Tue 6-May-2025

Mengenang 5 Tahun Syahidnya Sang Arsitek Ismail Abu Shanab

Kamis 21-Agustus-2008

Infopalestina: Lima tahun lalu tepatnya tanggal 21 Agustus 2003 serangan rudal Israel di Gaza mengancur-leburkan sebuah mobil yang dikendarai Ir. Ismail Abu Shanab. Salah seorang pimpinan gerakan Perlawanan Islam Hamas. Beliau termasuk orang yang dapat menggabungkan kerja politik kepemimpinan dan akademik dengan sangat menakjubkan. Beliau juga merupakan warga masyarakat yang dicintai di tengah-tengah rakyat Palestina yang menangisinya setelah beliau diumumkan mati syahid.

Selayang Pandang Kehidupan Abu Shanab

Asy-Syahid Ir. Ismail Hasan Abu Shanab adalah salah satu pimpinan utama gerakan perlawanan Islam Hamas. Beliau lahir di Gaza pada tahun 1950. Pada tahun 1948 orang tuanya kembali ke Jauratul Majdal di dalam wilayah Palestina yang terjajah.

Abu Shanab mendapat Ijazah S1 di bidang tehnik sipil dari universitas Al-Mansyurah Mesir dengan nilai cum laude dan mendapat penghargaan utama.

Kemudian bekerja sebagai arsitek di badan bantuan internasional untuk para pengungsi (UNRWA). Beliau menjadi ketua jurusan teknik di tempat tersebut.

Beliau mendapat ijazah S2 di bidang tehnik sipil dari Universitas Amerika Serikat. Kemudian bekerja sebagai dosen di Fakultas Tehnik di Universitas Islamiyah di Gaza dan menjadi dekan Fakultas Tehnik di Universitas yang sama hingga mati syahid.

Abu Shanab adalah salah seorang pimpinan sekaligus pendiri utama Hamas. Beliau mendekam di penjara selama sepuluh tahun karena dituduh memimpin organisasi politik Hamas selama intifadah yang pertama setelah pemimpin dan pendiri Hamas Syaikh Ahmad Yassin di penjara. Beberapa sumber menganggap beliau sebagai orang kedua dalam pergerakan dan beliau bekerja sebagai kepala pusat penelitian masa depan di Gaza .

Beliau adalah sosok pemimpin yang luar biasa. Sejak keluar dari penjara beliau dua kali menjabat sebagai pimpinan para arsitek. Beliau juga menjadi wakil gerakan Hamas dalam Dewan Pengawasan Tertinggi bagi berbagai kekuatan dan kelompok nasionalis dan Islam.

Kelahiran dan Pertumbuhan

Ir. Ismail Hasan Muhammad Abu Shanab (Abu Hasan) lahir pada tahun 1950 di kamp pengungsi An-Nashirah di tengah jalur Gaza. Yakni dua tahun setelah keluarganya hijrah dari desa al-Jiyyah yang terletak di sebelah barat daya al-Majdal dan Askalan. Keluarganya tinggal di kamp yang sama.

Abu Shanab termasuk anak yang tumbuh dalam kondisi sulit. Beliau termasuk di antara anak-anak Palestina yang meninggalkan tempat tinggal mereka saat bencana di tahun 1948. Kamp adalah dunia mereka dan kemiskinan adalah sesuatu yang menyatukan mereka. Ayahnya Hasan seorang yang buta huruf. Tetapi ia dapat membaca Al-Qur’an dan peduli terhadap pendidikan anak. Terutama dalam bidang Al-Qur’an. Ketika beberapa pusat pendidikan Al-Qur’an dibuka beliau segera mengikutsertakan anaknya Ismail yang ketika itu masih kecil. Beliau telah dapat menghapal setengah dari Al-Qur’an ketika masih duduk di sekolah dasar.

Sebagian besar pendidikan dasarnya dilewati di sekolah bantuan Internasional di Nashirat sekitar tahun 1961-1956. Pada saat itu beliau sangat terpengaruh oleh arahan dan bimbingan Ustadz Hamad Al-Hasanah salah seorang dai di daerah an-Nasirat dan salah satu pemimpin gerakan Hamas.

Orang tuanya bersungguh-sungguh dalam memberi nafkah keluarga dengan membajak tanah beberapa warga. Beliau juga memiliki sebuah kedai kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari pengungsi di kamp dan warga sekitar.

Ketika sang ayah meninggal dunia anak-anaknya masih kecil. Yang paling besar adalah Ismail. Pada saat itu ia masih duduk di sekolah dasar. Keluarganya diasuh oleh keluarga dekat. Sanak kerabat keluarga Ismail menganjurkan untuk pindah ke kamp pengungsian Tepi Barat kota Gaza agar dapat tinggal dengan sejumlah kerabat mereka disana.

