Tue 6-May-2025

Laporan: Identitatas Al-Quds Terancam Warganya Terusir

Jumat 23-November-2007

Istanbul – Infopalestina: Para delegasi lembaga-lembaga berbasis dan pembela Al-Quds mengingatkan bahaya kondisi di kota suci Al-Quds yang disebut sangat tragis karena akan menghapus identitas yahudisasi dan mengusir warganya.

Mulataqa (konferensi) Al-Quds internasional di Istanbul 15-17 November ini adalah ajang untuk memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi Al-Quds dan warganya baik berupa recnana yahudisasi atau ancaman demograsi dan lain-lain. Acara itu digelar dengan berbagai ceramah workshop dan konferensi pers.

Yahudisasi Manusia

Dr. Ibrahim Abu Jaber ketua Studi Modern di Ummu Fahm di wilayah jajahan Palestina tahun 1948 menyingung Yahudisasi Manusia di Al-Quds bahwa setengah kota suci itu sudah diyahudisasi dengan bangunan tembok pengaman “Israel” dan pembangunan pemukiman. Rumah warga dirampas untuk kepentingan ini. Rencana ini dikoordinasi oleh apa yang disebut dengan Dinas Pemerintah Pengembagan Al-Quds. Pihak pemerintah daerah penjajah di Al-Quds juga mencekik warga Al-Quds tidak diberi peluang kerja agar kerja ke luar negeri kemudian identitas dicabut “Israel”. Ia menegaskan kini sudah ada 70 ribu warga Al-Quds diusir dari kota suci itu dengan cara-cara tersebut.

Disamping itu Naem Al-Asyhab menyebutkan pemerintah “Israel” memperketat izin tinggal di Al-Quds dengan tujuan menarik identitas mereka dan melarang tinggal di sana. Cara ini sudah membuahkan penarikan kartu identitas warga Al-Quds meningkat 600% pertahun. Ia menandaskan bahwa tidak kurang dari 10.000 anak Palestina di Al-Quds tidak terdaftar identitas mereka.

Kepemilihan ‘Orang Gaib’

Konflik demografi dalam kasus Al-Quds juga sangat krusial. Dr. Ibrahim Abu Jaber menegaskan “Israel” berusaha mewujudkan angka mayoritas warga Yahudi di Al-Quds tahun 2010. kini mereka sedang berfikir menarik 100 ribu yahudi dari luar. Namun “Israel” kini dihadapkan pada arus eksodus balik yang mencapai 8 ribu yahudi karena kurangnya peluang kerja yang disediakan oleh pemerintah penjajah “Israel”.

Dr. Dayyab Ayush ketua Univerisitas Al-Quds menegaskan konflik demograsi penting sebab jumlah yahudi meningkat di Palestina secara bertahan sejak tahun 1897. tahun 1882 prosesntasi yahudi dengan jumlah warga Palestina hanya 71% hingga mencapai 75% di tahun 2005. “Israel” selama ini menerapkan politik penempatan warga bukan hidup berdampingan.

Selama 40 tahun menjajah Al-Quds “Israel” masih terus melakukan politik perampasan kepemilikan tanah dan bangunan serta kekerasan geografi. Guru besar di Universitas Al-Quds Ibrahim Sha’ban menegaskan “Israel” merampas 70 km wilayah milik warga Al-Quds dan warga Palestina hanya memiliki 7% wilayah di sana. “Penjaga Kepemilikan Warga Absen” (undang-undang buatan “Israel” untuk merampas kemilikan warga yang tidak ada ditempat) menjadi pedang untuk memaksa warga Palestina untuk dirampas.

Diskriminasi dan Pengangguran

Aktifis di Lembaga Sipil Yaqob Audah menegaskan “Israel” memberikan 100% kebebasan kepada warga Yahudi di Al-Quds terhadap tanah yang dirampas. Sementara pemilik asli warga Palestina hanya diberi kebebasan “Israel” memanfaatkan lahannya sebanyak 25-50%. Ia menegaskan dana yang digunakan untuk memperoleh izin bagi satu bangunan tinggal mencapai 25.000 USD. Jumlah yang amat besar jika dibandingkan dengan incam warga di Al-Quds. Disamping itu “Israel” juga membebaskan pajak bangunan sebesar 6600 shekal untuk satu unit bangunan.

Peneliti Nasyat Thahbub menegaskan bahwa mayoritas jalan-jalan di Al-Quds timur terdapat galian dan 60% tempat tinggal Palestina tidak memiliki jaringan kesehatan dan 50% tidak memiliki saluran air.

Disamping itu kemiskinan dan pengangguran yang dialami oleh warga Al-Quds akibat politik “Israel” menyebabkan 45% pekerja Palestina hanya memiliki upah yang jauh dari upah warga Yahudi. 25% warga Palestina di Al-Quds miskin dan angka kemiskinan mencapai 20%.

Serangan terhadap masjid Al-Aqsha

Serangan Yahudi terhadap masjid suci Al-Aqsha menjadi bagian tema penting di konferensi Al-Quds Istanbul. Kiblat pertama umat Islam ini menjadi incaran “Israel” dengan melakukan penggalian di bawahnya dengan alasan mencari haikal Sulaiman. Berbagai konspirasi “Israel” ingin melenyapkan masjid ini. Pihak pemerintah penjajah “Israel” sudah menelan dana untuk tujuan tersebut dengan lebih dari 37 milyar USD sejak tahun 1967. Karenanya Syaikh Raid Shalah menyerukan dibukanya dompet Arab Islam untuk mendukung warga Palestina di Al-Quds menghadapai makar “Israel”. (bn-bsyr)

Tautan Pendek:

Copied