Ramallah – Infopalestina: Ketua Badan Pusat Statistik Palestina Dr. Luai Syabana Senin (01/09) mengumumkan sensus terakhir jumlah penduduk di Tepi Barat. Sensus terakhir ini menyatakan bahwa jumlah total penduduk di Tepi Barat pada sensus kedua tahun 2007 sebanyak 2350583 jiwa 1193244 laki-laki dan 1157339 perempuan.
Dia menambahkan hasil pendataan jumlah penduduk di Tepi Barat pada sensus pertama tahun 1997 mencapai 1873476 jiwa 951693 laki-laki dan 921783 perempuan.
Dalam pernyataan yang diterima koresponden Infopalestina Syabana menegaskan bahwa keluarga Palestina di Tepi Barat antara sensus tahun 1997 – 2007 menunjukan perkembangan esensial dalam jumlah dan komposisinya serta prosentase pertumbuhan dan tipe penduduknya.
Ketua BPS Palestina menyatakan bahwa sensus ini dilakukan secara independen. Sensus tahun 2007 ini merupakan proses terbesar yang dilakukan lembaganya dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pembuatan dan pelaksanaan pengembangan ekonomi dan sosial. Data ini selalu digunakan oleh segenap pihak masyarakat dan instisusi pemerintah.
Menurut Dr. Shabana perimbangan gender penduduk Tepi Barat terlihat stabil antara dua sensus 1997 – 2007. Hanya mengalami penurunan tipis sekali dari 1032 menjadi 1031 laki-laki dari setiap 100 perempuan. Tingkat pertumbuhan kecuali wilayah al Quds yang diduduki
Ketua BPS Palestina menyebutkan bahwa berdasarkan hasil terakhir dari sesus kedua ini menunjukan bahwa jumlah keluarga di Tepi Barat tahun 2007 sebanyak 427097 keluarga. Dengan jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 55 orang. Sedangkan jumlah keluarga di Tepi Barat pada tahun 1997 sebanyak 307624 keluarga. Namun jumlah rata-rata anggota keluarga mengalami penurunan dari 61 orang pada tahun 1997 menjadi 55 orang pada tahun 2007. Hal ini menunjukan menurunnya tingkat kesuburan dari satu sisi dan orientasi menuju keluarga inti (kecil) dari pada keluarga besar di sisi lain. Hasil sensus ini menunjukan bahwa prosentasi keluarga inti Palestina di Tepi Barat pada tahun 2007 mencapai 832% sementara pada tahun 1997 sebesar 740%.
Dari sisi komposisi usia Dr. Shabana menjelaskan bahwa hasil sensus terakhir menunjukan bahwa masyarakat Palestina yang tinggal di Tepi Barat masih tergolong muda dibandingkan dengan sensus tahun 1997. Namun demikian pada sepuluh tahun terakhir prosesntasi usia anak yang berumur 0-14 tahun mengalami penurunan dari 451% pada tahun 1997 menjadi 413% pada tahun 2007 yaitu menurun 38% selama masa antara dua sensus tersebut. Sementara untuk usia kerja yang berusia 15 – 64 tahun mengalami peningkatan. Yakni dari 511% pada tahun 1997 menjadi 553% pada tahun 2007 atau meningkat 42% antara dua sensus. Meskipun tergolong masyarakat muda dibandingkan dengan masyarakat lain namun prosentasi usia dini dan pemuda terus menurun yang diakibatkan oleh menurunnya tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan di Tepi Barat pada tahun 2007 46 kelahiran sementara pada tahun 1997 56 kelahiran.
Adapun penduduk yang berusia 65 tahun ke atas di Tepi Barat jumlah mereka mencapai 34% pada tahun 2007 dan sebanyak 38% pada tahun 1997. Yakni jumlah usia lanjut mengalami penurunan tipis. Hal ini berbalik dengan perdiksi demografi yang menyatakan bahwa ketika tingkat kesuburan menurun maka jumlah penduduk usia lanjut bertambah. Ini berarti bahwa tahap perubahan demogragi yang mencerminkan penambahan jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun belum mencerminkan usia lanjut.
Mengenai masalah pendidikan dan buta huruf Dr. Shabana menjelaskan bahwa berdasarkan kedua sensus menunjukan bahwa jumlah pernduduk yang bersekolah di usia 5 tahun ke atas mengalami peningkatan dari 377% tahun 1997 menjadi 427% dari total jumlah penduduk Palestina di Tepi Barat berusia 5 tahun ke atas.
Sementara jumlah butu huruf dari usia 10 tahun ke atas di Tepi Barat mencapai 58% dari total jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan sensus tahun 1997 sebesar 118%. Jumlah penduduk yang lulus sekolah menengah atas meningkat dari 619% tahun 1997 menjadi 691% tahun 2007. Juga terjadi peningkatan jumlah mereka yang mendapatkan gerlar sarjana dari 37% tahun 1997 menjadi 66% tahun 2007. Sisanya belum mengalami perubahan signifikan.
Jumlah warga yang menjadi pengungsi di Tepi Barat juga mengalami peningkatan. Yakni sebanyak 281% pada tahun 2007 dibandingkan 26.6% pada tahun 1997.
Sensus ini juga menunjukan terjadinya penurunan jumlah individu yang tinggal di rumah. Yakni dari 19 orang dalam per kamar tahun 1997 menjadi 155 orang per kamar tahun 2007. Ini disebabkan oleh menurunnnya jumlah keluarga besar dan bertambahnya jumlah kelurga kecil. (seto)