Dia mengatakan “Pasukan penjajah
Naem menambahkan”Larangan pasien untuk berobat melakukan mata-mata dengan pihak penjajah penahanan obat-obatan dan bahan makanan susu untuk anak-anak penutupan gerbang-gerbang perlintasan serta larangan terhadap BBM dan solar masuk ke Jalur Gaza semua itu adalah isyarat kejahatan yang tidak sembarangan. Namun ini adalah kejahatan yang direncanakan untuk merusak dan menghancurkan kondisi kesehatan di Jalur
Menurutnya sesuai dengan konvensi internasional tindakan ini adalah kejahatan perang. Untuk itu dunia harus bertanggung jawab dan mendorong menghentikan tragedi dan blokade ini. Pihaknya minta lembaga-lembaga internasional dan kemanusiaan yang konsen pada masalah ini untuk menghentikan kejahatan terhadap orang-orang yang sedang sakit ini. Pihaknya juga meminta negara-negara Arab dan Islam bergerak secepatnya untuk membebaskan bangsa Palestina dari blokade dan embargo.
Naem menjelaskan bahwa 85 jenis obat-obatan utama stoknya nol 138 jenis obat-obatan utama hanya cukup untuk 3 bulan dan lebih dari 12 jenis obat-obatan penting dan utama untuk penderita kejiwaan stoknya akan habis (nol). Hal ini menambah kondisi sakit mereka dan berdampak pada perilakunya selain menambah tingkat upaya bunuh diri dan masalah keluarga.
Naem juga menjelaskan kertas cetakan stoknya juga hampir nol. Seperti untuk kebutuhan pendataan pasien mode pemeriksaan yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan. Bahkan satu berkas kadang digunakan untuk lebih dari satu kasus. Hal ini jelas menghambat pendokumentasian informasi-informasi khusus bagi setiap pasien. Sementara itu amplop untuk hasil photo ronsen dengan segala jenis dan ukurannya juga nol dan stok kertas pun nol meskipun keberadaannya sangat penting guna memudahkan tugas pelayanan kesehatan.
Menurutnya cadangan makanan untuk pasien stoknya hanya mencukupi untuk kebutukan dua pekan saja. Sedangkan cadangan alat-alat kebersihan stoknya tidak mencukupi untuk dua pekan. Adapun stok kain yang ada sangat tidak mencukupi meski sekadar untuk kebutukan pembungkus mayat dan sprei.
Dia juga menegaskan bahwa sejumlah peralatan penting di rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza saat ini tidak bisa bekerja. Sebanyak 29 alat di rumah sakit asy Syifa di Gaza tidak bisa bekerja 47 alat di rumah sakit Nasher di Khan Yunis 22 alat di rumah sakit di Tel Sultan dan Rafah 20 alat di rumah sakit Syuhada al Aqsha di wilayah tengah 14 alat di rumah sakit Beit Hanun 11 alat di rumah sakit mata di Gaza 4 alat di rumah sakit Abu Yusuf di Rafah 15 alat di rumah sakit Eropa di Khan Yunis 26 alat di rumah sakit Muhammad Dura di Gaza dan 3 alat di rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya.
Menurut Naem semua ini secara jelas membuktikan adanya rencana dan metode Zionis Israel yang terang-terangan untuk menghancurkan kondisi kesehatan di Jalur Gaza. Tujuannya adalah untuk memperberat realita Palestina. Sebagai upaya yang terang-terangan untuk menghinakan dan menundukan bangsa Palestina agar melepaskan prinsip-prinsip yang dipegangnya.
Tragedi Kemanusiaan
Pekan lalu Selasa (13/11) Pusat HAM Palestina atau PCHR (The Palestinian Centre for Human Rights) mengatakan “Kelangsungan penutupan gerbang-gerbang perlintasan di Jalur Gaza telah berdampak negatif pada kondisi kehidupan warga sipil Palestina. Kondisi ini sampai pada terjadinya tragedi di seluruh level kehidupan. Pasar-pasar di Jalur Gaza sangat kekurangan barang sementara harga naik membumbung tinggi. Belum pernah kondisi seperti ini terjadi di Jalur Gaza. Semua itu terjadi di tengah-tengah terus membengkaknya tingkat kemiskinan di antara penduduk. Di tambah lagi meningkatnya angka pengangguran di tengah-tengah usia produktif yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut laporan PCHR dampak blokade dan penutupan perlintasan telah melumpuhkan lalu lintas bahan makanan dan obat-obatan yang harus tersedia untuk kelangsungan hidup warga sipil di Jalur Gaza. Juga semua kebutuhan mereka seperti bahan bakar bahan bangunan bahan mentah yang dibutuhkan di bidang-bidang ekonomi seperti perusahaan pertanian angkutan perhubungan layanan wisata dan hotel.