Setelah Abu Shanab menyelesaikan studi tingkat persiapan di sekolah Bantuan Internasional Gaza pada tahun 1945 beliau melanjutkan studi di sekolah menengah.

Pendidikan

Pada tahun 1967 peperangan berakhir. Ismail telah menyelesaikan kelas dua sekolah menengah. Pada tahun pertama penjajahan Ismail dan beberapa siswa mengikuti ujian sekolah menengah umum pada musim panas 1967. Kemudian beliau mendapat ijazah menengah swasta yang pada saat itu tidak satupun negara Arab mengakuinya.

Pada tahun 1969 keluar putusan Pemerintah Mesir melalui jalur UNESCO dan panitia Palang Merah negara setempat untuk mengadakan ujian sekolah menengah umum di Jalur Gaza dengan bimbingan kementerian pendidikan Mesir sehingga para siswa Jalur Gaza bisa memperoleh ijazah yang diakui oleh negara Arab. Dengan demikian mereka dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Di samping belara di Ma’had Muallimin Abu Shanab mengikuti ujian tersebut dan lulus. Setelah itu beliau mengajukan permohonan ke bagian penerimaan mahasiswa di beberapa universitas di Mesir dan diterima. Akhirnya Ismail meninggalkan pendidikannya di Ma’had meskipun beberapa bulan lagi beliau akan lulus darinya.

Abu Shanab memutuskan untuk mengikuti ujian sekolah menengah umum kedua kalinya dan memanfaat beberapa bulan yang tersisa untuk belajar dengan harapan mendapat peluang yang lebih baik yang memungkinkannya masuk ke fakultas tehnik. Akhirnya beliau lulus dan diterima di Sekolah Tinggi Basybin Al-Kaum. Lalu pada tahun berikutnya beliau pindah ke Sekolah Tinggi Teknik di Manshurah yang kemudian berubah menjadi Universitas Manshurah. Beliau lulus dari Fakultas Tehnik Universitas Al-Manshurah tahun 1975 dengan nilai cam laude dan mendapat penghargaan utama serta berada di peringkat pertama.

Kembali ke Tanah Air

Salah satu dosennya menawarkannya untuk menjadi dosen pembantu di fakultas. Tetapi beliau lebih senang kembali ke jalur Gaza untuk bekerja di sana. Beliau kembali dan menjadi arsitek di berbagai proyek di kota Gaza selama lima tahun. Selama bekerja teman-teman dan rekan-rekannya mengenal beliau sebagai seorang arsitek yang hebat baik dari sisi akhlak maupun dari sisi pekerjaan. Hal itu diakui oleh semua orang yang mengenal beliau.

Pada saat itu Universitas Nasional an-Najah di Nablus bermaksud membuka fakultas tehnik. Universitas tersebut kemudian mengumumkan pengiriman beberapa arsitek untuk melanjutkan studi di S2 agar ketika pulang mereka bisa bekerja sebagai dosen di fakultas tehnik. Abu Shanab mengajukan permohonan untuk dikirim. Kemudian beliau terpilih. Karenanya beliau meninggalkan pekerjaannya di daerah Gaza dan kemudian pergi ke Amerika Serikat. Pada tahun 1982 beliau mendapatkan gelar magister tehnik sipil dari Universitas Colorado.

Abu Shanab pulang untuk mengajar di Universitas An-Najah. Setelah itu datang lagi kesempatan meneruskan pendidikan. Pada tahun 1983 beliau kembali ke Amerika. Ketika mulai belajar untuk mendapat ijazah Doktor Universitas An-Najah memanggil beliau untuk sebuah kebutuhan mendesak. Demikian pula dengan rekan-rekan beliau lainnya untuk kembali mengajar di Universitas. Akhirnya beliau memutuskan pendidikan dan kembali ke kampus. Selama tahun 1983-1984 beliau ditunjuk sebagai ketua jurusan teknik sipil dan terus mengajar di kampus sampai penguasa penjajah menutup kampus bersamaan dengan meletusnya Intifadhah pada akhir tahun 1987.

Status Sosial

Beliau memiliki peran penting selama terjadi beberapa peristiwa memilukan yang terjadi antara beberapa organisasi di Palestina pada tahun 1986 di jalur Gaza. Berbagai lembaga dan badan yang terdapat di wilayah tersebut berusaha untuk mengubur fitnah yang ada. Akhirnya Ir. Ismail Abu Shanab dipilih sebagai anggota lembaga Ishlah yang berasal dari gabungan berbagai lembaga di ataas. Lembaga tersebut melakukan peran yang baik dalam mengatasi situasi dan menenangkan keadaan.

