Tue 6-May-2025

Dukungan Militer Amerika pada Israel

Sabtu 1-Desember-2007

Ribuan orang Palestina Libanon dan Arab terbunuh oleh senjata Zionis Israel yang diproduksi di Amerika. Washington membekali Tel Aviv dengan semua jenis persenjataan perang mulai dari pesawat rudal dan meriam. Hal inilah yang menjadikan Washington sebagai sekutu bersama Israel di dalam setiap pembantaian yang terhadap terhadap bangsa Arab dan Islam yang membuat Amerika dan entitas Zionis bertanggung jawab langsung atas semua terror sitematis yang terjadi di dunia Arab dan Islam. Namun siapa bisa menghadapi Washington dan menggerakan sarana undang-undang dan informasi untuk melawannya guna menghentikan kejahatannya.

Infopalestina-Filisteen Almuslima: Dukungan Amerika kepada entitas Zionis Israel tidak hanya terbatas pada materi politik diplomatik ekonomi dan intelijen saja namun juga pada bidang militer. Meskipun Israel menghasilkan 12% senjata dunia namun negara ini terus mendapatkan bantuan militer besar dari Amerika. Pertanyaannya adalah mengapa Amerika mendukung Israel meskipun kepentingan terbesarnya ada di dunia Arab dan Islam?

Orang-orang Amerika yang mendukung kebijakan ini memiliki banyak alasan. Israel diyakini sebagai satu-satunya negara demokratis di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu membantu dan memberikan dukungan kepada Israel berarti menjaga oase demokrasi ini di dunia yang tidak mengenal abjadiyah kerja demokratis dan masyarakat sipil yang melembaga.

Israel juga dianggap sebagai bagian dari dunia Barat dan bekerja demi melindungi kepentingan Amerika dan Barat secara umum di Timur Tengah kawasan penting di dunia ditinjau dari sumber-sumber energi yang ada. Untuk itu Amerika memanfaatkan terisolasinya Israel dari sekitarnya dan naluri negara Yahudi itu untuk tetap eksis di dunia disiapkan untuk menjamin kepentingan tersebut. Dukungan terhadap Israel juga diyakini dapat mencegah berdirinya negara regional yang kuat yang menunjukkan idependensi dari negara-negara Barat. Hal bisa ditilik kembali nasib yang dialami Mesir tahun 1950-an ketika Presiden Jamal Abdul Nasher berupaya membangun negara yang diharapkan memimpin dunia Arab. Televisi Swis tahun 1956 mengumumkan upaya Mesir itu sebagai langkah menuju jalan tersebut. Barat pun merespon dengan menabuh genderang perang terhadap Mesir yang dipimpin Peransis dan Inggris serta konspirasi Israel untuk menduduki tanah Mesir khususnya dua tepi terusan Swis dan menghalangi proyak Pan-Arabisme.

Hal itu terulang kembali dengan Irak ketika mendiang Presiden Sadam Husain meletakan batu bata nasionalisme yang kuat dan pendirian kaedah ilmiyah yang disiapkan oleh 30 ribu ahli dan peneliti sebagai mukadimah pembangunan Irak baru. Israel melalui lobi Yahudi kaum neo-konservatif dan arus Kristen Zionis turut serta dalam perang ini bersama Amerika yang mengembalikan Irak ke puluhan tahun silam. Israel berhasil menghancurkan reaktor nuklir Irak di Ozirak pada tahun 1981 untuk tujuan yang sama. Sebagaimana Israel saat ini bekerjasama dengan Amerika dan negara-negara Barat dalam menghadapi Iran yang menurut Barat berupaya menjadikan dirinya sebagai negara regional terkuat. Anggapan ini diperkuat dengan wlayahnya yang luas jumlah pendudukan yang besar secara prosentase selain letaknya yang strategis lagi istimewa yang menghubungkan wilayah Kaukasus dan Asia Tengah berbatasan dengan Turki Afganistan Pakistan dan memanjang di dunia Arab dan Samudra Hindia serta menguasai selat Hurmuz. Upaya Iran untuk memproduksi senjata nuklir menurut pandangan di atas mengancam eksistensi Zionis di Palestina terjajah.

