Mon 5-May-2025

Wawancara khusus infopalestina dengan Syeikh Muhammad al-Haj.

Jumat 3-Agustus-2007

Wawancara khusus infopalestina dengan Syeikh Muhammad al-Hajj anggota Rabithah Ulama Palestina Lebanon

Infopalestina –Tripoli (Lebanon) Pada tanggal 20 Mei 2007 lalu pengungsi Palestina di kamp Nahr Bared utara Lebanon seolah menunggu janji yang mendebarkan dan menakutkan sekaligus yang tak kalah dahsyatnya dengan peristiwa nakbah (hari nestapa) 59 tahun silam.

Selama 70 hari misil dan rudal menghujani kamp pengungsi mereka. Puluhan dari penduduk gugur syahid dan ratusan lainnya terluka. Rumah mereka luluh lantak dengan tanah penghuninya menjadi gelandangan dalam sebuah perang yang tak seimbang seperti pepatah Arab ‘tak ada onta yang mereka miliki’. Tak ada dosa yang mereka lakukan selain hanya mereka kebetulan tinggal di sebuah kamp pengungsi yang dijadikan oleh sebuah kelompok bersenjata sebagai markasnya. Tak ada hubungan antara kelompok ini dengan para penduduk kamp.

Apakah memang perang ini suatu hal pasti yang tidak ada jalan selain darinya atau mungkin bisa dihindari? Apa saja target-target dari perang ini terlebih pada saat kelompok ‘fathul Islam’ telah mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan para pemimpinnya ke pemerintah Lebanon dan perangpun tidak kunjung berhenti?

Lalu kondisi para pengungsi pascatujuhpuluh hari sampai saat ini bagaimana? Skenario apa yang mungkin terjadi pascaredahnya aksi-aksi militer disana? Lalu apakah kamp-kamp pengungsi Palestina yang berada di seluruh Lebanon juga akan mengalami perubahan ke arah yang berbahaya?

Untuk menjawab semua pertanyaan di atas Infopalestina mencoba mewawancarai Syeikh Muhammad al-Hajj anggota Rabithah Ulama Palestina (RUP) Lebanon. Lembaga ini yang selama ini berupaya keras mencari jalan keluar bagi persoalan Nahr Bared. Mereka mengupayakan agar penduduk kamp dijauhkan dari maut dan reruntuhan namun pada saat yang sama mereka tetap menjaga militer Lebanon agar memiliki kekuatannya dan sekaligus menjamin bagi negara Lebanon tetap memiliki otoritasnya atas wilayah yang mereka kuasai. Dalam kaitan ini Syeikh Dr. Faesal Maulawi Ketua Jama’ah Islamiyah di Lebanon mengomentari “Dalam kasus Nahr Bared ini cuma ada satu pihak yang konsen memperhatikannya yaitu Rabithah Ulama Palestina.”

Berikut rincian wawancara

Upaya Rabithah Ulama Palestina

Sejak krisis di Nahr Bared peran RUP di Lebanon terlihat sekali sebagai mediator menengahi masalah ini bisa disebutkan secara singkat upaya-upaya apa yang telah dilakukan lembaga Anda?

Sebelum terjadi kontak senjata di Nahr Bared antara kelompok ‘fathul Islam’ dengan tentara Lebanon lembaga kami memainkan peran yang signifikan dalam meredam api sebelum meletus. Rabhithah mengusulkan satu bulan setengah sebelum upaya militer diambil sebuah prakarsa yang disampaikan kepada faksi-faksi Palestina pimpinan tentara Lebanon dan pihak-pihak keamanan Lebanon lainnya. Prakarsa yang sama juga disampaikan kepada Fathul Islam. Target dari prakarsa itu adalah menjauhkan kamp ini dari hal yang tidak kita inginkan bersama. Di tengah menjalankan prakarsa itu kami dikejutkan dengan kejadian kontak senjata antara militer Lebanon dengan Fathul Islam.

Setelah kejadian itu sejumlah pergerakan sudah dilakukan lembaga kami. Diantarannya mengevakuasi para korban dari kamp dan memasukkan bantuan mensuplai air dan obat-obatan ke kamp. Ini kami lakukan setelah dicapai kesepakatan genjatan senjata selama 4 jam yang kemudian diperpanjang sampai beberapa hari.

