Gaza – Infopalestina: Pemerintah Salam Fayyadl di Ramallah hingga kini masih melancarkan kritikan keras terhadap perlawanan Palestina. Sekali-kali menyebut operasi perlawanan syahid sebagai “tindakan hina” dan sekali-kali menyebut serangan roket perlawanan “hanya sia-sia”.
Namun pekan belakangan pernyatannya berkembang menjadi lebih berbahaya. Mahkamah militer milik pemerintah Otoritas Palestina pada 23 Januari lalu menvonis penjata 15 tahun terhadap Dandis dan Umar Thaha dua warga kota Hebron dengan tuduhan membunuh dua pasukan Israel dari angkatan udara dan laut di dekat baldah Betkahel selatan Hebron. Pembunuhan terjadi dua bulan lalu. Aparat Abbas menangkap kedua tersangka dua hari lalu.
Namun proses pengadilan ini mengudang pertanyaan soal kemampuan tim Abbas dalam memberantas perlawanan Palestina dari titik di Tepi Barat.
Pengadilan bayaran
Jubir Hamas Hamad Raqb di Khan Yunis menyebut pengadilan terhadap dua pejuang perlawanan di atas adalah pengadilan pesanan yang dibayar mahkamah Israel. Pengadilan ini menunjukkan bagaimana Mahmod Abbas dan timnya berlindung di bawah ketiak Israel dan Amerika Serikat.
Ia menilai mendagri Otoritas Palestina Abdurrazzaq Yahya adalah ujung tombak penjajah Israel karena ia membantu membantu penjajah Israel di utara Libanon saat perang melawan Hizbullah.
Raqb menambahkan perlawanan Palestina akan memberikan pelajaran kepada mereka yang berusaha menghinakan Palestina. Ia menambahkan “pengkhianatan” terhadap rakyat Palestina itulah wajah asli pejabat-pejabat Otoritas Palestina yang berada di Ramallah.
Apakah perlawanan di Palestina akan melemah
Justru pengadilan yang digelar Otoritas Palestina terhadap dua pejuang perlawanan Palestina di Tepi Barat menunjukkan betapa tidak berdayanya aparat keamananan Mahmud Abbas. Raqb menegaskan perlawanan Palestina sudah melalui banyak fase. Dan setiap fase selalu keluar dengan keperkasaan. Ia menegaskan semakian kuat perlawanan ditekan maka akan semakin kuat melawan.
Raqb memberikan bukti di tahun 1996 ketika Otoritas Palestina melakukan serangan beringas kepada perlawanan Palestina namun perlawanan justru semakin kuat.
Penghianatan jelas
Di sisi lain Prof. Abdussattar guru besar ilmu politik di Universitas An-Najah di Tepi Barat menegaskan pengadilan seperti di atas adalah bentuk penghianatan kepada rakyat Palestina. Sikap Abbas ini menurut Abdussattar akan merugikan rakyatnya sendiri. Karena sebagian besar rakyatnya memiliki sikap yang berbeda.
Qasim menegaskan perlawanan Palestina di Tepi Barat dalam kondisi tidak menguntungkan. Sebab mereka selalu dikejar-kejar Israel di satu sisi dan di sisi lain dikejar oleh aparat keamanan Abbas.
Ajakan mengembangkan kinerja
Qasim tidak menuding Abbas sendiri yang bertanggung jawab dalam menurunnya perlawanan Palestina belakangan ini. faksi-faksi perlawanan Palestina juga bertanggungjawab dalam mengembangkan bentuk perlawanan sesuai dengan perubahan. Ia mengajak faksi-faksi perlawanan Palestina untuk mengembangkan perlawanan terhadap Israel dan jangan hanya menggunakan methode lama dalam perlawanan.
Qasim juga menuduh tembok rasial Israel di Tepi Barat juga menjadi biang kemunduran perlawanan Palestina.
Aksi Dimona dan misi jelas
Namun meski perlawanan Palestina di Tepi Barat mengalami penurunan karena tekanan dari aparat keamanan Abbas terhadap gerakan perlawanan terutama Hamas dan juga serangan Israel kepada mereka kelompok perlawanan Palestina masih menunjuukkan gigirnya dan ketangguhannya dalam melakukan operasi syahid di Dimona. Batalion Izzudin Al-Qassam tiga pekan lalu berhasil menembus benteng Israel dan tentu dari mata-mata aparat keamanan Abbas dengan menembus Dimona yang merupakan komplek industri nuklir Israel. Di sanalah Batalion Izzudin Al-Qassam melakukan aksi bom syahid yang menewaskan sejumlah warga Israel dan melukai lainnya. Perlawanan Palestina ingin menunjukkan mereka masih layak diperhitungkan. (bn-bsyr)