Kelompok pendukung pemberian dukungan militer kepada Israel ini menegaskan peran kewajiban Israel untuk melindungi kepentingan Barat secara umum dan Amerika secara khusus di tengah-tengah krisis dan naiknya harta minyak. Posisi negara Zionis di tengah-tengah dunia Arab yang kaya minyak serta kedekatannya dari jalan-jalan suplai mengharuskan Amerika mendanai ‘satpam’ tersebut. Perlu menjadi catatan bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang permiyakan berorientasi pada pentingnya kawasan geoekonomi dan geopolitik pascaperang dunia kedua. Mereka mulai menekan gedung putih untuk menjamin kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut. Gedung putih mendapati apa yang dicarinya itu di Iran dengan mengirim 40 ribu pasukan Amerika ke sana kemudian di Israel dengan menjalin hubungan semi rahasia karena khawatir menyulut meningkatnya kebangsaan Arab dan menjauh ke pangkuan Uni Soviet.

Pada waktu itu Israel mengambil untung dari prinsip Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang menjanjikan setiap negara yang khawatir dirinya terkena dampak komunis untuk mendapatkan bantuan dana dan militer dari Amerika. Blok pendukung Israel tidak melupakan adanya koalisi strategis antara Israel dengan Amerika. Kelompok ini menganggap bahwa musuh Amerika adalah musuh Israel dan kawan Amerika adalah kawan Israel. Hubungan strategis ini nampak jelas dalam perang yang dilakukan Amerika terhadap apa yang disebutnya “terorisme internasional”. Kedua negara ini memerangi siapa saja yang disebutnya kelompok teroris dengan berbagai bentuk koordinasi yang mencakup hingga istilah termonilogi.

Ada sebab lain sehingga pemerintahan Amerika menganggap sangat penting untuk mendukung Israel dan mewakilinya dalam ekspor senjata Amerika melalui Israel ke negara-negara yang membahayakan undang-undang Amerika sendiri. Israel juga memainkan peran tugas-tugas Amerika di Timur Tengah di dalam melindungi rezim sekutu Barat sebagaimana yang terjadi pada tahun 1970 saat Penasehat Keamanan Nasional Amerika Henry Kissinger meminta Israel untuk melindungi pemerintah Yordania yang mendapatkan ancaman setelah masuknya militer Suriah ke wilayah Yordania menyusul pertempuran yang berlangsung antara pemerintah Yordania dengan kelompok-kelompok bersenjata Palestina.

Peran Israel sebagai koalisi terpercaya dan pelindung bagi kepentingan Amerika semakin nampak dalam perang terakhir yang dilakukan Israel terahdap Libanon dan yang dilakukan terhadap bangsa Palestina guna memasarkan ide timur tengah baru sesuai dengan standar Amerika.

Sejumlah pakar ekonomi Timur Tengah menafsirkan bahwa salah satu sebab dukungan militer Amerika kepada Israel adalah masalah ekonomi sebagai peringkat pertama. Karenanya bagian terbesar dari dukungan dana Amerika kepada Israel dikhususkan untuk membeli senjata dari Amerika. Dengan demikian Amerika telah mendukung perekonomiannya sendiri dan menjaga kesempatan kerja bagi ribuan tenaga kerja Amerika.

Para pemegang keputusan di Amerika melihat Israel sebagai pangkalan Amerika yang maju dan gudang senjata bagi kekuatan Amerika serta sebagai medan melakukan manuver-manuver bersama.

Sebab lain dan yang tidak kalah penting dari yang disebutkan tadi adalah langkah Israel melakukan percobaan dan pengujian senjata Amerika secara praktis di lapangan dan kajian sejauh mana pengaruhnya secara nyata di lapangan (Palestina dan sekitarnya).

Untuk alasan-alasan tersebut dan juga alasan lainnya maka pemerintah Amerika melihat pentingnya memberikan dukungan terhadap Israel. Bahkan dukungan ini menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Washington.

Dukungan Militer Amerika Mulai dan Menigkat Sejak Israel Berdiri

Infopalestina: Bantuan militer Amerika mulai sampai ke Israel sejak awal berdirinya negara Zionis tersebut. Presiden Amerika Harry Truman menyetujui bantuan hutang senilai 135 juta dolar untuk menampung para imigran Yahudi baru yang datang ke Palestina yang diajukan oleh pemerintah Bin Gorion. Mengutip pernyataan Truman (28/10/1948) dia sempat mengatakan “Adalah tanggung jawab saya untuk melihat kebijakan kami di Israel sesuai dengan kebijakan kami di seluruh dunia. Yang kedua adalah keinginan saya untuk mendirikan sebuah negara demokratis bebas merdeka berkembang dan kuat secara cukup untuk menjadikan penduduknya mandiri dan aman.”

