Tue 6-May-2025

Bush Terlibat Gaza Gate

Kamis 6-Maret-2008

Washington – infopalestina -Pemerintah Presiden Amerika George Bush terlibat dalam “Perang jahat sebagai upaya untuk memudahkan sistem diktator bejat yang dipimpin oleh Abbas Kepala Otorita Palestina (OP) sampai menang.” Ini yang diungkapkan oleh seorang pejabat independent dari unsur penasehat Gedung Putih di Washington untuk membongkar ‘Gaza Gate’ yang mengungkap keterlibatan Bush dan pemerintahannya dalam upaya menciptakan perang saudara yang digagalkan oleh Hamas.

Sebelumnya Hamas mengatakan bahwa pihaknya melakukan pembelaan diri dalam menghadapi rencana jahat berdarah yang dilakukan kelompok yang dipimpin komandan aliran kudeta di Fatah Muhammad Dahlan yang disokong oleh pihak Israel dan Amerika. Bukti itu diyakinkan oleh penyelidikan dokumen yang disampaikan oleh wartawan Amerika David Rose dan dipublikasikan majalah Vanity Fair pada tanggal 3 Maret 2008 dengan nama ‘Bom Gaza’.

Rencana Sulut Perang Saudara

Majalah Amerika Vanity Fair menegaskan bahwa pihaknya mendapatkan dokumen rahasia yang didapatkan dari sumber-sumber Deplu Amerika dan pejabat Palestina mengungkapkan rencana rahasia yang disetujui secara pribadi oleh Presiden Bush dan dijalankan oleh Menlu Condoleezza Rice bersama penasehat keamanan nasional Elliot Abrams untuk menyulut perang saudara di Palestina. Hal ini dilakukan dengan cara memperkokoh pasukan Fatah dibawah pimpinan Muhammad Dahlan dengan persenjataan untuk memberangus Hamas yang menang dalam pemilu yang demokratis.

Hasil investigasi yang dipublikasikan oleh majalah dengan didukung dokumen dan kesaksian pelaku rencana berdarah bukanlah isapan jempol saja akan tetapi sebuah fakta yang menunjukkan betapa besar konspirasi yang dihadapkan kepada Hamas sebagai sebuah kekuatan Palestina yang menang telak dalam pemilu legislatif. Sebuah perhelatan demokrasi yang semua pihak mengakui akan kebersihannya dan hasilnya tidak pernah diprediksi sebelumnya oleh pemerintahan Bush.

Majalah Varity Fair menilai bahwa pemerintah Amerika mendukung kelompok bersenjata Fatah dan menekan pasukan pesaingnya Hamas. “Hal inilah yang mendorong Hamas untuk menguasai Gaza” demikian tulis laporan majalah Amerika tersebut.

Sejumlah Fakta Mulai Terkuak

Menurut para pengamat apa yang disampaikan Hamas dan diungkap oleh majalah seputar rahasia penguasaan militer Hamas di Jalur Gaza masih terlalu minim diketahui dan mulai terungkap sedikit demi sedikit oleh dokumen yang diungkap majalah itu. Secara garis besar apa yang masih menjadi rahasia itu adalah bagian dari rencana umum. Dimana para antek di dalam bekerjasama dengan pihak luar (baca Amerika) untuk berkoordinasi menciptakan perang saudara dengan tujuan memberikan hak kepada Mahmud Abbas untuk membubarkan Hamas dan mengumumkan kondisi darurat di wilayah Otorita Palestina (OP).

Untuk memperkuat argumennya pihak majalah dalam mengungkap rahasia ini berlandaskan pada sejumlah pernyataan khusus yang disampaikan oleh David Wurmser mantan penasehat wakil presiden Amerika Dick Cheney untuk urusan Timur Tengah kepada David Rose redaktur majalah yang pernah keliling antara Gaza Ramallah Tel Aviv Kairo dan Washington. Selama ia berkeliling itu David memperoleh sejumlah dokumen penting dan pengakuan khususnya dari Muhammad Dahlan sendiri tentang perannya dalam menyulut perang saudara dibawah slogan “pembelaan diri”.

Kesaksian akan Kebenaran Hamas

Wurmser yang mengundurkan diri setelah gagalnya rencana tersebut mengakui sendiri bahwa Hamas tidak mempunyai niat untuk menguasai Gaza sampai akhirnya Fatah yang memaksanya melakukan demikian.

“Nampaknya apa yang terjadi itu bukanlah aksi kudeta dari Hamas tapi sebaliknya upaya kudeta yang dilakukan Fatah” demikian kata Wurmser sambil menegaskan bahwa pemerintah Bush yang menjadi bagian dari konspirasi terlibat dalam “Perang kotor sebagai upaya memuluskan jalan diktator Abbas sampai menang.”

Apa yang mendorong Wurmser untuk mengungkap rencana jahat yang melibatkan pemerintahannya adalah karena posisinya sebagai penasehat politik demokrasi pemerintah Bush. “Ada kontradiksi jelas antara seruan Bush untuk menghidupkan demokrasi di Timur Tengah dengan kebijakannya (menyulut perang saudara red.) ini” demikian kata Wurmser kepada majalah Vanity Fair.