Keputusan pemerintah otoritas penjajah Israel yang mengurangi masuknya barang ke Gaza seperti suplai bahan bakar listrik barang dagangan dan penutupan gerbang-gerbang perbatasan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan sehingga telah mengurangi lebih dari separoh kebutuhan Jalur Gaza hal ini telah mengakibatkan semakin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi.
PCHR menyebutkan sejak awal tahun 2007 ini Israel terus menutup gerbang penyeberangan Rafah perbatasan antara Jalur Gaza dengan Mesir selama 264 hari secara total. Israel juga menutup gerabang Erez yang menghubungkan antara Jalur Gaza dengan wilayah Palestina ’48 dan atau dengan Tepi Barat selama 314 hari secara total. Siapapun tidak boleh melintasi gerbang terebut kecuali kelompok terntentu dengan prosedur sangat ketat. Penutupan gerbang Rafah sendiri telah menjadi ancaman kemanusiaan yang sangat serius. Sedikitnya 6000 warga Palestina Jalur Gaza terkatung-katung di perbatasan tanah Mesir tidak boleh melintas masuk ke Jalur Gaza. Sampai akhirnya sebagian mereka diperbolehkan ke Jalur Gaza melintasi gerbang al Auja (Israel) kemudian lewat gerbang Beit Hanun yang berada di bahwa otoritas penuh Israel.
Sampai saat ini masih lebih 1000 warga Jalur Gaza di antaranya ratusan pasien terkatung-katung di perbatasan tanah Mesir dekat Rafah sejak lebih 3 bulan. Mereka menunggu bisa pulang ke rumah-rumah mereka di kota-kota Jalur Gaza di tengah-tengah kondisi kehidupan yang sangat keras. Sebanyak 21 warga yang terkatung-katung 8 di antaranya wanita meninggal di perbatasan tanah Mesir sebelum bisa masuk Jalur Gaza.
Sementara itu lebih dari 7500 warga Jalur Gaza hingga kini menunggu di perbatasan untuk bisa pergi ke luar. Di antara mereka ada 2500 pelajar dan mahasiswa yang berlajar di berbagai sekolah dan kampus di luar. Di antara mereka juga ada 500 pasien yang sangat membutuhkan pengobatan ke luar karena keterbatasan kemampuan medis di Jalur Gaza. Kondisi mereka sangat menyedihkan dan kesehatannya terus memburuk.
Israel juga menghalang-halangi puluhan pasien yang hendak melewati gerbang Erez di Beit Hanun utara Jalur Gaza dan melarang ratusan lainnya. Di antara mereka ada yang sangat membutuhkan pengobatan di rumah sakit Tepi Barat atau Palestina 48 (Israel). Adalah hak mereka untuk mendapatkan pengobatan karena tidak adanya fasilitas medis yang memadai di Jalur Gaza akibat penutupan perlintasan. PCHR mencatat 5 pasien meninggal di gerbang Erez Beit Hanun akibat dilarang melintas oleh Israel.
Menurut laporan PCHR Israel melarang warga Jalur Gaza membawa hasil produksi mereka ke luar. Selain itu mereka juga meminimalisir masuknya barang ke Jalur Gaza. Kecuali kebutuhan bahan makanan pokok itupun dalam jumlah sangat terbatas. Sementara itu gerbang al Minthar satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan keluar masuk Jalur Gaza telah ditutup total oleh Israel. Kecuali hanya 10 hari saja untuk masuknya biji gandum tepung dan pakan ternak. Hal ini sangat berdampak buruk bagi kondisi kemanusiaan dan perekonomian Jalur Gaza dan bisa mengakibatkan terjadinya krisis kemanusiaan di seluruh Jalur Gaza.
Israel hanya memperbolehkan masuknya bantuan makanan dan obat-obatan selama 16 hari saja. Sejak awal tahun truk yang bisa masuk ke Jalur Gaza sebanyak 920 buah sebagian besarnya hanya mengangkut bantuan makanan. (seto)