Selama rentang waktu antara tahun 1949 sampai tahun 1973 rata-rata bantuan yang diterima Israel setiap tahunnya mencapai 122 juta dolar. Selama kurun waktu tersebut jumlah bantuan Amerika kepada Israel mencapai 31 milyar dolar di antaranya 277 juta dolar untuk bantuan militer. Pada tahun 1962 Israel mulai membeli senjata dari Amerika. Hanya saja bantuan senjata pertama yang datang ke Israel adalah pada perang Oktober 1973. Konggres beralasan atas bantuan yang diberikan kepada Israel tersebut dengan mengatakan bahwa kelemahan Israel secara militer akan berdampak kepada meledaknya perang yang berkelanjutan di kawasan Timur Tengah pada hari-hari pertama meletus perang yang berakibat kepada kerugian besar yang akan dialami Israel. Untuk itu kala itu Presiden Richard Nixon dan Menlu Henry Kissinger menginstruksikan agar mengabulkan bantuan persenjataan yang diminta Israel mulai dari senjata amunisi dan roket. Di samping itu Amerika juga menambah bantuan militer berupa 20 pesawat tempur jenis F-4.

Sejak tahun 1974 bantuan militer Amerika mulai melimpah ke Israel hingga meningkat senilai 100 juta dolar. Dengan itu pemerintah Zionis Israel bisa mengikat apapun proses perdamaian dengan pihak Arab karena adanya bantuan militer yang besar dari Amerika. Usai penandatanganan perjanjian Camp David pada tahun 1979 Israel mendapat dana sebesar 5 milyar dolar untuk mengembalikan posisi penyebaran pasukan militernya di semenanjung Sinai serta membangun landasan-landasan pesawat baru di Nagev wilayah Israel selatan (Palestina’48). Setelah penadatanganan perjanjian WyeRiver tahun 1998 Israel mendapatkan kucuran dana 12 milyar dolar. Bersamaan dengan perundingan yang terjadi dengan pihak Suriah Israel disiapkan chek senilai 17 milyar dolar oleh Amerika untuk membayar biaya penarikan dari dataran tinggi Golan. Berhentinya perundingan waktu itu telah mengakibatkan pihak Israel tidak mendapatkan dana yang dimaksud. Ketika Israel menarik pasukan dari Jalur Gaza pada 12 September 2005 lalu pemerintah Israel meminta dana dari Amerika guna membantu merelokasi imigran Yahudi yang ditarik dari Jalur Gaza. Bentuan itu akhirnya dibekukan karena badai Katrina menghantam Amerika kala itu. Israel disiapkan chek lain oleh Amerika yang nilainya sebasar 10 juta dolar untuk melaksanakan rencana penarikan dari Tepi Barat sesuai dengan proyek Olmert.

Sejak tahun 1987 Israel mulai mendapatkan dana 18 milyar dolar sebagai bantuan militer setiap tahunnya dan 12 milyar dolar sebagai bantuan ekonomi. Namun pemerintah Presiden Clinton sepakat dengan pemeritnah Israel pada tahun 1998 untuk mengurangi bantuan ekonomi menjadi sebesar 120 juta dolar setiap tahun dengan menjadikan separohnya (60 juta dolar) untuk bantuan militer. Sesuai dengan kesepakatan ini maka pada tahun 2006 Israel mendapatkan bantuan sebesar 360 juta dolar untuk bantuan ekonomi dan 222 milyar dolar untuk bantuan militer.

Selain itu pemerintah Amerika juga membiayai proyek-proyek lain yang dilakukan Israel. Sebagai contoh sejak tahun 1986 hingga sekarang pemerintah Amerika telah menghabiskan lebih dari satu milyar untuk pengembangan rudal-rudal (Israel) yang mana anggaran untuk pengembangan dan semacamnya ini tidak termasuk dalam poin bantuan militer.

Memasuki awal tahun 1982 Amerika mulai mengirim bantuan militer tunai kepada Israel. Pengiriman bantuan tunai ini dilakukan sekali pada tiap awal tahun anggaran. Sementara bantuan yang sama akan diberikan dalam 4 tahap dalam setahun untuk negara-negara lain. Berbeda dengan negara-negara lain yang mendapatkan bantuan Amerika Israel bebas membelanjakan bantuannya. Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani antara kedua belah pihak Amerika dan Israel orang-orang Amerika berjanji (sesuai dengan undang-undang Israel) menginvestasikan 27% dari bantuan Amerika di Israel sendiri. Pihak Amerika juga harus komitmen membeli hasil-hasil produksi industri Israel untuk digunakan pihak Amerika dalam memproduksi. Misalnya perusahaan Lockheed Martin berinvestasi sebesar 900 juta dolar di Israel setelah transaksi pembelian pesawat F-16 perusahaan Boeing berinvestasi sebesar 750 juta dolar di Israel setelah penandatanganan perjanjian pembelian pesawat F-15 dan Black Hawk oleh Israel.