Dalam ruang lingkup masyarakat dan keluarga para kerabat dan tetangga selalu mencari bantuan kepada beliau saat terjadi konflik dan perselisihan. Beliau mencurahkan tenaganya untuk memberikan nasehat mengatasi masalah dan mendamaikan mereka. Para tetangga dan penduduk desa yang tinggal di sana sekarang yaitu desa Syaikh Ridhwan di kota Gaza mengenal beliau sebagai orang yang selalu melaksanakan kewajiban bahkan bersegera melaksanakannya. Warga Dhifah dan Gaza yang bererak di bidang sosial mendatangi kantornya untuk membuat rancang bangun dan meminta petunjuk untuk pembangunan proyek-proyek sosial mesjid dan lain sebagainya dengan cuma-cuma tanpa memungut biaya.

Pemimpin para Arsitek

Dalam dunia kepemimpinan Abu Shanab termasuk pelopor dalam bidang ini. Beliau termasuk pendiri ikatan arsitek Palestina di jalur Gaza tahun 1976. Beliau menjadi anggota dewan administrasinya dari tahun 1976 sampai tahun 1980. Kemudian beliau dipilih sebagai pimpinan dewan tersebut dan kepala seluruh arsitek di tahun yang sama. Namun beliau meninggalkan kedudukan tatkala beliau pergi ke Amerika dan Mesir untuk melanjutkan studi. Pada tahun 1989 beliau ditahan. Setelah dikeluarkan pada tahun 1997 beliau dipilih sebagai ketua dewan administrasi dan pemimpin para arsitek hingga saat ini.

Selama mengajar di Universitas An-Najah beliau memiliki peranan penting dalam mengarahkan gerakan mahasiswa civitas akademika untuk menjadi pelopor bagi masyarakat dalam menghadapi penjajah.

Kurang lebih setahun setelah kampus ditutup bersamaan dengan munculnya intifadhah pada tahun 1988 beliau berhenti bekerja di kampus dan bekerja sebagai arsitek di kamp bantuan ienternasional. Beliau melakukan tugas kepemimpinannya di sana hingga ditangkap pada bulan Mei tahun 1989.

Abu Shanab adalah anggota pendiri Perhimpunan Islam di Gaza pada tahun 1976 yang menyertai munculnya Majma Islam yang memiliki peran penting dalam menghimpun para pemuda dan menyelamatkan mereka dari jurang penjajahan yang berusaha merusak moral mereka. Hal inilah yang membuat beliau dianggap sebagai orang yang memiliki peran penting bagi meletusnya intifadhah. Perhimpunan Islam tersebut memiliki banyak kegiatan sosial pengetahuan dan olahraga. Beliau menjadi dosen di Universitas Islam di Gaza dan ketua Fakultas ilmu terapan di Universitas itu hingga menjadi syahid.

Aktivitas Perjuangannya

Sejak kecil Abu Shanab banyak terpengaruh oleh Syaikh Ahmad Yasin pendiri gerakan Hamas. Beliau tinggal satu kamp dengan Syaikh Ahmad Yasin di kamp Tepi Barat. Meskipun tubuh beliau lumpuh karena pergerakan dan kegiatan yang melelahkan beliau memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan intelektual di kamp. Pada akhir tahun 1960-an beliau mengenal gerakan Islam melalui Syaikh Ahmad Yasin. Hubungan ini semakin kuat ketika beliau memberikan kontribusi dalam mendirikan Perhimpunan Islam sebagai kepanjangan tangan dari Majma Islam yang pada saat itu Syaikh Ahmad Yasin menjadi ketuanya.

Abu Shanab memiliki peran penting selama Intifadhahh pertama meletus. Beliau selalu memiliki posisi yang jelas sejak hari pertama Intifadhahh meletus. Syaikh Ahmad Yasin memberi beliau tugas penanggung jawab operasi Intifadhahh di jalur Gaza. Beliau juga wakil Syaikh Ahmad Yasin. Sejak hari pertama intifadhah beliau bertugas mengawasi semua operasi yang dilakukan Hamas. Beliau juga menguatkan revolusi tersebut lewat berbagai faktor dan mengembangkan bentuk-bentuknya hingga tidak hanya terbatas pada batu. Selain itu beliau menyusun berbagai perangkat pergerakan dan mengkhususkan setiap perangkat dengan tugasnya masing-masing. Sampai kemudian beliau dipenjara setelah aparat intelijen zionis memukul gerakan Hamas. Hal itu terjadi pada tanggal 30 Mei 1989. Beliau dibebaskan pada tanggal 2 april 1997.