Wartawan Amerika ini Rose mengungkapkan bahwa pejabat di pemerintahan Amerika telah menyampaikan kepada dirinya bahwa disana ada yang menasehati untuk segera menunjuk ‘orang kuat’ sebagai ganti solusi berbagai masalah secara langsung. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kesalahan yang terjadi di peristiwa Gaza. Kata ‘orang kuat’ itu mengisyaratkan kepada Muhammad Dahlan yang sejumlah media massa menjulukinya sebagai orang kuat di Gaza dan di kalangan masyarakat Palestina Dahlan lebih dikenal sebagai pemimpin pengkhianat di gerakan Fatah.

Setelah kegagalan rencana dan Dahlan mengalami kerugian terungkap sudah bahwa Dahlan tak lebih dari sekedar singa di kartun. Sehingga para pejabat Amerika saling tuduh seputar penunjukkan Dahlan sebagai wakil mereka.

Menurut Vanity Fair mantan duta Amerika di PBB John Bolton yang sangat memuja Menlu Rice mengecam dan mengatakan”Yang terjadi adalah kegagalan organisasi dan strategi.”

Shock Atas Kemenangan Hamas

Bolton sendiri mengakui setelah kegagalan mereka dalam menghentikan pemilu hasilnya mulai diusik dengan mengutus Dayton Jendral Kith Dayton koordinator keamanan Amerika di Palestina yang berhubungan dan mengadakan kesepakatan rahasia dengan Dahlan untuk memperkuat pasukan Fatah.

Menurut investigasi pemerintah Amerika yang terpukul dengan kemenangan Hamas dalam pemilu legislatif mulai bergerak untuk menggulingkan pemerintahan Hamas dengan bekerjasama dengan Dahlan dan pemimpin Fatah lainnya.

Peran Abbas

Kalau majalah tidak mengisyaratkan secara langsung peran Mahmud Abbas dalam rencana itu tapi dari uraian cerita yang disampaikan wartawan Rose menegaskan bahwa Abbas selalu membaca rencana dan apa yang terjadi ia tahu semua. Walaupun yang mengeksekusi diwakilkan kepada Dahlan yang ditunjuk oleh Abbas sebagai penasehat keamanan nasional. Ini diambil Abbas agar ia mempunyai tangan panjang di dinas keamanan dalam kaitannya memuluskan rencana jahat tersebut.

Syarat Kwartet…. Langkah Pertama

Langkah awal dari rencana Amerika itu adalah syarat diberikan oleh tim kwartet kepada pemerintahan Hamas untuk mengakui eksistensi entitas Zionis Israel membuang kekerasan (perlawanan) dan mengakui kesepakatan-kesepakatan dulu yang sudah ditanda-tangani. Jika syarat-syarat ini ditolak oleh Hamas maka bantuan-bantuan internasional akan distop ke Otorita Palestina.

Hasil investigasi itu menunjukkan bahwa Abbas sangat konsen untuk mengembalikan kekuasaan dana dan kemampuannya dalam melindunginya. Akan tetapi dirinya tidak mampu menunaikan tugas itu tanpa bantuan dari Amerika yang memintanya memberikan ganti dari semua bantuan tersebut.

Rice Tegur Abbas

Laporan investigasi menyebutkan apa yang terjadi dalam sebuah pertemuan antara Abbas dengan Rice pada tanggal 4 Oktober 2006 di kantor kepresidenan Abbas. Menukil dari sejumlah saksi mata selama pertemuan itu intonasi Rice mengeras ke Abbas saat mengatakan bahwa aksi penyingkiran Hamas tak akan mendatangkan hasil apa-apa.

Rice juga menyampaikan kepada Abbas bahwa Washington memprediksi pihak Abbas akan bisa “Membekukan pemerintahan Haniya secepatnya dan melaksanakan pemilu baru.”

Majalah itu menukil dari sejumlah pejabat Palestina yang menyatakan bahwa selama pertemuan itu yang dilakukan pada bulan Ramadhan Abbas menyetujui melaksanakan rencana tersebut selama dua pekan. Namun saat duduk berdekatan dengan Rice dalam jamuan sarapan pagi Abbas meminta tangguh kepada Menlu Amerika dua pekan tambahan lagi. Setelah sarapan pagi menurut majalah Rice mengatakan kepada pengikutnya “Sarapan sial ini harus menanggung dua pekan tambahan dari kekuasaan Abbas.”

Sejak saat itu sejumlah penasehat Abbas yang dikenal dekat dengan pemerintah Amerika mulai menyebarkan berita soal niat Abbas untuk membubarkan pemerintahan Haniya. Tapi berita itu segera ditampik Abbas sendiri setelah dirinya sejak awal tidak mampu untuk menunaikan tugas tersebut. (AMRais)

Tautan Pendek:

Copied