Table berikut menjelaskan besar bantuan militer yang diberikan Amerika kepada Israel (dalam juta dolar):

Amerika telah mengucurkan lebih dari sepertiga bantuan luar negerinya untuk Israel yang jumlah penduduknya tidak lebih dari seperseribu jumlah penduduk dunia. Bantuan Amerika telah menjadi hak pasti yang diperoleh Israel yang setiap kali menandatangani perjanjian dengan satu pihak Arab jumlah bantuan itu meningkat nilainya. Bukan itu saja bahkan bantuan Amerika mengucur deras ke Tel Aviv setelah Israel menang dalam perang 1967 dan yang telah menahbiskannya sebagai negara regional yang membuat cemas tetangga-tetangganya.

Bantuan militer Amerika kepada Israel semakin memperkuat persaingan senjata di kawasan Timur Tengah. Dengan adanya senjata jenis terbaru buatan Amerika yang diperoleh Israel membuat negara-negara Arab khususnya negara kaya minyak untuk membeli senjata guna menandingi senjata yang diperoleh Israel. Paling tidak ini menjadi alasan pembenar pembelian senjata. Perlu diketahui tidak ada satu negarapun yang menjual senjata siap secara teknis kecuali senjata yang dimiliki Israel. Dengan begitu Amerika secara praktis telah mempersenjatai Israel secara gratis melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan Amerika dari pejuangan senjata ke negara-negara Arab

Dampak Negatif Bantuan Militer Amerika untuk Israel

Infopalestina: Sesuai dengan hukum internasional Israel termasuk negara penjajah. Jika definisi penjajahan itu hanya dibatasi pada wilayah Palestina tahun 1967 maka Israel harus menarik diri dari wilayah Arab yang diduduki sejak tahun 1967 (termasuk seluruh wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza). Pada 12 Maret 2002 Sekjen PBB Kofi Anan telah menyampaikan seruan kepada pemerintah Zionis Israel yang meminta Israel menarik diri dan mengakhiri pendudukan ilegalnya terhadap wilayah Arab yang diduduki. Namun Israel dengan bantuan Amerika mengabaikan keputusan internasional tersebut.

Israel telah banyak melakukan pelecehan terhadap perjanjian-perjanjian internasional khususnya yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) di antaranya adalah perjanjian Jenewa IV. Israel terus melakukan penghancuran rumah-rumah warga Palestina memusnahkan hasil pertanian mereka menguasai sumber-sumber air mereka mencemari secara sengaja terhadap lingkungan mereka menggusur tanah dan lahan mereka untuk pembangunan permukiman-permukiman bagi imigran Yahudi di atasnya menculik dan menyiksa mereka di dalam penjara menahan mereka di perlintasan-pelintasan militer dan menghalangi mereka untuk bekerja dan mendapatkan pekerjaan.

Israel adalah negara rasialis yang berdiri di atas argument-argumen agama taurat yang memuliakan Yahudi dan merendahkan selain mereka bekerja untuk melindungi Yahudi dari apa yang diklaimnya sebagai kedzaliman yang dialami mereka selama tinggal menetap di Palestina. Untuk itu mereka bekerja mengusir warga Palestina dan penduduk asli negeri tersebut. Mereka yang tidak bisa diusir dipandang sebagai warga kelar rendah. Karenanya mereka membuat undang-undang seperti undang-undang hak kembali bagi Yahudi dan undang-undang kewarganegaraan. Sementara warga Palestina sebagai pemilik tanah tidak mempu mendapatkan izin membangun rumah atau memperluas rumah yang sudah berdiri. Komunitas-komunitas penduduk Palestina mengalami pelayanan buruk di banyak bidang. Pemerintah Israel juga mengeluarkan peraturan tentang plat nomor mobil Palestina dengan warna yang berbeda dengan mobil yang dikendarai orang-orang Yahudi.

