Tue 6-May-2025

Akankah Israel Manfaatkan Gencatan Untuk Beraksi di Luar Gaza?

Rabu 25-Juni-2008

Infopaelstina: Gencatan senjata antara perlawanan Palestina dengan negara penjajah Israel dilaksanakan mulai Kamis (19/06) pagi. Tema ini sangat berdampak bagi warga Palestina di Jalur Gaza yang diblokde. Gencatan ini tidak ada arti lain bagi mereka kecuali pembebasan blokade pembukaan gerbang-gerbang pelintasan yang ditutup secara ketat sejak lebih dari satu tahun serta penghentian pembunuhan terus-menerus terhadap anak-anak dan kaum muda Palestina.

Perasaan antara optimis dan tidak terhadap gencatan ini. Sebagian mereka mengatakan gencatan ini tidak akan berlangsung lama sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya karena orang Yahudi tidak memiliki janji yang bisa dipercaya. Yang lainnya berharap gencatan ini berhasil membebaskan rakyat Palestina dari blokade yang mencekik mereka selama ini.

Namun para pengamat dan analis mengingatkan kemungkinan dinas intelijen luar negeri Israel Mossad memanfaatkan masa gencatan senjata ini untuk melakukan operasi pembunuhan bukan di Jalur Gaza namun di Tepi Barat atau luar wilayah Palestina. Khususnya di negara-negara yang ada petinggi faksi-faksi perlawanan Palestina di dalamnya.

Mereka mengatakan entitas Zionis Israel akan melakukan operasi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh senior di luar Palestina namun tanpa mengumumkan bertanggung jawab atas aksi tersebut. Sebagaimana yang terjadi terhadap komandan umum militer Hizbullah Libanon Imad Mughniya di Damaskus Suriah beberpa waktu lalu.

Para pengamat melihat hal tersebut akan menempatkan faksi-faksi perlawanan Palestina dalam posisi sulit. Dari satu sisi mereka harus komitmen dengan gencatan senjata yang mereka sepakati. Sementara melakukan balasan atas operasi pembunuhan di luar (oleh Israel) akan menjadikan perlawanan Palestina harus bertanggung jawab atas pelanggaran gencatan senjata. Sehingga pasukan penjajah Israel memiliki alasan untuk melancarkan serangan sengit terhadap Jalur Gaza dan melaksanakan rencananya melanjutkan agresi meluas di Jalur Gaza.

Di sisi lain bisa jadi pasukan penjajah Israel melakukan eskalasi aksi pembunuhan dan pengejaran terhadap para pemimpin dan pejuang perlawanan Palestina di Tepi Barat (yang tidak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata secara prinsip dan akan masuk dalam kesepakata setelah bulan).

Operasi pembunuhan terakhir di Nablus Selasa (24/05) adalah bukti nyata. Aksi pembunuhan seorang pemimpin Brigade al Quds sayap militer Jihad Islam dan seorang pejuang lainnya Iyadh Khanfar ini telah memicu aksi balasan yang dilakukan kelompok perlawanan ini dengan menembakan 3 buah roket ke permukiman Yahudi Sedirot dengan utara Jalur Gaza. Melalui jurubicaranya Dr. Sami Abu Zuhri gerakan Hamas segera menyerukan semua faksi dan kekuatan perlawanan Palestina untuk menahan diri dan komitmen dengan konsensus nasional soal kesepakatan gencata senjata dengan pihak penjajah Israel.

Gencatan Senjata Dipresiksi Tidak Berlangsung Lama

Infopalestina: Pengamat politik spesialis urusan Israel Adnan Abu Amir menegaskan bahwa gencatan ini tidak akan berlangsung lama dan tidak akan menunai kesuksesan kecuali hanya beberapa minggu atau bulan saja. Dia beralasan bahwa kesepakatan ini tidak memiliki jaminan yang bisa mencegah terjadinya pelanggaran. Apalagi perlawanan Palestina sebelumnya pernah melakukan sejumlah kesepakatan gencatan dengan penjajah Israel namun segera diaborsi dan digagalkan Israel.

Dalam pernyataan khusus kepada koresponden Infopalestina Rabu (18/06) Abu Amir mengatakan “Gencatan ini tidak akan berlangsung lama. Karena gencatan ini tidak memiliki jaminan yang mencegah terjadinya pelanggaran. Berlanjutnya agresi dan aksi-aksi permusuhan di Tepi Barat yang bisa jadi dilakukan pasukan penjajah Israel akan mendorong perlawanan Palestina di Gaza melancarkan serangan balasan. Karena perlawanan Palestina di Tepi Barat tidak akan bisa melakukan balasan sendiri sebab mereka diburu oleh militer Israel da otoritas Palestina dalam waktu yang sama.”

