Mon 5-May-2025

Israel Jatuh dalam Waham Normalisasi Gratis

Kamis 7-Juni-2007

Oleh: Ali Thaimat

Arab terutama orang-orang Palestina mendorong ke arah kelanjutan perundingan dan kompromi final bagi konflik Arab Israel. Barang kali inisiatif damai Arab yang dicetuskan dalam KTT Arab di Beirut tahun 2002 dan dihidupkan kembali dalam KTT Arab terakhir di Riyadh sebagai ungkapan tentang kredibilitas Arab dalam keputusan dan pilihan mereka yang strategis dengan menjadikan perundingan sebagai jalan solusi satu-satunya. Satu dari pandangan orientasi Arab yang jujur dalam hal ini.

Adapun para pemimpin Israel – terlepas masalah partai dan orientasi politik yang dianutnya karena pada akhirnya mereka berhimpun melawan hak-hak Palestina dalam pembebasan tanah (Palestina) pendirian negara dan hak kembali pengungsi Palestina ke rumah-rumah mereka yang diusir dari kampung halamannya pada tahun 1948 – mereka berpindah dari babak yang tadinya hanya melontarkan slogan-slogan kabur yang menipu dan mengatakan apa yang tidak disembunyikan untuk orang Palestina yang terpaksa membenarkan kedustaan dan waham Israel di bawah slogan mengungkap kepalsuan musuh yang mendapatkan perlindungan dan dukungan Amerika Serikat menuju babak yang lebih jelas dan transparan tujuannya tentang perdamaian dan kompromi yang memungkinkan untuk mendirikan babak baru berupa adaptasi damai yang bisa menerima kehidupan dan pembangunan masa depan yang mapan dan aman.

Dalam kaitan ini Menlu Israel Tzepi Livni selanutnya mengungkap hakikat pemahaman Israel terhadap perdamaian yang senantiasa dibincangkan sepanjang babak-babak yang lalu. Yaitu melontarkan esensi konflik Arab Israel di balik punggung dan berjalan di jalan yang tidak menggiring kecuali ke arah yang semakin menambah runcing dan bertolak belakang dari kebenaran dengan klaim-klaim yang dilontarkan ”bahwa perkara yang benar dalam praktek adalah normalisasi hubungan dengan Israel secepatnya dan tidak menunggu-nungu.” Yaitu dengan alasan bahwa memulai normalisasi hubungan dapat ”mendorong proses politik ke depan.”

Hal yang menerjemahkan orientasi Israel juga pandangannya pada perdamaian dan inisiatif damai Arab yang secara bertahab kembali masuk lemari es yang pernah dikeluarkan Arab dari dalamnya dengan harapan bisa meyakinkan dunia yang dipimpin pemerintah Amerika sebagai pihak yang memonopoli proses perdamaian yang beku adalah bahwa mereka benar dalam upayanya menuju perdamaian dan bahwa negara penjajah Israel adalah yang memainkan kesempatan sekaligus membuang-buangnnya bahwa negara penjajah Israel tidak berupaya kecuali untuk normalisasi dan mendapatkan keuntungan tanpa melepaskan ketamakannya seraya melupakan bahwa persoalan utama adalah persoalan Palestina. Bahwa jalan menuju normalisasi seperti disebutkan dalam inisiatif Arab sebagaimana dalam pandangan Israel pada inisiatif tersebut adalah bukti kelemahan Arab dan bukan bukti keinginan Arab pada perdamaian.

Namun sampai kapan penjajah Israel akan tetap menggiring konflik sesuai ketamakannya dan sampai Arab akan tetap memblokade diri mereka sendiri dalam pilihan tunggal yaitu perundingan saja. Sementara penjajah Israel sendiri tidak komitmen pada apapun. Israel berpegang teguh dengan semua alternatif bebas memiliki banyak pilihan. Israel berunding hanya untuk perundingan hingga tak berakhir. Celakanya orang Palestina mengetahui hakikat strategi Israel. Pengetahuannya yang penuh terhadap niat-niat dan tujuan-tujuan Israel tidak menimbulkan apa-apa kecuali menambah terbuangnya waktu dan berkurangnya pendukung perundingan yang dianggap sebagai tabir bagi Israel dalam merealisasikan tujuan-tujuan koloni dan ekspasi ditambah pembelian waktu untuk melanjutkan perang pemusnahan membidik para kader Palestina yang berjuang dan upaya untuk membuat putus ada bangsa yang memproduk kemustahilan dengan potensi seadanya dalam menghadapi pabrik militer yang buas.

Orang-orang yang menegaskan kebutuhan mendesak dilanjutkannya perundingan Israel – Palestina dari para pemimpin negara-negara pemegang keputusan di masyarakat internasional mereka memiliki kewajiban yang lebih penting dan mendalam pada seruan-seruan dan kepercayaan kepada pernyataan-pernyataan Israel yang menyesatkan tindakan penekanan yang sebenarnya kepada pihak Israel serta menghentikan ”memeras” orang-orang Palestina dan menekan mereka melalui blokade dan berbagai jenis tekanan di antaranya adalah keberpihakan secara terang-terangan dan rahasia kepada penjajah Israel dan ketamakannya serta meyakinkan pihak penjajah Israel untuk tidak membuang waktu dan kesempatan inisiatif damai Arab dan keluar dari waham normalisasi gratis. (seto)

*) Harian Qatar al Wathan (03/06/2007)

Tautan Pendek:

Copied