Dua pekan setelah kejadian itu lembaga kami mengeluarkan kembali prakarsa baru. Terus kami bergerak secara intensif untuk mengekang dan meminimalisir jatuhnya banyak korban.

Awal mula krisis

Anda tadi menyebutkan bahwa RUP sebelum meletusnya krisis di Nahr Bared menyampaikan prakarsa yang bisa menjauhkan kamp dari dahsyatnya aksi militer. Hal-hal apa yang bersifat pembukaan yang memberikan gambaran tentang akan terjadinya krisis itu? Lalu apa isi prakarsa itu sendiri?

Kami di RUP mengadakan hubungan dengan Fathul Islam dengan didasari oleh keinginan kami untuk menjauhkan kamp dari hal-hal yang tidak kami inginkan. Kamp pengungsi dan sekitarnya terlihat tegang terutama setelah militer Lebanon menerapkan pos-pos pembatas di kamp tersebut. Pergerakan kami saat itu di sisi lain juga mencegah meletusnya perang internal antara faksi-faksi perlawanan dengan Fathul Islam. Ini melihat banyaknya problem yang terjadi antara faksi-faksi ini dengan Fathul Islam selama beberapa bulan sebelum terjadinya krisis di Nahr Bared.

Prakarsa itu berbunyi keputusan kelompok Fathul Islam yang tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Lebanon dan berjanji tidak akan merusuhi keamanan dan kestabilan Lebanon. Tidak meningkatkan problema internal baik dengan pihak yang pro pemerintah atau yang kontra pemerintah Lebanon dan tidak menambah pusat-pusat kelompok di luar kamp Nahr Bared. Mencari cara atau mekanisme untuk mengeluarkan pejuang-pejuang Arab yang jumlahnya mencapai 35 orang dari berbagai warga negara Arab.

Realitanya kami melakukan kontak hubungan dengan semua pihak yang terkait. Dengan pihak Lebanon kami kontak pihak-pihak keamanan dan partai politik baik yang pro dan kontra kepada pemerintah Lebanon. Dengan pihak Palestina kami kontak semua faksi perlawanan tanpa terkecuali.

Semuanya berjalan mulus dan positif dalam bingkai prakarsa itu kecuali satu saja yaitu yang terkait dengan deportasi unsur Arab dari kamp Nahr Bared. Pihak Fathul Islam bersikukuh agar pihaknya-lah yang nanti akan melakukan sendiri deportasi warga Arab dari Lebanon dengan caranya sendiri. Sebaliknya pihak Lebanon juga sama-sama bersikukuh agar mereka-lah yang mendeportasi warga Arab itu dan segera menyerahkan diri kepadanya.

Prakarsa RUP

Setelah terjadi kontak senjata antara militer Lebanon dan kelompok Fathul Islam pihak RUP menyampaikan prakarsa untuk menghentikan aksi perang itu dan membuat hubungan untuk mencapai perundingan politik dalam menyelesaikan krisis tersebut. Dasar apa yang dijadikan pijakan dalam prakarsa ini dan poin-poin penting apa isi prakarsa tersebut?

Setelah meletus aksi perang pihak lembaga kami melakukan mediasi antara kelompok Fathul Islam dengan militer Lebanon dengan landasan menjaga keamanan dan stabilitas Lebanon. Disamping itu juga untuk menjaga kehidupan warga sipil Palestina dan harta benda yang dimilikinya di Nahr Bared sekaligus untuk menegaskan akan peran militer Lebanon dalam menjaga nyawa prajurit-prajuritnya karena mereka adalah tentara nasional. Di bawah tiga judul besar itu kami ingin mewujudkan prakarsa tersebut. Adapun poin-poin prakarsa itu adalah sebagai berikut

Pertama pengumuman genjatan senjata.

Kedua masuknya pasukan koalisi keamanan Palestina ke Nahr Bared dengan tugas menjaga keamanan dan berkoordinasi dengan pihak keamanan Lebanon.

Ketiga pihak Fathul Islam menyerahkan senjata dan markas-markas mereka kepada pasukan keamanan Palestina.

Keempat pergantian pemimpin baru Fathul Islam dari Shaker al-Absi yang terluka dan sembunyi kepada Shahin Shahin.

Kelima pihak pengadilan Lebanon bekerjasama dengan pasukan keamanan Palestina melakukan evaluasi dan pengejaran kepada siapa saja yang terlibat dalam peristiwa terakhir ini.

