Suasana tragis dan memilukan menyelimuti rumah duka keluarga Ghalia. Sebagian besar anggota keluarga ini menjadi korban pembantain berdarah yang baru dilakukan pasukan penjajah
Kejahatan Zionis ini terjadi pada pukul
Semuanya duduk menikmati pemandangan alam pantai. Mendadak atmosfir pantai terpecahkan oleh suara desing roket yang kemudian menggelegar. Sebuah awal yang akan mengubah suasana suka menjadi duka. Keluarga-keluarga Palestina tak bisa berbuat banyak kecuali pasrah. Roket-roket itu bak monster haus darah yang memburu mereka. Hawa sejuk berubah menjadi penuh asap mematikan. Teriak riang berubah menjadi jerit luka. Semua berusaha mencari selamat. Anak-anak wanita kaum laki-laki dewasa dan orang tua. Sebagian menemukan jalan untuk selamat. Sebagian lagi hanya berdiri menunggu maut menjemput.
Keluarga Ghalia ikut terbawa suasana kelangkabut. Mereka berusaha mencari alat transportasi mengindar dari daerah target serdadu
Bersamaan ledakan roket yang mengenai sasaran keluarga Ghalia tubuh-tubuh korban syahid tercecer di atas pasir pantai. Roket-roket laut
Seperti biasa alasan
Siapa yang menyaksikan pembantaian ini pasti menyebutnya sebagai “pemandangan mengerikan”. Bocah-bocah menangisi ayah ibu dan saudara mereka. Yang lain berenang dalam darah padahal mereka datang bertujuan untuk berenang riang di pantai. Tubuh-tubuh tercecer bercampur darah menutupi bekas pakaian mereka yang tercabik-cabik oleh serpihan roket yang menimpa mereka.
Ketika bocah perempuan Hudail Ghalia mendengar musibah itu ia langsung menuju lokasi kejadian. Namun di pantai berdarah itu ia tak mendapatkan seorangpun untuk dijadikan sandaran. Ia mendapati ayahnya tenggelam dalam darah tak bernyawa lagi. Betapa pilu perasaan Hudail sekarang. Kepiluannya bercampur dengan rasa benci dan dendam setelah dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan kejahatan Israel yang telah menghabisi keluarganya ayahnya ibu tirinya dan kelima saudaranya. Kini ia takut dan tidak ingin melihat kejadian di depan matanya berulang. Tiada lagi yang menggantikan kasih sayang ayahnya. Kini ia hanya ditemani oleh ibu kandungnya yang tergeletak di rumah sakit bersama dua saudaranya yang lain salah satunya dievakusi ke RS dalam kondisi kritis. Ia juga masih memiliki tiga saudara tiri dua di antaranya dirawat intensif di rumah sakit akibat kejadian mengerikan itu.
“Keadilan apa yang mereka bicarakan syarat apa yang mereka inginkan dari kami kompromi apalagi yang mereka minta dari kami ketika eskalasi kejahatan
Yunus seorang tetangga dekat keluarga Ghalia mengisahkan kepergian mereka ke pantai “Usai shalat Jumat di masjid Ali Ghalia bersama keluarganya pergi ke pantai untuk sekedar berlibur. Karena hanya pantai itulah satu-satunya daerah yang dianggap aman untuk “wisata”. Ketika serdadu
“Sisa keluarga yang masih hidup namun mengalami luka usai pembantaian masih trauma. Tujuh anggota keluarga ini meninggal syahid. Enam lainnya dirawat di RS hingga sekarang istri kedua Ghalia tiga anak perempuan dan satu pemuda yang dievakuasi ke RS di Israel karena kondisinya parah. Tiga lainnya berada di RS Asy Syifa di Gaza. Artinya semua keluarga Ghalia menjadi korban kekejaman
Ummu Ghassan saudari korban Ali Ghalia sambil menangis terseduh di depan rumah duka di Beit Lahia mengatakan “Kami yakin dengan takdir Allah. Karena kami mencintai mereka maka kami sabar dan tabah… cukup Allah bagi kami Dialah sebaik-baik penolong.” Ummu Ghasan memiliki
Sebelum pembantaian berdarah di pantai Gaza ini paginya Zionis Israel mengelar operasi pembantaian terhadap tokoh perlawanan Palestina Jamal Abu Samhadana Direktur Umum Keamanan Depdari Palestina bersama 3 orang pembantunya. Amerika menolak mengecam