Dukungan Amerika terhadap Israel mendapat kecaman dari lembaga-lembaga internasional secara terus menerus. Dukungan itu juga mengencam kepentingan Amerika di negara-negara Arab dan dunia Islam bahkan mengencam kehidupan warga Amerika sendiri. Para pakar Amerika mencemaskan aksi balas dendam oleh kelompok-kelompok yang mengusung faham radikal dari Amerika hal yang turut mengancam keselamatan warga Amerika.

Termasuk bahaya yang akan dialami Amerika akibat kerjasama militer yang dilakukan dengan Israel adalah meningkatnya aktivitas mata-mata militer Zionis terhadap Amerika dari pihak Israel dan penjualan teknologi Amerika ke negara-negara yang mengencam kerjasama militer Amerika seperti Cina misalnya.

Peristiwa 11 September dan Dampaknya

Perang melawan terorisme yang dideklarasikan Presuiden Bush memiliki dampak terhadap meningkatnya bantuan militer Amerika kepada Israel sebagai sekutu strategis bagi Amerika di dalam perang tersebut. Selama masa pemerintahan Presiden George W. Bush Israel telah mendapatkan bantuan militer yang belum pernah didapat dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Dalam rentang antara tahun 2001 hingga 2005 Israel telah mendapatkan bantuan militer Amerika sebesar 105 milyar dolar sebagai bantuan tunai dan 63 milyar dolar sebagai harga pembelian senjata dari Amerika Serikat. Termasuk di dalamnya 45 milyar dolar untuk harga 102 pesawat F-16 dari perusahaan Lockheed Martin.

Tabel berikut menjelaskan dana bantuan yang diperoleh Israel untuk pembelian senjata antara tahun 2001 hingga 2005.

Israel mendapatkan keistimewaan di bandingkan dengan negara-negara lain. Di mana Israel bisa membeli senjata dari perusahaan-perusahaan Amerika secara langsung. Sementara negara-negara lain harus mendapatkan persetujuan dari departemen pertahanan Amerika terlebih dahulu sebelum melakukan penandatanganan transaksi. Israel juga mendapatkan keistimewaan dengan melakukan transaksi pembelian senjata dan peralatan perang senilai kurang dari 100 ribu dolar. Sementara negara-negara lain baru boleh melakukan transaksi pembelian senjata dengan nilai kurang dari jumlah tersebut.

Jenis Persenjataan

Tabel berikut ini menjelaskan tentang jenis persenjataan konvensional paling penting yang diberikan Amerika kepada Israel dan disiapkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika.

(Sumber: International Institute for Strategic Studies/IISS London Mei 2006)

Nama-nama Perusahaan dan Besaran Transaksinya

Perusahaan-perusahaan berikut merupakan imperium dana yang sangat besar menilik kepada jumlah para pegawai dan pekerjannya serta besaran transaksi keuangan yang dilakukan.

Peran Kelompok-kelompok Penekan

Infopalestina: Keberadaan kelompok penekan atau yang dikenal dengan loby (Zionis) memiliki peran sangat besar dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah Amerika dan mengarahkannya ke arah yang dipandang sesuai oleh kelompok penekan tersebut. Untuk itu penting memfokuskan pembahasan kepada kelompok-kelompok penekan ini guna mengetahui perangnnya di dalam mendorong pemerintah Amerika lebih mengutamakan Israel dan memberikan bantuan yang mungkin bisa dilakukan kepadanya. Bahkan lebih mengutamakan Israel dari pada kebijakan politik Amerika sendiri.

Kelompok penekan atau loby Zionis yang sangat terkenal memiliki kekuatan dan itu tidak diragukan lagi adalah lembaga AIPAC (American Israel Public Affairs Committee). Kelompok ini mewakili organisasi-organisasi Yahudi di Amerika dan para tokoh berpengaruh di bidangnya. Lembaga ini didirikan pada tahun 1951. Anggaran tahunana untuk tahun lalu mencapai 50 juta dolar. Mengadakan konferensi tahunan yang dihadiri para tokoh senior politik Amerika baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat mereka bersaing berebut dukungan. Dalam konferensi terakhir yang dilangsungkan pada 6-8 Maret 2005 lalu dihadiri lebih dari separoh anggota senat yang jumlahnya mencapai 100 orang dan lebih dari sepertiga anggota DPR Amerika yang jumlahnya mencapai 435 orang. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh AIPAC pada pemerintahan Amerika perlu kita renungkan sejenak dua kalimat yang disampaikan dua wakil dari Republik dan Demokratik di hadapan para peserta konferensi terakhir.