Kami telah melakukan serangkaian pertemuan dengan elemen-elemen politik tokoh masyarakat Lebanon dan Palestina untuk menjelaskan poin-poin prakarsa ini yang bisa menjauhkan Lebanon dari marabahaya. Tidak hanya bagi kamp-kamp pengungsi saja tapi kepada seluruh wilayah Lebanon.

Sikap Beberapa Pihak Terhadap Prakarsa

Bagaimana kedua belah pihak menanggapi prakarsa ini?

Pihak Fathul Islam setuju dengan prakarsa ini dan mengumumkan responnya kepada RUP. Begitu juga prakarsa ini disambut baik dan mendapatkan dukungan dari pihak Lebanon dan Palestina. Kecuali pemerintah Lebanon yang tetap bersikukuh tetap melakukan perang habis-habisan. Mereka memberikan syarat untuk menghentikan aksi militernya ini adalah agar pihak Fathul Islam menyerahkan diri sendiri ke pemerintah Lebanon tanpa mediator.

Sebelumnya sikap pemerintah Lebanon hampir sejalan dengan sejumlah ide pihak Palestina yang keluar dari konsensus Palestina. Konsensus ini meminta agar dilakukan solusi politik untuk menghentikan krisis Nahr Bared. Pihak Palestina dalam hal ini tetap berpegang teguh dengan sikapnya yang tegas-tegas menolak solusi politik dan mulai menuding yang bukan-bukan terutama kepada RUP. Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang meminta untuk dilakukan penyelesaian secara politik dalam persoalan Nahr Bared ia menjalankan program dari luar. Pihak ini tetap bersikukuh untuk menyelesaikan masalah dengan cara militer tanpa melihat unsur-unsur yang lain terutama yang ada kaitannya dengan hubungan persaudaraan antara Lebanon dan Palestina. Atau bahkan terkait denga eksistensi Palestina di Lebanon.

Kami sampaikan patut disayangkan perbedaan politik di Lebanon dan Palestina menyebabkan penyelesaian Nahr Bared secara damai hilang tak ada hasilnya.

Lalu siapa pihak Palestina dan Lebanon yang menyampaikan dukungannya kepada prakarsa RUP itu?

Seperti yang saya sebutkan tadi bahwa prakarsa RUP mendapatkan dukungan yang luas dan berbagai kemudahan kami dapatkan untuk bisa melakukan pergerakan. Kami juga berhasil menggabungkan berbagai kekuatan dalam menyukseskan prakarsa di lapangan untuk mewujudkan hubungan persaudaraan Lebanon-Palestina. Kami juga menolak penyebutan apa yang terjadi di Nahr Bared adalah perang antara kamp pengungsi dengan militer Lebanon. Atau perang antara pengungsi Palestina dengan rakyat Lebanon sebab masalah ini sangat sensitif yang harus kita waspadai bersama.

Pihak Palestina lainnya yang mendukung prakarsa adalah Gerakan Perlawanan Islam Hamas Jihad Islami Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dan faksi-faksi perlawanan Palestina lainnya.

Sedangkan pihak-pihak Lebanon yang selalu mengadakan kontak dengan kami dan mendukung prakarsa ini adalah Jama’ah Islamiyah (yang diketuai oleh Syeikh Faisal Maulawi) Front Amal Islami (yang diketuai Fathi Yakan) Hizbullah Harakah Amal Partai Nasionalis Sosialis Suriah Perkumpulan Ulama Muslimin (terdiri dari kelompok Sunni dan Syi’ah yang diketuai oleh Syeikh Hassan Abdullah) Mufti Lebanon Syeikh Muhammad Rashid Qabbani Wakil Ketua Dewan Tinggi Islam Syi’ah Syeikh Abdul Amer Qablan Syeikh Muhammad Husein Fadlullah Dr. Usamah al-Rifa’i Petrik Naser Safer sejumlah anggota parlemen Umar Karami (mantan PM Lebanon) Salem al-Hess (mantan PM Lebanon) Najeb Miqaty (mantan PM Lebanon) Mu’in Bashor Ketua Forum Nasionalis Arab dan tokoh-tokoh penting Lebanon lainnya. Bersambung…….

Tautan Pendek:

Copied