Mon 5-May-2025

Fobia Demografi Israel di Al-Quds

Rabu 28-November-2007

Fobia Demografi Israel di Al-Quds

Oleh : Hisyam Munawar

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam semua sisi kehidupan kita baik dalam bidang elektronik peralatan perang maupun industri teknologi. Pada saat bangsa-bangsa berlomba untuk menciptakan industri teknologi yang semakin canggih timbul pertanyaan apa urgensinya masalah demografi serta peranya dalam kehidupan suatu bangsa di masa yang akan datang.

Pertanyaan itu mungkin tak begitu penting tidak ada kaitanya dengan perlombaan dunia untuk mengurangi penggunaan tenaga manusia dalam bidang industri.

Pertanyaan tentang peran Demografi mungkin sangat relepan bila dikaitkan dengan konflik yang terjadi antar dua baangsa yang hidup berdampingan. Yang satu hidup dalam kezaliman dan selalu membuat kerusakan di dunia. Sementara yang satu hidup dalam keterpurukan sebagai korban dari peraturan politik Barat dan anak emasnya Israel.

Mungkin kita bisa memahami kekhawatiran Israel tersebut mengingat tabi’at Israel serta identitas permukimannya di wilayah jajahan. Apalagi pertumbuhan penduduk Palestina yang semakin meningkat tidak bisa dikesampingkan begitu saja oleh Israel. Tak heran bila Israel berupaya membuat rancangan untuk menyingkirkan warga Palestina asli dari tanah airnya serta memperluas wilayah permukimannya di wilayah jajahan. Disamping menarik minat para imigran Israel untuk pindah ke Al-Quds dengan diming-imingi berbagai tunjangan materi atau tipu daya yang mengatas namakan agama.

Seperti yang dilaporkan Komisi Yordania untuk wilayah Al-Quds suatu lembaga khusus untuk memantau segala sesuatu yang berkaitan dengan kota Al-Quds menyebutkan perbandingan pertumbuhan pendudk Palestina di Al-Quds dengan warga Israel mencapai tujuh kali lipatnya lebih banyak warga Palestina. Walau mereka senantiasa mendapat tekanan dan kejahatan dari Israel.

Laporan ini mengungkap situasi terbalik justru terjadi di kalangan penduduk Israel. Mengingat banyak sekali penduduk Israel yang memilih pindah ke laur negeri daripada tinggal di wilayah tersebut dengan alasan keamanan.

Seperti dalam laporan tahun kemarin Lembaga Yordania menyebutkan jumlah warga Israel yang eksodus ke luar Al-Quds mencapai 8600 jiwa kebanyakan mereka pergi dengan alasan keamanan dan situasi yang semakin buruk di Al-Quds.

Sementara itu menurut Kantor BPS kota Al-Quds mengatakan jumlah warga al-Quds pada tahun kemarin meningkat tajam sekitar 15600 jiwa. Diantara mereka 11700 jiwa diantaranya tinggal di wilayah permukiman Palestina. Sisanya di wilayah permukiman Israel.

Perlu disebutkan di sini eksitensi rakyat Palestina di wilayah jajahan 1948 semakin meningkat. Inilah yang menyebabkan kekhawatiran pemerintah Israel yang merasakan adanya pertambahan penduduk Palestina yang cukup signifikan di wilayah jajahan 48 yang mendekati berimbang jika tidak dikatakan melebihi.

Selain itu berapapun pertambahan penduduk Palestina akan mengakibat perubahan demografi wilayah jajahan. Hal ini jelas akan menyebabkan masa depan Israel semakin terancam.

Situasi inilah yang menyebabkan pemerintah Israel mengambil keputusan untuk hengkang dari Jalur Gaza yang luasnya kurang lebih 17 % wilayah Palestina. Kemudian mereka berupaya untuk mengisolasi Jalur Gaza dari Tepi Barat untuk memutus mata rantai yang akan mengancam Israel di masa yang akan datang.

Satu hal lain yang membuat Israel begitu berambisi untuk mengadakan pertemuan Annapolis pecan depan adalah pengakuan gratis Palestina terhadap kedaulatan Israel. Termasuk di dalamnya sejumlah peroyek Zionis yang beupaya mengosongkan wilayah Palestina 48 dari penduduk aslinya sekaligus melindungi wilayah Yahudi di masa yang akan datang bila itu terjadi akibat kebodohan segelintir bangsa Palestina sendiri. (Asy)

.

Tautan Pendek:

Copied