Mon 5-May-2025

Abbas Gagal Isolasi Hamas dengan Kemasan Arab

Rabu 4-Juli-2007

Al-Quds – Infopalestina: Presiden Palestina Mahmod Abbas menerima ‘tamparan’ keras yang tidak pernah ia kira dalam pertemuan di Syarm El-Syaikh. Ia berharap mendapatkan dukungan pertemuan kwartet Arab dalam mengisolasi Hamas dan menolak dialog dengan dukungan Amerika – Israel . Namun ia justru harapan itu menemukan respon 180 drajat dari perkiraannya. Pidato Presiden Mesir Husni Mubarak justru memberikan kejutan kuran menyenangkan kepada Abbas dan PM Israel Ehud Olmert. Husni Mubarak menyetukan agar dihentikan konflik dan perseteruan menyatukan barisan Palestina dengan melakukan dialog dan menemukan sikap bersama membicarakan segala hal atas nama rakyat dan masalah Palestina.

Dukungan dialog yang meluas

Tampaknya dukungan terhadap dialog antar faksi di level public Palestina mulai meluas di dunia Arab dan internasional. Inilah yang kemudian membuat Presiden Palestina Mahmod Abbas dan timnya semakin arogan. Sekjen Liga Arab Amr Mosa menegaskan dialog antar pihak-pihak Palestina merupakan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan apa yang mungkin diselamatkan di Palestina. Ia menyebut tuntutan presiden Muhammad Husni Mubarak untuk berdialog Palestina – Palestina merupakan hal penting.

Pada saat yang sama sidang cabinet pemerintah Qatar menegaskan sambutan mereka terhadap ajakan yang diserukan oleh presiden Mubarak terhadap gerakan Fatah dan Hamas agar mereka kembali melakukan dialog. Qatar mengingatkan agar Hamas dna Fatah menghentikan tindakan saling tuduh di media massa untuk menenangkan suasana sehingga bisa terwujud dialog.

Sikap yang sama ditempuh Kerajaan Arab Saudi. Disamping mereka menyerukan dialog mereka juga menyerukan untuk kembali kepada kesepakatan Mekah Mukarramah yang pernah dipimpin kerajaan ini. Meski Riyadl mendukung legalitas pemerintahan darurat namun tidak menghilangkan legalitas parlemen Palestina dan memberikan sikap seimbang terhadap kedua pihak yang berkonflik. Para pengamat memprediksi kerajaan Arab Saudi memiliki peran di masa depan dalam memulai rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bersengketa di Palestina.

Sebagai ganti dari pertemuan yang gagal antara Abbas dan Raja Abdullah bin Abdul Aziz di Oman pada Rabu (27/06) lalu sumber dekat menyebutkan Arab Saudi meminta membatalkan pertemuan karena ingin pertemun dengan timing yang tepat.

Di level internasional sikap Rusia menolak sikap Amerika Serikat dan Israel yang berpihak kepada Abbas dan memperparah krisis di Palestina terutama antara Abbas dan Fatah. Menurut Rusia langkah terakhir ini tidak legal menurut hukum. Menlu Rusia Sergei Lavrov mengkritik sikap Amerika Serikat dan Israel yang menganut politik belah bambu antar anak bangsa Palestina. Ia menegaskan penting persatuan Palestina dan jangan dijadikan Palestina sebagai ajang perang saudara.

Dalam perkembang sikap yang begitu cepat ini tampaknya tembok yang ingin dibangun oleh Mahmod Abbas untuk menghalangi Hamas di Jalur Gaza dengan lagalitas Arab dan dunia Islam sudah hancur sebelum batu-bata pertamanya diletakkan. Bukan hanya itu Abbas dan pendukungnya berada di sebuah tempat yang tidak menyenangkan jika mereka tetap pada sikap dan tindakannya sekarang. Sebab mereka terjun dalam arus yang berlawanan dengan kepentingan Palestina. Apalagi organisasi-organisasi resmi Arab sudah menyadari langung akan bahaya keterlibatan mereka dalam rencana Amerika – Israel .

Sehingga ajakan presiden Abbas dan timnya untuk tidak melakukan dialog dengan Hamas sudah hancur. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor:

  1. Di antara anomaly yang aneh bagi rakyat Palestina dan Arab bahwa pada saat Abbas ngotot tidak menolak dialog dengan Hamas ia duduk satu meja dengan PM Israel Ehud Olmert di Syarm El-Syaikh. Bahkan Abbas menyatakan pada saat itu sebagai pertemuan perdamaian dengan Israel.
  2. Langkah tergesah-gesah dan meragukan serta melanggar norma kewajaran Abbas dan timnya telah mengganggu sikap Arab resmi dalam hubungan dengan Abbas. Langkah itu adalah pencopotan pemerintah persatuan nasional Palestina pembentukan pemerintah darurat secara tidak konstitusional dekrit penolakan Abbas berdialog dengan Hamas dukungan Amerika Israel terhadap langkahnya janji penarikan embargo dari Tepi Barat dan pembebasan tahanan Fatah oleh Israel.

Jadi ajakan Abbas untuk tidak dialog dengan Hamas merupakan bagian dari rencana politik besar yang bernama “isolasi Hamas” setelah gerakan ini menang pemilu dengan suara mayoritas di parlemen Palestina.

  1. Ada kekhawatiran pihak Arab langkah akan mengarah kepada pemisahan Jalur Gaza dari Tepi Barat dan berdirinya negara kecil Palestina sebagai kabar gembira kesepakatan Oslo di Tepi Barat saja. Negara Palestina dengan perbatasan sementara akan didirikan di Tepi Barat. Sementara Israel tetap ingin Jalur Gaza berstatus khusus yang menjadi tanggungjawab negara Arab Mesir karena dianggap ada organisasi terroris. Scenario ini tentu ditolak oleh Mesir dan Arab.
  2. Hamas menyatakan siap dialog tanpa syarat setelah Presiden Mubarak menyerukan dialog di Syarm El-Syeikh. Sementara Abbas tetap pada sikap menolak dialog paling tidak hingga saat ini.

Pihak-pihak Arab tentu tidak akan membiarkan Abbas dan timnya untuk terus menerus menelantarkan ajakan Palestina dan Arab untuk melakukan dialoh internal. apalagi Hamas menampakkan kelenturannya. Jika Abbas tetap pada arogan maka yang justru diisolasi Arab bukanlah Hamas tapi Abbas sendiri meski ia didukung Arab dan Israel . Abbas tidak akan mungkin memperoleh legalitas Arab dan rakyat Palestina sendiri sebab ia sudah pergi terlalu jauh melupakan pilihan para kontestan Palestina kotak suara pemilu dan parlemennya. Jadi arus yang mengisolasi Hamas untuk kepentingan agenda Israel – Amerika pasti akan berbenturan dengan kepentingan Arab jangka panjang atau pendek. Sebab pihak Arab menilai langkah ini membayakan keamanan local dan regional. (h-atb)

Tautan Pendek:

Copied