Infopalestina: Sebuah laporan
Laporan ini menambahkan bahwa para imigran Yahudi setiap tahunnya melahirkan 8000 anak. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan departemen kependudukan yang diterbitkan oleh harian terkemuka Israel Ma’arev menyebutkan bahwa sekitar 320 ribu anak Yahudi yang kini hidup di Israel bukan Yahudi. Sebagian besar mereka datang dari negara-negara Eropa timur bekas Uni Soviet.
Laporan ini menyebutkan bahwa sebagian dari para imigran tersebut tidak punya perhatian untuk berubah menjadi Yahudi dan mereka lebih memilih beragama Kristen memilih hidup di komunitas-komunitas khusus mereka dan terpisah dari orang-orang Yahudi. Laporan ini mengisyaratkan bahwa hakikat bahaya yang lebih besar tersembunyi bahwa institusi para pendeta Yahudi (Hakom) terbesar melakukan proses perubahan para imigran baru yang ingin berubah agamanya menjadi Yahudi.
Laporan ini menjelaskan bahwa mereka para imigran berperilaku layaknya orang-orang
Ma’arev mengisyaratkan bahwa Olmert telah mengeluarkan instruksi terakhir yang mendorong proses peyahidian (perubahan menjadi Yahudi) guna menjamin tingginya angka demografi Yahudi di Palestina. Rencana ini menargetkan yahudisasi 300 ribu orang dalam jangka waktu 5 tahun. Rencana ini menegaskan agar bersandar kepada kebijakan tunggal dalam proses peyahudian ini. Disamping pemaksaan oleh institusi Hakom terhadap penetapan satu pihak yang bertanggung jawab aas proses peyahudian ini.
PM Israel Ehud Olmert sendiri telah menugaskan Skretaris Pemerintah Israel Ovad Yahezkil untuk mengkordinasi upaya dalam masalah ini mulai dari sekarang. Olmert juga menugaskan Direktur Umum Depertemen Kependudukan Erez Havon untuk membentuk sebuah komisi guna mengkordinasi rencana ini dengan institusi Hakom terbesar.
Pemerintah
Bom Demografi Warga Palestina
Sejumlah pengamat melihat ledakan bom penduduk Palestina akan mengancam identitas Yahudi negara
Isu bom demografi Palestina sesungguhnya pernah mencuat pada pertengahan tahun 1980-an kemudian lenyap secara drastis menyusul terjadinya gelombang imigran Yahudi dari Uni Soviet pada tahun 1990-an yang mencapai hampir satu juta imigran saat itu.
Sejak intifadhah al Aqsha 2000 lalu angka imigran Yahudi ke Palestina terus mengalami penurunan. Hasil sensus terakhir yang dilakukan Desember 2007 menyatakan bahwa migrasi orang Yahudi ke Israel tahun ini mengalami penurunan drastis dipastikan penurunan tahun ini mencapai angka terendah semenjak 20 tahun.
Kementrian Kuasa mengatakan bahwa jumlah orang Yahudi yang melakukan migrasi ke Israel pada tahun 2007 mencapai 19700 jiwa lebih sedikit 6% dari tahun sebelumnya.
Zaev Belsky Kepala Agen Yahudi—Dewan Pemerintah Bidang Imigrasi—menyatakan kesedihannya atas penurunan angka imigran yang semakin merosot. Selain masalah keamanan Zaev mengklaim bahwa penurunan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masalah ekonomi akibat gempuran sengit perlawanan Palestina.
Hasil berbagai kajian dari lembaga-lembaga penelitian Israel menunjukkan jumlah warga Yahudi di Israel akan mengalami penurunan secara gradual dan pada suatu hari warga Yahudi bisa menjadi minoritas di Israel.
Sebagian besar hasil kajian
Pengamat politik dan anggota Dewan Nasional Palestina Abdullah Horani mengatakan substansi konsep pemikiran zionis adalah eksistensi negara hanya bisa terwujud dengan cara mengusir warga lain. Konsep itu yang sesuai dengan slogan “tanah tanpa rakyat dan rakyat tanpa tanah” menghendaki tanah Palestina dikosongkan dari penduduk aslinya seperti halnya yang dilakukan kolonial kulit putih terhadap penduduk asli dari suku Indian di Amerika dan suku Aborigin di Australia.
Perasaan cemas yang menghinggapi
Jumlah kaum Yahudi di dunia terus menurun. Jumlah kaum Yahudi di seantero dunia tahun 2004 hanya sekitar 13 juta jiwa yakni menurun dibandingkan dengan tahun 1967 yang mencapai 16 juta jiwa dan tahun 1945 yang mencapai 20 juta jiwa.
Pada tahun 2020 diprediksi warga Yahudi hanya berkisar 44 persen berbanding 56 persen warga Arab jika perimbangan pertumbuhan penduduk seperti saat ini. Pada tahun 2050 jumlah warga Yahudi hanya tinggal 37 persen berbanding 63 persen warga Arab. Perhitungan itu tanpa ada kembalinya pengungsi Palestina di luar negeri saat ini yang diperkirakan berjumlah antara 4 hingga 5 juta jiwa. (seto)