Tue 6-May-2025

39 Tahun Pembakaran Masjid al Aqsha

Jumat 29-Agustus-2008

Oleh: Yasir Za’atirah

Harian al Dustur Yordania

Barang siapa yang ingin mengetahui secara rinci bagaimana perjalanan yahudisasi di kota al Quds sejak terjadinya perjanjian Balfour termasuk di dalamnya penodaan terhadap Masjid al Aqsha yang dari sinilah kemudian berkembang proyek yahudisasi di pelataran di bawah bangunan dan fondasi masjid al Aqsha. Maka tidak ada jalan lain kecuali ia harus mengunjungi situs Lembaga al Quds Internasional di internet atau situs Lembaga Kemakmuran Masjid al Aqsha yang dikomandani Syaikh Raed Shalah ketua Harakah Islamiyah di Palestina 1948.

Sejak beberapa tahun yang lalu Syaikh Raed Shalah telah berteriak dan mengumumkan kepada semua orang bahwa al Aqsha dalam bahaya besar. Kalaulah Syaikh Shalah tidak seperti itu pastilah kondisi al Aqsha akan bertambah buruk. Setiap hari dan malam Syaikh Shalah bersama para pendukung menjaga masjid al Aqsha dari upaya yahudisasi Israel. Dari hasil kerja keras ini beliau memperoleh keberhasilan gemilang yang menegaskan rangkaian target yahudisasi Israel di al Aqsha secara khusus dan di al Quds secara umum.

Berulang kali Syaikh Raed dijebloskan ke penjara Israel berulang kali pula ia dianiaya oleh Israel untuk menghentikan kegiatan yang terus mengingatkan ummat Islam atas bahaya yang mengancam masjid al Aqsha. Akan tetapi sedikitpun Syaikh Shalah tidak bergeming. Siapapun yang mengikuti perkembangan berita di koran-koran Israel pasti akan mengetahui betapa dengkinya bangsa Yahudi Israel dengan berbagai macam warna dan sukunya terhadap Islam.

Maka terkait dengan peringatan ke-39 tahun pembakaran masjid al Aqsha yang jatuh pada tanggal 21 Agustus Syaikh Shalah kembali menggelar perhelatan tahunan yang mengingatkan kembali seruannya (al Aqsha dalam Bahaya). Ia kemudian memaparkan penemuan-penemuan terbarunya tentang apa yang terjadi di pelataran al Aqsha dan di bawah bangunanya. Terutama tentang terowongan lama ataupun yang baru yang hampir meruntuhkan bangunan masjid al Aqsha.

Kini tiba saatnya orang-orang mengetahui bahwa benar-benar masjid al Aqsha dalam bahaya. Kenyataan ini bukan hanya sebatas data-data dan gambar maupun foto yang menjelaskan tentang kondisi terbaru masjid al Aqsha dan sekelilingnya namun juga dikuatkan dengan banyaknya perundingan dan pernyataan dari sejumlah tokoh Zionis.

Kepresidenan Otoritas Palestina telah banyak mengalah dalam perundingan secara terang-terangan dengan Israel. Masalah pengungsi misalnya. Demi mendapatkan status al Quds lama secara rasional termasuk di dalamnya masjid al Aqsha dan wilayah sekitarnya. Kepresidenan Otoritas Palestina telah menyetujui pengelolaan kota suci al Quds secara khusus oleh Israel. Namun semua itu ditolak negara Zionis tersebut.

Sungguh jelas apa yang dialami bangsa Palestina di perjanjian Kamp David tahun 2000 ketika Israel mengklaim dinding bagian atas masjid menjadi kekuasaannya. Dalam perjanjian itu ditawarkan pembagian kompleks al Aqsha. Dimana bagian atas masjid menjadi hak kaum muslimin. Sementara bagian bawah dari masjid berada dalam otoritas Israel. Dengan perjanjian ini tentu Israel semakin bebas melanjutkan penggalian di bawah masjid dengan mengklaim adanya kuil peninggalan Sulaiman yang mereka klaim di tempat tersebut.

Dan seperti kita ketahui dinding bagian atas telah runtuh pada era Ariel Sharon. Kita juga ingat dengan peristiwa intifadah kedua yang meletus sebagai akibat penistaan yang dilakukan Ariel Sharon di dalam masjid al Aqsha. Dalam kaitan penolakanya terhadap tawaran tersebut dan menegaskan bahwa Israel berkuasa penuh terhadap kompleks al Aqsha.

Kompleks masjid al Aqsha atau suka biasa disebut oleh orang-orang Yahudi sebagai “Danau Suci” sejak dulu hingga sekarang masih menjadi kesepakatan di kalangan Zionis dengan berbagai bentuk golongan maupun perbedaan di kalangan mereka. Seperti diungkapkan seorang Zionis yang agak lebih moderat dan lebih lembut Yoshe Belin. Ia mengatakan urgensi Danau Suci dan Kuil bagi Yahudi tidak ubahnya seperti Makkah dan Ka’bah bagi kaum muslimin. Oleh karena itu masalah ini tidak bisa didiskusikan lagi bagi mereka. Sementara itu dalam makalah yang ditulis Ben Gorion (tokoh sempalan ateis) mengatakan tidak ada artinya Israel tanpa al Quds sebagaimana tidak ada artinya al Quds tanpa Kuil. Semuanya akan tetap menjadi simbol tempat suci bagi semuanya.

Dari sini tampak betapa berat masalah yang dihadapi Syaikh Raed Shalah selain upaya penodaan yang dilakukan Israel terhadap al Aqsha. Pada saat yang sama Syaikh Raed Shalah mengingatkan tentang adanya perundingan apapun yang memungkinkan terbaginya al Aqsha atau menjadi legalnya entitas Yahudi di dalam wilayah kota suci al Quds yang saat ini hampir menjadi kenyataan.

Tak pelak usaha Yordania dalam masalah ini sangat penting. Ia bertanggung jawab menangani masalah Baitul Maqdis (al Quds) hingga saat ini. Akan tetapi yang tak kalah pentingnya adalah membebbaskan masjid al Aqsha koga suci al Quds dan semua warga Palestina dari penjara Israel. Sesuatu yang tak bisa diselesaikan dengan perundingan ataupun mengemis-ngemis. Masalah tersebut hanya bisa diselesaikan dengan perlawanan jihad dan operasi syuhada. (asy)

Tautan Pendek:

Copied