Infopalestina-Nablus: Sebuah riset yang dilakukan seorang peneliti Palestina Munkidz Abu Athwan mengungkap adanya prosedur sanksi paksa yang digunakan otoritas penjara Zionis
Riset yang dilakukan pada 10 Oktober 2005 hingga Mei 2005 di sejumlah kota Tepi Barat ini menunjukan sejauh mana “kemerosotan kemanusiaan” Israel dalam memperlakukan tahanan Palestina dengan mepekerjakan mereka untuk kepentingan perusahaan-perusahaan khusus pemerintah Israel.
Perbudakan dan Eksploitasi
Dalam pernyataan khusus kepada kantor berita aljazeera Rabu (25/04) Abu Athwan – yang bekerja di departemen urusan tahanan Palestina – mengatakan bahwa riset ini terfokus pada praktek eksploitasi dan perbudakan para pekerja di penjara Zionis Israel antara tahun 1967 dan 1980. Dia menegaskan penjara yang menjadi focus risetnya adalah penjara pusat dan utama yang menjadi rujukan masa itu. Seperti penjara Nablus Lama penjara pusat
Abu Athwan menjelaskan para tahanan dipaksa untuk bekerja secara hina dan terbuka tanpa mendapatkan imbalan kecuali sepotong rokok atau makanan. “Mereka dipekerjakan untuk pembangunan membuat rantai kendaraan membuat tank dan fasilitas militer lainnya. Mereka benar-benar mengalami eksploitasi dan perbudakan” imbuhnya.
Kesulitan yang dihadapi Abu Athwan dalam risetnya sebagaimana dia tegaskan kepada aljazeera adalah karena riset ini dilakukan atas usaha dan dana pribadi. Selain tidak-adanya alat transportasi antar
Abu Athwan menjelaskan bahwa risetnya ini lebih konsen untuk mengungkap factor-faktor dan sebab-sebab yang mendorong terjadinya eksploitasi para tahanan Palestina yang dipaksa bekerja di dalam penjara tersebut. Dia mengatakan “Penjara penjajah
Abu Athwan mengisyaratkan “
Empat Batang Rokok
Mantan tahanan Palestina dari kta Nablus Shadiq Faishal yang ditahan dalam penjara Israel antara tahun 1971 dan 1984 menggambarkan bahwa kerja paksa di dalam penjara Israel adalah bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap para tahanan. “Tujuannya bukan untuk memperbaiki tahanan sebagaimana yang mereka klaim” tegasnya.
Kepada aljazeera Shadiq mengatakan “Kami bekerja di pabrik penjaitan baju di penjara Nablus Lama. Kami mengalami tekanan dan perlakukan sangat buruk setiap hari. Kami selalu diawasi penjaga penjara. Pekerjaan itu besifat wajib dan perbudakan.”
Shodiq menambahkan “Kami dipaksa kerja dengan imbalan 4 batang rokok.
Dia menegaskan “
Menanggapi terungkapnya kasus ini Ketua International Solidarity Organization di Nablus Faris Abu Hasan mengecam tindakan
Dalam pernyataan khusus kepada aljazeera Abu Hasan menjelaskan bahwa tujuan