Tue 6-May-2025

Serangan Kekerasan di Penjara Nagev: Bukti Kebrutalan Zionis Israel

Rabu 31-Oktober-2007

Infopalestina: Penjajah Zionis Israel kembali mempertontonkan kebrutakan dan kebiadaban mereka Senin (22/10). Pasukan penjajah Zionis Israel menyerbu penjara Israel di padang pasir Nagev wilayah selatan Palestina terjajah tahun 1948. Sebanyak 250 tahanan Palestina terluka dua orang dalam kondisi kritis dan seorang lainnya gugur setelah koma akibat kepalanya tertembak timah panas tembus ke belakang.

Kebiadaban Zionis Israel ini baru terungkap setelah tahanan Palestina mengeluarkan pernyataan khusus yang menyebutkan bahwa pada hari Senin (22/10) kondisi kritis tengah terjadi di penjara padang pasir Nagev menyusul keputusan otoritas Israel memisahkan tahanan Jihad Islam dengan kawan-kawan mereka.

250 Tahanan Terluka

Pagi itu pasukan penjajah Zionis Israel menyerbu ke penjara padang pasir Nagef sambil melakukan segala bentuk kekerasan terhadap para tahanan. Mereka menggunakan segala atat dan cara kekerasan membakar kemah-kemah di atas kelapa para tahanan memusnahkan barang milik para tahanan menyerang para tahanan dengan pukulan maupun tendangan dan melepaskan tembakan api juga gas air mata ke arah para tahanan yang terisolasi. Sebanyak 250 tahanan terluka tiga di antaranya dalam kondisi kritis dan seorang lainnya koma.

Dalam pernyataan yang diterima koresponden Infopalestina tahanan Palestina mengancam akan menggalang aksi mogok makan di seluruh penjara Israel sebagai bentuk protes dan solidaritas kepada tahanan Palestina di penjara Nagev. Ancaman itupun akhirnya dibuktikan sejak Senin sore (22/10) sekitar 11500 tahanan Palestina di seluruh penjara Zionis Israel melakukan mogok makan sebagai protes atas serangan kekerasan yang dilakukan otoritas penjara Zionis Israel tersebut.

Seorang Tahanan Gugur

Kementrian Urusan Tahanan Palestina mengumumkan seorang tahanan Palestina bernama Muhammad Shabri al Asyqar gugur akibat luka parah dalam serangan kekerasan yang terjadi di penjara Israel di Nagev pada Senin pagi.

Direktur Pusat Kajian Tahanan Palestina Ra’fat Hamduna mengatakan korban terkena tembakan di bagian kepala tembus ke belakang. Setelah itu korban pinsan dan koma setelah masuk rumah sakit Suroka di Beer Sheba.

Hamduna menjelaskan otoritas penjajah memperlakukan korban dengan biadab. Korban diborgol saat terbaring tak berdaya di rumah sakit dan dilarang dijenguk ibunya yang berhasil sampai ke rumah sakit setelah berkordinasi dengan palang merah. Ibunya hanya boleh melihat anaknya berbaring lemah semala lima menit.

Luai al Asyqar saudara kandung korban mengatakan bahwa suadaranya masuk rumah sakit dalam keadaan koma total dan otaknya berhenti bekerja. Para dokter gagal menghentikan pendarahan otak akibat timah panas yang menembus kepalanya.

Sedianya korban akan dibebaskan 50 hari lagi setelah menjalani masa tahanan selama 3 setengah tahun di penjara Israel. Dia adalah anggota gerakan Jihad Islam di Thulkarm.

192 Tahanan Gugur di Penjara Israel

Dengan meninggalnya al Asyqar maka jumlah tahanan Palestina yang meninggal di penjara Zionis Israel sejak tahun 1967 sebanyak 192 jiwa akibat kekejaman otoritas penjajah Zionis Israel. Sebanyak. 73 di antaranya gugur sejak intifahdh pertama tahun 1987.

Hal tersebut dijelaskan Lembaga untuk Pembelaan Hak-hak Tahanan “Nafhah” dalam laporannya yang dikeluarkan Selasa (23/10). Lembaga Nafhah menuduh pihak otoritas penjara Israel melakukan pembunuhan sengaja dengan menembaki para tahanan dan tidak memberikan layanan medis yang semestinya. Tindakan ini dinilai sebagai tindakan melanggar HAM.

Lembaga Nafhah meminta kepada elit Palestina dan lembaga HAM untuk mengajukan tuntutan hukum kepada mahkamah internasional guna menyeret Israel ke dalam delik pelanggaran hukum.

50 Aksi Kekerasan dalam 10 Bulan

Abdul Nasher Farwana peneliti khusus tahanan dan kepala Biro Pusat Statistik di Kementerian Tahanan Palestina menilai apa yang terjadi di penjara Nagev Senin pagi (22/10) berupa penembakan tahanan Palestina hanyalah serentetan upaya represif Israel untuk menghancurkan semangat perjuangan Palestina.

Farwana menegaskan tindakan represif terhadap tahanan Palestina untuk tahun ini meningkat mendekati 50 aksi kekerasan dengan menggunakan satuan pasukan Nakhson dan Mutsada yang terkenal sangat ganas. Satuan ini memang dilatih khusus dan dibekali senjata berbagai macam jenis dari gas air mata hingga peluru tajam dan anjing buas. Mereka dilatih untuk mengendalikan tahanan yang berontak.

