Infopalestina: Sumber-sumber Israel mengatakan bahwa Tel Aviv tengah mempelajari sungguh-sungguh pemintaan Kairo untuk menambah jumlah pasukan Mesir yang ditempatkan di sepanjang perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza khususnya setelah meningkatnya kekhawatiran pemanfaatan perbatasan yang “terbuka sebagian” antara Jalur Gaza dan Mesir untuk masuk ke Israel melalui Sinai untuk melaksanakan aksi-aksi di wilayah selatan Israel (Palestina terjajah 1948).
Menurut harian terkemuka Israel Ha’aretz Menlu Israel Tzevi Lepni dalam sidang khusus di kantor PM Ehud Olmert telah mengajukan rekomendasi agar menyetujui permintaan Mesir untuk menambah jumlah pasukan di perbatasan. Mesir sendiri ingin menambah jumlah pasukan yang disebar antara Laut Tengah di utara dan Thaba di selatan demi menangkap aksi-aksi penyelundupan senjata dari 750 personel menjadi 150 personel.
Meskipun ada persetujuan dari departemen luar negeri namun departemen pertahanan dan dinas keamanan Israel menentang permintaan ini dan menilai bahwa penambahan pasukan Mesir akan mengancam keamanan entitas Zionis Israel. Dinas keamanan Israel melihat hal ini sebagai preseden bagi peristiwa-peristiwa perubahan dalam atase keamanan untuk kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Namun departemen luar negeri Israel melihat bahwa penambahan pasukan ini sama sekali tidak melanggar kesepakatan. Bahkan menyiapkan argumentasi hukum yang akan digunakan untuk melawan penentangan dari depertemen pertahanan.
Sikap departemen luar negeri Israel ini merupakan perubahan penting karena selam ini selalu menentang penambahan pasukan Mesir meski ada permintaan terus dari pihak Mesir dan Amerika. Dengan alasan bahwa pasukan yang ada saat ini masih mampu menghadapi aksi-aksi penyelundupan dari dan ke Jalur Gaza. Belakangan Lepni mengatakan dalam sidang tertutup “Salah satu syarat perubahan kesepakatan damai (perbatasan) akan terjadi dengan munculnya kesungguhan dari pihak Mesir.”
Radio public Israel menyebutkan bahwa ada kesepakatan di kalangan pejabat Israel akan wajibnya pembangunan tembok sepanjang perbatasan dengan Mesir (240 km) karena mudah diterobos dan orang-orang bersenjata dari Jalur Gaza maupun Sinai mungkin memanfaatkannya untuk melaksanakan aksi-aksi atau peledakan di wilayah selatan Israel. Menteri Infrastruktur Israel Benyamin Bin Eliager mengatakan pembangunan tembok tersebut harus menjadi proyek nasional yang paling utama. Seyogiyanya pemerintah menyetujui pendiriannya dan bisa berakhir dalam tahun ini.
Eliager menambahkan “Jalan cepat antara Jalur Gaza dan Mesir memberi peluang kepada pelaku aksi berani mati (fedayen) melaksanakan aksi-aksi dan kembali ke pangkalan mereka dengan selamat.” Dia mengatakan “Siapapun mungkin bisa menyusup ke tanah kita dari Sinai. Karena pintu terbuka bagi para fedayen.” Dia menambahkan “Kita harus mengkaji sebagai proyek nasional pembangunan pembatas sepanjang perbatasan selama setahun dengan pihak Mesir.”
Sumber politik tingkat tinggi Israel mengatakan penambahan pasukan Mesir tidak akan mengancam Israel. Ini adalah bentuk respon darurat terhadap kondisi yang berubah-ubah di perbatasan. Menurut sumber ini negara yang sungguh-sungguh harus melakukan perimbangan sepanjang waktu dari hal yang lebih buruk. Pejabat Israel lain mengatakan penambahan personel keamanan Mesir harus dalam rangka kompromi menyeluruh bagi masalah perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza dengan syarat kompromi ini bisa menghentikan penyelundupan senjata dan melintasnya orang-orang bersnjata tanpa pengawasan. Pejabat Israel ini menambahkan di pihak lain Israel harus berfikir mengenai pembangunan tembok keamanan sepanjang perbatasan dengan Mesir yang panjangnya 240 km mulai dari selatan Jalur Gaza hingga kawasan wisata laut Eilat di pantai Laut Merah.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Evi Dichter melihat bahwa persoalan perbatasan antara Israel dan Mesir adalah persoalan klasik. Dia mengisyaratkan bahwa pada akhirnya di sana akan ada tembok keamanan. Hanya saja seyogiyanya ini harus diambil keputusan: apakah prioritasnya menutup celah-celah (pada tembok pemisah) di kawasan Hebron atau menyempurnakan pembangunan tembok pemisah di sekeliling al Quds (Jerusalem) atau pembangunan pagar keamanan di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Dichter melihat bahwa problem ini sulit dan bahwa negera Israel tidak bisa melakukan segala sesuai dalam satu gebrakan ungkapnya.
Kekhawatiran Para Jenderal
Direktur Bidang Politik Departemen Pertahanan Israel Amos Jalad yang sebelum masa Menhan Ehud Barak ditugaskan untuk memenej pembicaraan dengan Mesir seputar masalah perbatasan mengatakan bahwa Mesir memiliki kemampuan untuk menutup perbatasan yang dilewati orang-orang Palestina.
Amos mengklaim bahwa “orang-orang Palestina memanfaatkan celah-celah di perbatasan untuk menyelundupkan senjata yang lebih canggih ke Jalur Gaza.” Namun Amos tidak memberikan penjelasan tentang senjara yang dia maksudkan ini. Dia menambahkan “Orang-orang Mesir memiliki kemampuan cukup dengan 1500 personel dinas keamanan untuk memantau garis perbatasan sepanjang 14 kilometer.
Menurutnya pihak Mesir juga memungkinkan untuk menggunakan dinas intelijen Mesir dalam mengatasan masalah perbatasan ini. Dia menambahkan bahwa dirinya kini terus melakukan “kontak dengan para pejabat Mesir yang ditugaskan dalam masalah keamanan.”
Para jenderal Israel menunjukan kekhawatiran mereka akan masuknya senjata-senjata canggih ke Jalur Gaza. Mereka menyebut senjata-senjata ini adalah senjata-senjata seperti roket anti pesawat dan anti kendaraan lapis baja serta roket dengan daya jangkau lebih jauh daripada roket-roket al qaasam buatan lokal.
Senjata dari Hizbullah
Sebelumnya sumber-sumber keamanan Israel telah mengungkapkan kekhawatirannya atas kemungkinan perlawanan Palestina di Jalur Gaza mendapatkan roket jenis Fajr yang dimiliki kelompok Hizbullah Libanon. Roket jenis ini memiliki daya jangkau sejauh 43 – 73 kilometer.
Sumber-sumber keamanan Israel mengatakan mungkin dilakukan penyelundupan bagian-bagian dari jenis roket ini melalui terowongan yang dijadikan penyelundupan roket jenis Garad ke Jalur Gaza.
Sumber-sumber keamanan Israel mengklaim bahwa perlawanan Palestina di Jalur Gaza berupaya mendapatkan roket-roket panggul anti pesawat jenis Misag 1 yang memungkinkan bisa menjatuhkan pesawat Israel dalam radius 4 kilometer. (seto)