Gaza – Infopalestina: Penarikan militer Israel dari Jalur Gaza Senin (03/03) disebut sebagai kemenangan bagi perlawanan Palestina setelah terjadi pertempuran sengit antara sayap militer faksi-faksi perlawanan dengan militer Zionis Israel. Militer Israel mengakui korban manusian dipihaknya jauh diluar prediksi mereka.
Para pengamat melihat kekalahan militer Israel yang kemudian memaksa mereka untuk menarik diri dari Jalur Gaza setelah lima hari melancarkan agresi militer di Jabalia wilayah utara Jalur Gaza bukanlah terjadi dengan tiba-tiba berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan para petinggi militer dan keamanan Israel. Para analis dan sumber-sumber Israel telah membicarakan kegagalan Israel dalam agresi ini dengan menyebut sebagai “Musim Dingin yang Panas”. Mereka juga berbicara tentang kerugian besar di kalangan serdadu militer yang nampaknya militer Israel tidak berani menyatakannya khawatir akan membuat degradasi mental pasukan dan mendapatkan kecaman keras dari publik Israel kerena kekalahan dini ini. Analis dan sumber-sumber Israel juga membicarakan tentang kekuatan perlawanan dan kemampuan mereka layaknya pasukan militer regular yang mempu menandingi pasukan khusus militer Israel yang jumlahnya mencapai lebih 2000 personel.
Pengakuan pertama disampaikan Mendagri Israel Evi Dickner dalam sidang kabibet Israel Ahad (02/03). Dia mengatakan “Setelah lima hari pertempuran di Jalur Gaza militer tidak mampu merealisasikan tujuannya dengan menghentikan roket-roket perlawanan ke arah Israel.” Dia menambahkan “Saat ini 250 ribu warga Israel dalam jangkauan roket perlawanan dari sebelumnya hanya 125 ribu orang.”
Dalam kesempatan yang sama Pengakuan juga disampaikan Direktur Dinas Keamanan Shabak Yuval Diskin dengan menegaskan Hamas mengungguli pasukan Israel di dalam wilayah-wilayah berpenduduk. “Di wilayah-wilayah berpenduduk kekuatan militer (Israel) terbatas dan rendah. Perimbangan kekuatan berpihak kepada Hamas. Israel dalam kesempatan terakhir berupaya meningkatkan tekanan internasional atas Israel melalui media-media asing” ungkapnya.
Pengakuan berikutnya disampaikan Komandan Lapangan Elam Malka yang meminpin pasukan khusus “Jav’ati” selama 3 hari agresi Israel di utara Jalur Gaza. Dia mengatakan untuk pertama kalinya pasukannya menghadapi pasukan tempur yang sesungguhnya. “Mereka bertempur dengan kekuatan penuh dan terorganisir. Personel perlawanan Palestina adalah prajurit yang sesungguhnya dalam medan pertempuran” akunya.
Media-media Israel menyebutkan bahwa daya ledak roket-roket perlawanan sangat keras disamping mengakibatkan kerusakan parah di lokasi jatuhnya roket. Serangan roket perlawanan bahkan berhasil melukai walikota Sedirot. Sementara mendagri Israel berhasil lolos dari terjangan roket meski seorang pengawalnya terluka saat melakukan kunjungan ke Sedirot.
Menurut media Israel yang turut memaksa Israel menarik dari Jalur Gaza adalah banyaknya korban jiwa yang tidak diumumkan militer Israel. Disamping kekhawatiran banyaknya serdadu Israel yang akan menjadi korban penyanderaan dan ditawan kelompok perlawanan bila agresi terus dilanjutkan. Militer Israel khawatir scenario Shalit terulang kembali.
Seorang penulis Israel Amir Tsuria dalam artikel yang dimuat di sebuah harian Israel Senin (03/03) menulis pasukan Israel telah gagal dalam agresi militer terhadap Jalur Gaza yang berlangsung selama 5 hari berturut-turut. Militer Israel tidak mempu merealisasikan satu targetpun seperti menghentikan serangan roket dan membunuh pemimpin senior perlawanan.
Penulis Israel ini mengatakan “Sekarang saatnya berani dan kita harus melihat dengan mata realitas tidak mungkin tertawa-tawa berani mengatakan bahwa aksi militer di utara Jalur Gaza telah gagal. Rekam satu kata ini di depan kalian G-A-G-A-L. Tak satu targetpun terealisasi seperti penghentian roket pembunuhan pemimpin senior (perlawanan) mengungkap jaringan atau meledakan gudang roket dan bahan peledak.”
Dia menambahkan “Sanga mudah berbohong pada diri sendiri. Bahkan itu lebih ringa dari sesungguhnya. Namun kenama kita tidak bisa berani dan bertanya kepada diri kita langsung apakah ini aksi militer? Apakah aksi ini?” Dia mengingatkan bahwa Brigade “Jav’ati” inti pasukan khusus Israel telah meminta agar mereka dikeluarkan secepatnya dari Jalur Gaza sementara proses penarikan harus dilaksanakan setahap demi setahap.
Dia mengisyaratkan “Hamas terus melancarkan serangan roket meski ada pasukan Israel bahkan di dalam wilayah-wilayah di mana militer Israel berada. Serangan roket ini berkisar 40 – 50 roket setiap harinya dan jumlah anggota Hamas yang terbunuh sangat kecil sekali. Mereka behasil meninggalkan lokasi serangan dan besiap melancarkan perang gerilya. Sementara militer Israel tidak siap dari sisi infrastruktur untuk terjun dalam perang panjang dan terus menerus di dalam wilayah-wilayah berpeduduk. Keberhasian operasi militer di Tepi Barat tidak bisa diterapkan di Jalur Gaza.” (seto)