Di dalam Penjara

Saat ditahan Abu Shanab tidak berhenti berjuang. Sejak pertama kali ditahan beliau menyadari kalau dirinya pindah ke tahapan baru dalam tugas jihad. Beliau mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tahapan baru tersebut. Beliau sangat mengerti bahwa awalnya akan sangat sulit. Beliau harus menghadap investigasi pihak intelijen zionis di penjaran Ramlah. Beliau mendapatkan penyiksaan yang sangat keras selama tiga bulan. Setelah masa penyiksaan berakhir beliau dipindahkan ke sel isolasi di penjara yang sama selama tujuh belas bulan. Di sela tersebut tidak ada lampu. Setelah berakhirnya masa isolasi beliau menjadi wakil bagi penjara di Ramlah.

Setelah pindah dari penjara Ramlah ke penjara Asqalan beliau membentuk kepemimpinan gerakan Hamas. Beliau melewati masa penahanannya selama delapan tahun lagi. Pada saat itulah beliau memimpin gerakannya dengan cara yang menakjubkan. Tidak ada sebuah gerakan yang mempunyai pimpinan seperti seperti Abu Shanab. Beliau dan rekan-rekannya yang ditahan melakukan dua kali aksi mogok yang memberikan peran yang penting dalam perbaikan kehidupan di dalam penjara. Lewat cara tersebut mereka mewujudkan prestasi besar pada tahun 1992 dan 1995.

Setelah bebas dari penjara beliau memiliki peran penting sebagai pemimpin utama dalam pergerakan. Beliau mewakili pergerakan dalam beberapa pertemuan dengan pemerintah dan kelompok-kelompok yang ada. Beliau dikenal dengan pendapat-pendapatnya yang moderat. Beliau juga menjadi pimpinan pusat studi masa depan. Beliau syahid pada hari kamis bersama dua orang asistennya di kota Gaza setelah mobilnya diledakkan pada tanggal 12 Agustus 2003.

Mengapa Abu Shanab Dibunuh?

Ismail Abu Shanab dibunuh oleh Ariel Sharon karena peranannya dalam menyatukan bangsa Palestina. Ismail Abu Shanab dianggap sebagai pimpinan gerakan perlawanan Islam Hamas. Kekuatan militer zionis membunuhnya dengan meledakkan mobilnya di Gaza. Beliau termasuk sedikit orang yang dapat menggabungkan kemampuan politik kepemimpinan dan akademis. Keunggulannya dalam berbagai bidang itu sangat mengagumkan. Selain itu beliau seorang warga yang dicintai oleh berbagai kalangan di Palestina yang menangisinya setelah mendengar berita syahidnya.

Mereka membunuh Abu Shanab bukan karena beliau sosok teroris seperti dugaan mereka. Orang-orang dekat Abu Shanab mengatakan bahwa beliau tidak pandai menggunakan senjata dan sepanjang hidupnya tidak pernah memegang pistol. Yang membuat bangsa Yahudi gembira dengan kematian beliau adalah pikirannya pendapatnya yang lurus dan ketekunannya untuk menyatukan perjuangan anak bangsa Palestina.

Zionis senang karena dapat membunuh seseorang yang memikirkan bangsa Palestina dengan seluruh kelompok dan faksi yang ada di dalamnya. Beliau adalah sosok yang bekerja di berbagai bidang: dalam bidang sosial kemasyarakatan pendidikan dan pengajaran sejak bertemu dengan Syaikh para pejuang Ahmad Yasin saat belum genap 19 tahun. Beliau berperan mendirikan Perkumpulan Islam saat usianya belum genap 26 tahun. Lalu menjadi salah pemimpin ummat Islam dalam intifadhah pertama tahun 1987 di Gaza atas perintah langsung dari Syaikh Ahmad Yasin.

Bekerja dengan karunia yang Allah berikan padanya berupa kecerdasan kebijaksanaan dan perencanaan yang baik dengan memberikan kontribusi dalam membentuk perangkat Gerakan Perjuangan Islam Hamas. Beliau mengorbankan seluruh raganya sampai beliau menghadap Sang Pencipta. Ismail Abu Shanab termasuk sedikit orang pergerakan yang pandai berinteraksi dengan pihak lain. Bahkan meskipun pihak lain itu merupakan kaki tangan musuh orang yang tidak dikenal. Beliau telah mendapat siksa di luar batas kemanusiaan di penjara zionis ar-Ramlah selama 8 tahun penuh tinggal di penjara. Demikian juga di penjara pemerintah. Di samping itu beliau dikenal sebagai sosok yang moderat dan bisa bergaul dengan semua orang sehingga dicintai oleh semua lapisan di Gaza di mana hal itu dapat dilihat nanti pada jenazahnya setelah shalat Jum’at. Sebuah kesebaran yang luar biasa kerja yang penuh ketekunan dan mati syahid di Jalan Allah. (warsito)

Tautan Pendek:

Copied