Tue 6-May-2025

Gaza Tidak Mati Tidak Hidup

Sabtu 1-Maret-2008

Shaleh Na’ami – Infopalestina: Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah menetapkan pelaksanaan strategi di Jalur Gaza dengan nama “pressure cooker” (kendil bertekanan). Dengan strategi ini Israel tetap memasukan bahan makanan pokok ke Jalur Gaza dengan jumlah yang sangat terbatas. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Jalur Gaza dalam jangka waktu tertentu yang bisa menjamin kelangsungan penderitaan mereka tanpa membuat penderitaan ini berubah menjadi tragedi kemanusiaan yang besar. Dalam sejumlah artikel para pengamat Israel melihat bahwa strategi ini bertujuan untuk mencekik Jalur Gaza sehingga tidak mampu hidup atau mati. Para pengamat lain meragukan tingkat efektifitas strategi Barak ini. Mereka menegaskan bahwa strategi ini akan menjadi kegagalan politik dan keamanan.

Radio Israel mengatakan “Di balik strateginya ini Barak ingin memaksa gerakan Hamas beserta faksi-faksi perlawanan lainnya untuk menghentikan serangan roket ke permukiman-permukiman Yahudi di sekitar Jalur Gaza.” Koresponden radio Israel mengutip dari sumber-sumber di departemen pertahanan Israel Barak mengatakan pemerintah akan melanjutkan pemangkasan pasokan kebutuhan sangat primer bagi kehidupan masyarakat Palestina seperti bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghidupkan satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza sehingga aliran listrik terputus di seluruh wilayah Jalur Gaza dalam jangka waktu sangat lama.

Kendil Bertekanan

Strategi “pressure cooker” ini mencakup pembatasan sangat terbatas terhadap pasokan kebutuhan primer seperti tepung dan susu anak-anak serta yang lainnya. Sama sekali dilarang pasokan kebutuhan skunder. Pressure cooker adalah ibarat sebuah kendil yang ditutup rapat untuk menekan uap dalam proses memasak yang diberi lubang kecil untuk jalan uap tanpa harus membuat kendil tersebut meledak. Tujuan strategi ini secara jelas diungkapkan Direktur Bidang Politik dan Keamanan Departemen Pertahanan Israel Jenderal Amos Jal’ad yang mengatakan “Kita harus membidik orang-orang Palestina melalui pelaksanaan sejumlah langkah ekonomi dan militer dalam waktu yang bersamaan dan secara terkordinir.

Terkait dengan pemutusan pasokan bensin ke Jalur Gaza PM Israel Ehud Olmert mengatakan “Kami tidak akan membiarkan puluhan ribu orang Israel mengalami serangan roket setiap hari sementara kehidupan di Jalur Gaza terus berjalan secara alami.” Menurutnya “Rakyat Gaza harus memahami bahwa selama Hamas masih berkuasa maka kami tidak akan memasok kebutuhan kecuali sangat minimal.” Dia mengatakan “Kami tidak ingin terjadi krisis kemanusiaan di Jalur Gaza namun kami akan bertindak agar rakyat tidak bisa hidup dengan nyaman.” Dia melanjutkan “Bagi saya biarlah seluruh penduduk Jalur Gaza berjalan kaki karena kendaraan mereka tidak mendapatkan bahan bakar karena sistem yang berkuasa adalah penjahat.”

Sementara Menlu Israel Tzepi Livni berdalih tentang pemblokadean Jalur Gaza “Tangisan para pemimpin Hamas sudah seharusnya tidak mempengaruhi kita khususnya dalam melakukan balas dentam yang harus kita lakukan demi warga Israel” dalam menghadapi roket-roket Palestina. Dia menambahkan “Kita memerangi perlawanan yang mengintimidasi kondisi kemanusiaan (Israel). Rakyat Gaza tidak akan hidup normal selama warga kita tidak bisa hidup secara normal.”

Dov Weissglas mantan penasehat perdana menteri Israel enam bulan yang lalu pernah menggunakan istilah yang mirip dengan pressure cooker yaitu “Shafa Maut” untuk menggambarkan sikap yang harus diambil Tel Aviv terhadap orang-orang Palestina di Jalur Gaza untuk memaksa mereka menghentikan serangan-serangan roketnya.

Sementara itu mantan Direktur Bidang Intelijen Militer Israel Jenderal Shalomo Gazit meminta dibentuk tim pencari fakta resmi untuk menyelidiki Olmert dan Barat akibat keputusannya menerapkan blockade terhadap Jalur Gaza setelah terungkap bahwa bahaya keputusan ini lebih besar dibandingkan manfaatnya bagi Israel. “Apakah mereka memperkirakan bahwa Ismail Haniyah mau bekerjasama dengan kita dan masih terbuka kedua tangannya?” tanyanya mengecam. Mengenai pemilihan nama pressure cooker untuk menekan Jalur Gaza dia mengatakan “Siapa yang membuat strategi ini harus mengetahui bahwa uap cukup untuk meledak pada titik yang berkali-lipat.” Dan hasilnya menurut Shalomo di sana belum adalah penutupan terhadap Jalur Gaza tembok di pagar perbatasan tidak akan dibangun kembali dan perbatasan dengan Sinai tidak akan diawasi setelah hari ini. “Sejak saat ini dan seterusnya usailah ancaman penerapan penutupan terhadap Jalur Gaza” ungkapnya.

Sementara itu komentator senior di harian Israel Yedeot Aharonot Nachum Bernee mengatakan “Siapapun yang keduamatanya ada di kepalanya mengetahui bahwa keputusan Barak ini tergesa-gesa dan berbahaya dari sisi keamanan dan politik serta melanggar etika.” Dia menganggap bahwa robohnya pagar perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza membuktikan bahwa satu-satunya pihak yang menang dari blockade yang dirancang Barak atas Jalur Gaza adalah Hamas. Karena posisinya semakin kuat dan gudangnya penuh dengan senjata.

Sedang Mantan Menhan Israel Moshe Arnes menganggap strategi ini sebagai kegagalan total. Dalam artikel di harian Israel Ha’aretz petinggi partai aliran kanan Likud ini menyelaskan bahwa Olmert dan Barak tidak memperhitungkan reaksi gerakan Hamas dan keluarga internasional. Dia mengingatkan bahwa solusi yang mungkin dilakukan adalah serangan darat terhadap Jalur Gaza. (seto)

Tautan Pendek:

Copied