengakui bahwa fenomena meluasnya komitmen orang-orang Palestina 1948 dalam menunaikan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan membuktikan bahwa negara penjajah telah kalah dalam perang “Asrilah” yang mereka lakukan terhadap orang-orang Palestina. Padahal perang “Asrilah” ini sudah berlangsung lama.

Amoz Kinan dalam artikelnya di harian Israel Yedeot Aharonot mengatakan bahwa negara penjajah Israel selalu menganggap peluruhan dari menunaikan (meninggalkan) kewajiban-kewajiban agama Israel sebagai standard dan ukuran sejauh mana keberhasilan negara penjajah Israel dalam meng-“Asrilah”-kan (penisbatan kepada negara penjajah yang bernama Israel) Palestina 1948.

Dia menambahkan “Komitmen meluas pada pelaksanaan puasa pada bulan Ramadhan selama bertahun-tahun khususnya tahun ini membuktikan bahwa negara Israel telah rugi dalam perang ini untuk menghancurkan kesadaran kolektif warga Palestina 1948.”

Membela al Aqsha

Ketua Harakah Islamiyah di Palestina 1948 Syaikh Raed Shalah mengatakan ratusan bus setiap hari Jum’at berangkat dari tanah Palestina terjajah 1948 menuju kota suci al Quds untuk menunaikan shalat di masjid al Aqsha al Mubarak khususnya pada bulan Ramadhan. Upaya-upayaIsrael melakukan yahudisasi terhadap kota al Quds dan tempat-tempat sucinya akan menemuai kegagalan. Shalah menjelaskan bahwa penutupan lembaga-lembaga yang konsen pada al Quds tidak akan membuatnya gentar dan tidak akan melemahkan tekad orang-orang Palestina 1948 untuk melakukan kewajiban mereka dalam melindungi masjid al Aqsha. Keberadaan penjajah Zionis Israel sebagai penjajah tidak akan panjang dan akang lenyap. Dia menegaskan tidak akan berundingan dalam masalah ini. Negara Palestina dengan ibukota al Quds tetap harus berdiri.

Sementara itu Taufiq al Ar’ir pemimpin redaksi harian “Shautul Hak wal Huriah” yang terbit di kota Umul Fahm kota terbesar kedua di Palestina 1948 mengatakan dalam pernyataan persnya “Kembali berpegang tedung pada agama masuk dalam proses cepat yang terus berlanjut secara kontinyu. Yang sekaligus mengekspresikan keinginan warga Palestina 1948 dalam memenangkan tabiat Islam atas tabiat lainnya yang menjadi identitas nasional warga Palestina.”

Dia menambahkan ada sejumlah fenomena yang mengisyaratkan pada kedalaman tingkat keberagamaan orang-orang Palestina 1948. Ada perhatian tinggi untuk menunaikan zakat bersedekah ramai-ramai berangkat ke masjid al Aqsha dan menunaikan shalat malam di bulan Ramadhan di sana ikut serta dalam berbagai acara dan momen yang dilakukan untuk membela masjid al Aqsha. Taufiq mengatakan “Sekiranya tidak ada kedalaman perasaan religiusitas pada orang-orang Palestina pastilah mereka tidak menampakan semangat ini untuk melaksanakan segala aktivitas (ibadah).” Dia menjelaskan “Siapa saja yang berjalan-jalan di perkampungan atau di jalan-jalan kota-kota Palestina tidak menemukan perbedaan dengan jalan-jalan dan perkampungan di kota-kota Mesir Suriah dan Arab Saudi.”

Akibat Membela al Aqsha

Penjajah Zionis Israel selain memburu Syaikh Raed Shalah dan mencoba berkali-kali mendakwanya dengan berbagai tuduhan dan dijebloskan dalam penjara mereka juga menutup yayasan al Aqsha untuk pemakmuran tempat-tempat suci Islam di Umul Fahm. Tindakan itu dilakukan pasukan Israel dengan perintah langsung dari Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak sesuai dengan undang undang darurat Israel.

Ketua Yayasan al Aqsha Syaikh Ali Abu Syaikha mengatakan kepada para anggota polisi dan keamanan Israel saat melakukan serangan dan menyita barang-barang milik yayasan “Betapapun kalian menyitanya kami akan terus berlanjut dengan pekerjaan kami. Bahkan kami akan meningkatkan upaya kami demi masjid al Aqsha. Tindakan kalian tidak akan membuat kami gentar.” (seto)

Tautan Pendek:

Copied