Ketua Fraksi Mayoritas Republik di Konggres John Bonier merangkup sikap partainya terhadap Israel dari atas podium konferensi dengan mengatakan “Amerika Serikat dan Israel memiliki hubungan khusus lagi istimewa yang muncul dari komitmen Amerika terhadap demokrasi kebebasan dan perdamaian.” Sebagai ketua fraksi mayoritas di konggres dia menegaskan bahasanya “tidak akan keluar undang-undang yang mungkin dianggap bertentangan dengan Israel di dewan perwakilan.”

Dia mengatakan bahwa Israel adalah sahabat Amerika yang memahami sensitivitas dan tabiat persoalan keamanan baginya. Dengan pengetahuan mendalam yang kuat terhadap pesoalan ini maka akan menjamin melangsungan koalisi antara kedua negara besar ungkapnya.

Secara khusus mengenai gerakan Hamas yang dianggap Amerika sebagai ancaman yang membahayakan sekutunya Bonier mengatakan “Bahkan sampai Hamas merubah sikapnya dan menghancurkan jaringan terorisnya serta setuju bekerja menuju solusi damai dengan Israel tidak akan ada dana sepeserpun dari para pembayar pajak Amerika yang pergi ke pemerintahan Palestina yang dipimpin gerakan (Hamas).”

Adapun sikap Partai Demokrat diungkapkan John Edwards mantan calon wakil presiden dia mengatakan “Kita harus memperdalam hubungan ekonomi dan menguatkan kerjasama militer dengan Israel sampai mempertahankan keunggulan secara mutlak.” Edwards menyerukan Amerika untuk berfikir dengan cara-cara baru demi mengikatkan Israel dengan teknologi terbaru yang dimiliki Amerika dan mengikatkan Israel dengan institusi-institusi militer Amerika sebagai koalisi NATO.

Jumlah anggota AIPAC mencapai 100 ribu orang yang tersebar di seluruh wilayah Amerika Serikat. AIPAC memfokuskan aktivitasnya pada para anggota konggres dan melakukan pertemuan lebih dari 2 ribu kali setiap tahunnya dengan mereka guna mendorong mereka mengambil keputusan-keputusan yang mendukung Israel.

AIPAC menganggap bahwa prioritas utamanya adalah memantapkan jaminan kelangsungan dukungan Amerika kepada Israel dan berbuat untuk memberikan keamanan dan membela Israel menghadapi apa yang disebutnya sebagai bahaya yang mengencam eksistensinya secara khusus adalah menghadapi ancaman Iran. Demikian juga jaminan dari pihak konggres untuk kepentingan Israel.

AIPAC mendirikan pusat penelitian bernama “Washington Institute for Near East Policy” (WINEP) pada tahun 1985. tujuan pendirian pusat penelitian ini adalah untuk menyiapkan dan menyebarkan kajian tentang kawasan timur tengah sesuai dengan pandangan Israel dan kemudian diajukan ke para pengambil keputusan di Amerika.

AIPAC juga menerbitkan majalan bernama “Near East Report” yang terbit setiap dua pekan. Majalan ini khusus membahas persoalan-persoalan dan issu-issu timur tengah dan hubungan Amerika – Israel. Tidaklah omong kosong apa yang dikatakan PM Israel Ehud Olmert ketika dia mengatakan “Kami bersyukur karena kami memiliki AIPAC pendukung dan kawan terbesar bagi kami di seluruh dunia.”

Meski dua orang tokohnya pimpinannya Steven Rosen dan Kits Weitzman dituduh melakukan aksi mata-mata untuk kepentingan Israel dan mendekati masa persidangan namun AIPAC tetap menjadi organisasi yang sangat berpengaruh dalam pengabilan kebijakan di pemerintahan Amerika.

Adapun kelompok pendukung utama setelah AIPAC adalah kelompok kanan Kristen. Kelompok ini memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Amerika dikarenakan banyaknya jumlah anggota mereka yang mencapai seperempat pemilih di Amerika sering mengenakan pakaian keagamaan dalam setiap aktivitas mereka yang mendukung Israel juga karena mereka menguasai banyak gereja dan media massa dan jumlah dana sangat besar yang mereka miliki. Kelompok ini bekerja merubah asset popularitas massa menjadi kekuatan politik yang mempengaruhi berbagai peristiwa yang pada akhirnya untuk berkhidmat pada Israel dan kepentingannya.