Menurutnya gencatan ini melampangkan militer Israel untuk menyiapkan serangan ke Jalur Gaza dan melakukan aksi-aksi militer. Kondisi regional juga selalu berubah-ubah dan tidak seimbang yang mengancam masalah ini bisa meledak kapan saja. Negara Israel menggantungkan diri kepada agresi terhadap Jalur Gaza. Bahkan partai-partai politik Israel akan mendorong dengan kuat ke arah siasat ini terlebih bersamaan dengan dekatnya pelaksanaan pemilu Israel yang akan dilaksanakan akhir tahun ini.

Senada dengan Abu Amir pakar politik Palestina Dr. Abdul Satar Qasim berpendapat bahwa gencatan senjata dengan Israel tidak akan berlangsung lama. “Saya tidak yakin gencatan ini berlangsung lama. Namun kita lihat apa yang akan terjadi selama gencatan” ungkapnya. Diprediksi gencatan ini hanya akan berlangsung sekitar satu atau dua bulan apabila Israel memiliki komitmen.

Qasim memprediksi blokade akan dicabut secara bertahap dalam sekala terbatas. Bahkan menurutnya meskipun blokade dibukan secara keseluruhan maka Hamas harus menyetujui syarat-syarat perundingan yaitu pengakuan terhadap negara penjajah menghentikan perlawanan dan syarat-syarat lainnya. Orang Palestina maupun Israel keduanya sama-sama membutuhkan gencatan ini. Orang Palestina karena dimensi kemanusiaan sedangkan Israel demi menata situasi internalnya karena pemerintah Israel dalam kondisi tidak stabil saat ini.

Keamanan negara penjajah Israel tidak ada hubungannya dengan pribadi Israel tidak melihat gencatan ini dari titik tolak atau kepentingan pribadi namun melihatnya dari titik tolak keamanan. Masa gencatan ini akan digunakan Israel untuk memperlakukan Hamas sebagai “masa ujicoba” dan akan bertindak sebagai pengawas. Qasim menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata antara perlawanan dan negara penjajah ini akan mendorong Presiden Palestina Mahmud Abbas lebih ke arah dialog dengan Hamas yang saat ini masih menguasai Jalur Gaza.

Provokasi Menjelang Gencatan

Menjelang memasuki masa gencatan senjata militer Israel mengeluarkan sebuah laporan rahasia seputar Jalur Gaza. Dalam laporan ini militer Israel mengklaim bahwa gerakan Hamas berhasil menciptakan system integral yang bisa memperbesar kekuatan militer pengaruh dan dukungan sosialnya di Jalur Gaza.

Harian Israel Ma’arev edisi Rabu (18/06) mengatakan “data mengkhawatirkan” ini disampaikan Presiden Shimon Perez saat melakukan kunjungan inspeksi ke permukiman-permukiman Yahudi di sekitar Jalur Gaza. Dari sisi sosial ungkap Ma’arev Hamas juga masih tetap menguasai rumah sakit-rumah sakit di Gaza termasuk para dokter dan mengelola sekolah-sekolah yang memungkinkan gerakan ini menerapkan prinsip-prinsip ideologinya dalam kurikulum pendidikan melalui para guru yang berafiliasi kepadanya. Disamping itu Hamas juga menjadi jalan-jalan tetap besrih sehingga membuat warga di Jalur Gaza merasa bahwa mereka diperhatikan.

Dari sisi militer Israel menduduh ada gelontoran dana dari Iran untuk membiayai pasukan Hamas. Sehingga sedikit demi sediki menjadi pasukan regular yang terdiri dari puluhan ribu prajurit terlatih. Disamping dukungan dana kepada pegawai dan pekerja dari Hamas dan juga dukungan dana yang besar kepada para keluarga syuhada. Hal ini turut memberikan andil memperkuat “budaya mati” di medan aksi mati syahid. Laporan militer Israel ini juga mengklaim Hamas mulai membentuk “kelompok tehnologi” yang menghimpur ratusan enginer serta para dosen fisika dan kimia. Mereka dikirim ke Iran secara teratur. Mereka dibekali keahlian membangun infrastruktur militer Palestina khususnya dalam pembuatan bom.

Militer Israel memprediksi Hamas mampu memproduksi rudal-rudal anti tank dan peralatan canggih yang bisa menimbulkan kerugian manusia lebih besar dibandingkan dari mortir dan roket yang sudah ada. Israel juga menuduh Hamas telah memasang peledak di rumah-rumah sehingga bisa roboh menimpa para serdadu Israel saat melakukan serangan militer ke Gaza. Selain diduga menyimpan bahan peledak dalam jumlah sangat besar untuk bersiap pada saat yang tepat. (seto)

Tautan Pendek:

Copied