Ia mengira tidak akan ada lagi korban di kalangan tahanan Palestina seperti yang terjadi di penjara Ofer pada Novemver 2005 yang menyebabkan 30 tahanan Palestina terluka. Ia menegaskan di Nagev juga pernah terjadi kebakaran di unit C. Kejadian kebakaran ini bukan pertama kalinya. Di tahun 2004 dan 2005 juga terjadi kebakaran besar yag menyebabkan empat unit penjara terbakar dan sejumlah tahanan mengalami luka.

Menurut Farwana kebakaran terbesar terjadi pada 27 Januari 2005 yang menyebabkan seorang tahanan Rasim Sulaiman Abu Gaza meninggal syahid. Sayangnya di penjara itu tidak dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sehingga para tahanan Palestina menjadi mangsa si jago merah.

Farwana menegaskan penjara Anshar 3 terletak di gurun Nagev wilayah selatan Palestina 48 merupakan wilayah militer tertutup dan berbatasan dengan Mesir. Penjara ini sebenarnya adalah kamp militer Israel dan didirikan penjara di dalamnya. Dalam penjara ini mendekam sekitar 2350 tahanan 700 tahanan administratif. Penjara ini pernah dibuka tahun 1988 dan ditutup 1996 kemudian dibuka kembali 2002.

Farwana meminta kepada lembaga-lembaga HAM internasional terutama Palang Merah Internasional melakukan intervensi dan menekan Israel yang telah melanggar semua hukum internasional guna menyelamatkan tahanan Palestina. Sebab mereka mengalami berbagai tekanan dan siksaan kejam dari Israel secara terus menerus.

Serdadu Israel Menikmati Aksi Penyiksaan

Kegemaran melakukan penyiksaan tidak saja dilakukan serdadu Israel di penjara-penjara dan markas penahanan. Namun juga dilakukan di pos-pos militer atau perlintasan militer (check point) Menurut penelitian para serdadu Israel memang sangat menikmati melakukan penyiksaan terhadap warga Palestina baik laki-laki maupun perempuan. Ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan pakar psikologi klinis di Universitas Hebrew Nufar Yishai-Karin. Dari wawancara dengan para tentara dan pegawai sipil yang bertugas di pos militer Israel didapat pengakuan bahwa penyiksaan brutal terhadap warga Palestina merupakan aktivitas rutin para tentara Israel.

Seperti dinukil The Observer Minggu (21/10) Karin menyebutkan bahwa mayoritas tentara yang diwawancarainya mengaku senang melakukan kekerasan. Karin sendiri adalah mantan tentara Israel dan menghabiskan waktu selama tujuh tahun untuk meneliti perilaku kejam para serdadu Israel terhadap warga Palestina. Beberapa tentara yang diwawancarai Karin mengungkapkan mereka menikmati kekuasaan tak terbatas saat melakukan penyiksaan terhadap warga Palestina. Bahkan salah seorang tentara merasakan kecanduan. “Jika saya pergi ke Rafah (wilayah selatan Jalur Gaza red) dan di sana tidak ada keributan sekali saja dalam seminggu saya jadi gila ” katanya.

Bagi tentara Israel memukul warga Palestina membuat diri mereka menjadi seperti orang penting. “Anda akan merasa Anda-lah yang memegang kekuasaan Anda-lah yang memutuskan dan Anda adalah tuhannya” ungkap prajurit lainnya.

Serdadu Israel yang lain mengakui mereka bebas melakukan tindakan apapun terhadap warga Palestina tanpa ada larangan. Seperti menembak begitu saja seorang warga Palestina yang sedang melintas di jalan. “Kami sedang dalam kendaraan pengangkut senjata ketika laki-laki Palestina berusia sekitar 25 tahun melintas di jalan. Laki-laki itu tidak melempar batu tidak melakukan apapun. Tanpa alasan apapun tentara Israel menembaknya hingga ia tergeletak di trotoar dan kami berlalu begitu saja tanpa menengok ke belakang lagi” tuturnya.

Bahkan serdadu lain mengatakan bukan persoalan baginya menyiksa perempuan Palestina. Menurutnya ia pernah memukuli seorang perempuan Palestina gara-gara melemparnya dengan sendal. “Saya tendang dia bagian ini (sambil menunjuk ke arah selangkangan) saya patahkan dia jadi tidak bisa punya anak” ungkapnya.

Karin menemukan fakta para prajurit Israel melakukan penyiksaan dan kekejaman sejak minggu-minggu pertama mereka dilatih sebagai tentara. Mereka mengaku para komandannya mendorong mereka bertindak brutal terhadap warga Palestina. Dicontohkan bagaimana sejumlah komandan baru di hari pertama bertugas memukuli seorang anak Palestina berusia 4 tahun. “Kami melakukan patroli pertama dengan seorang komandan jam enam pagi. Ada empat anak sedang main pasir. Tiba-tiba komandan menarik seorang anak dia mematahkan pergelangan tangak dan kaki anak itu serta menginjak perutnya tiga kali. Kemudian ia pergi begitu saja.”

Penelitian Karin yang dipublikasikan sejumlah media massa di Israel ini mengagetkan khalayak Israel yang selama ini meyakini tentara mereka mendapatkan pendidikan etika terbaik dibandingkan tentara-tentara negara lain di dunia. (seto)

Tautan Pendek:

Copied