Selama agresi terakhir yang dilakukan Israel terhadap Libanon seorang penginjil terkenal Robertson berkunjung ke Israel dan menunaikan ritual bersama Olmert untuk kemenangan Israel. Dia juga melakukan inspeksi ke front untuk memberikan dukungan kepada para serdadu Israel. Sekaligus dia bertindak sebagai koresponden televisi bagi sejumlah stasiun Amerika yang melaporkan tentang perang dari front pertempuran secara langsung.

Seorang penginjil lain John Haggy pendiri sebuah organisasi Persatuan Kriten untuk Pembelaan Israel menyerukan para pengikutnya untuk melakukan aksi demonstrasi di depat Gedung Putih guna mendukung Israel di dalam perang melawan Hizbullah. Seruan ini disambut oleh 3500 orang datang dari seluruh wilayah Amerika Serikat. Setelah melakukan aksi demo yang mendapatkan salam penghormatan dari Presiden Bush dan PM Olmert untuk para peserta demo mereka bertemu dengan para anggota Konggres dan mengdorong para anggota Konggres untuk meningkatkan dukungan Amerika kepada Israel dalam perang melawan Islam radinal sebagaimana mereka klaim.

Ada jenis loby lain yang melakukan tekanan sangat keras terhadap pemerintah Amerika. Peran loby ini tidak kalah dengan peran AIPAC dan kaum kanan Kristen yaitu loby para pengusaha dan para tokoh yang mewakili perusahaan-perusahaan penghasil senjata.

Sebelumnya banyak pengamat yang menganggap loby yang dilakukan para tokoh yang mewakili perusahaan-perusahaan minyak yang memiliki tangan panjang dalam mempengaruhi Gedung Putih. Sampai akhirnya hal yang sebaliknya menjelaskan bahwa loby industri-industri militer lebih banyak dan paling berpengaruh terhadap kebijakan Gedung Putih. Tercatat ada 32 nama yang berpengaruh dalam pemerintahan Amerika yang bertugas untuk kepentingan perusahaan-perusahaan senjata sementara hanya 21 nama yang mewakili kepentingan perusahaan-perusahaan minyak.

Berikut ini adalah nama para pejabat pemerintah Amerika jabatan yang mereka pegang dalam pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan mereka:

Ada lagi sejumlah nama pejabat yang sampai sampai kini termasuk senior pejabat dalam pemerintahan Amerika saat ini dan sebelumnya. Di antaranya ada Karl Rove orang terdekat penasehat Presiden Bush yang bekerja untuk kepentingan perusahaan Boeing. Kemudian Louis Libby kepala pegawai Wakil Presiden Dick Cheney terkait dengan perusahaan Northrop Grumman. Ada juga Paul Wolfowitz mantan deputi menhan dan sekarang menjabat sebagai ketua IMF (Northrop Grumman). Kemudian mantan Menlu Colin Powell (General Dynamics) Deputi Menlu Richard Armitage (Boeing Raytheon) Mantan Deputi Menlu Charlotte Peres (Litton Industries) dan Menteri Kelautan Guerdon England (General Dynamics).

Peran Pusat-pusat Kajian Yahudi terhadap Dukungan Militer Amerika

Infopalestina: Pusat-pusat kajian merupakan penopang sangat penting bagi kelompok-kelompok penekan terhadap pemerintah Amerika Serikat. Karena biasanya pusat-pusat kajian ini menyerahkan hasil-hasil kajian mereka kepada para pejabat pemerintah Amerika. Dan yang pasti kajian-kajian ini bertujuan untuk berkhidmat pada kepentingan mereka (Israel). Ada banyak pusat kajian di Amerika yang bekerja untuk kepentingan Zionis Israel. Dalam kesempatan ini akan kita cuplik satu di antara pusat-pusat kajian tersebut yang memiliki hubungan secara langsung dengan tema kajian ini.

Jewish Institute for National Security Affairs

Lembaga ini sangat terkenal karena sebagai kelompok kajian terpenting yang sangat berpengaruh terhadap masalah hubungan militer antara Amerika dan Israel.

Lembaga yang disingkat dengan JINSA ini didirikan sebagai lembaga kajian pada tahun 1974 sehari setelah perang “Pengampuan”. Kemudian berubah menjadi lembaga pendidikan khusus tentang urusan pertahanan pada tahun 1979.

Lembaga ini memfokuskan kajiannya seputar masalah kerjasama strategis antara Amerika dengan Israel. Kajian-kajian penting itu meliputi pertahanan rudal senjata konvensional dengan teknologi tinggi gerakan-gerakan fundamentalis terorisme pembatasan eksport senjata pembatasan penyebaran senjata pemusnah massal di negara-negara yang disebutnya “pembangkang” dan keikutsertaan strategis antara Amerika dan Israel.

Profil lengkap lembaga ini dapat dilihat dalam situs resminya di www.jinsa.org. Sebagaimana disebutkan dalam situs resminya pusat kajian Yahudi ini senantiasa berhubungan dengan komunitas Yahudi dan lembaga keamanan nasional. Juga bertindak sebagai wakil pada peran yang memungkinkan untuk dimainkan Israel guna melindungi kepentingan Amerika dan juga sebagai penghubung antara kebijakan politik pertahanan Amerika dan keamanan Israel.

Lembaga kajian yang berpusat di Washington D.C ini melakukan aktivitas edukasi terhadap masyarakat Amerika mengenai pentingnya Amerika mendapatkan kemampuan pertahanan yang efektif guna melindungi kepentingannya yang strategis. Juga untuk menyampaikan informasi-informasi kepada para pemegang keputusan di bidang pertahanan dan urusan luar negeri seputar pentingnya peran yang mungkin dimainkan Israel di dalam menyebarkan demokrasi di kawasan Timur Tengah dan seputar laut tengah.

Secara berkala lembaga kajian yang dipimpin Norman Hascoe ini menerbitkan laporan atas nama JINSA (JINSA Reports). Juga menerbitkan majalah mengenai urusan keamanan dunia (The Journal of International Security Affairs) dan jurnal pemikiran ”Sudut Pandang” (Viewpoints) serta buku-buku di bidang spesialisasi lembaga. Selain itu JINSA juga menerbitkan rangkuman hasil konferensi dan seminar yang diselenggaranan lembaga.

JINSA juga menyelenggarakan tour bagi para anggota militer Amerika baik yang masih tugas aktif maupun yang sudah purna untuk berkunjung ke Israel. Selain itu juga menjadi supervisi bagi proyek-proyek pengiriman pelajar dan mahasiswa militer Amerika untuk studi di Israel. Pusat kajian JINSA juga menyelenggarakan konferensi-konferensi dan seminar-seminar di institut-institut maupun lembaga-lembaga militer dan pusat-pusat kajian yang konsen dalam urusan keamanan nasional di Amerika.

Adapun para anggota Dewan Penasehat JINSA mereka secara global adalah para wakil kekuatan yang dikenal sebagai kelompok kanan konservatif. Yang paling populer adalah Richard Beryl termasuk salah seorang perumus perang Irak Wakil Presiden Deck Cheney (mantan Menhan) Utusan Amerika untuk PBB John Bolton Wakil Menhan Douglas Feith mantan Direktur Central Intelijen James Woolsey (1993-1995) mantan utusan Amerika di DK PBB Jenderal Frederick McCorkle salah seorang pemimpin Proyek Abab Baru Amerika dan Senior Fellow Center for Strategic and International Studies (CSIS) 1982-1986 Richard Ledeen. Ada juga nama politikus Irak yang cukup terkenal Ahmad Shalabi.

Termasuk anggota Dewan Penasehat JINSA adalah Leon Edney David Jeremiyah Jenderal Charles May. Mereka semua adalah penasehat perusahaan Northrop Grumman. Kemudian Jenderal Paul G. Cerjan (Lokheed Martin) dan Charles Trust (General Dynamics). Lebih lengkapnya bisa dilihat di situs resmi JINSA.

Sedangkan penyokong dana secara terang-terangan terahdap lembaga ini adalah perusahaan Esty Louder lembaga Atlantic Research (para mantan dephan) klan Smith Cougar dan para sahabat angkatan bersenjata Israel.

Ribuan orang Palestina Libanon dan Arab terbunuh oleh senjata Zionis Israel yang diproduksi di Amerika. Secara tidak langsung Washington telah membekali Tel Aviv dengan semua jenis persenjataan perang untuk melakukan pembantaian. Dalam arti lain Washington telah menjadi sekutu bersama Israel di dalam setiap pembantaian yang dilakukan terhadap terhadap bangsa Arab dan Islam. Bersama Israel Amerika bertanggung jawab langsung atas semua terror sitematis yang terjadi di dunia Arab dan Islam. Namun siapa bisa menghadapi Washington? (fm-seto)

Berikut ini adalah nama-nama perusahaan terpenting dan nomor kontak untuk menghubunginya.

Tautan Pendek:

Copied