Mon 5-May-2025

Geng-geng Zionis .. Teror dan Pembantaian Tahun 1948

Sabtu 26-Mei-2007

Infopalestina-Alquds: Mendekati berakhirnya pemerintahan mandataris Inggris di Palestina eskalasi aksi-aksi kejahatan dan teror yang dilakukan geng-geng Zionis terus meningkat. Terutama pada bulan April 1948 tidak saja sekadar aksi kecil-kecilan seperti pada bulan-bulan sebelumnya. Namun mulai melakukan pendudukan tanah dan mengusir warga Palestina dari rumah-rumah mereka.

Aksi teror geng-geng Zionis tersebut tidak bisa dilepaskan dari dampak keputusan PBB dan negara-negara lain atas pembagian wilayah Palestina. Aksi terror tersebut dibarengi dengan sejumlah aksi pembantaian biadab seperti pembantaian Deor Yason yang sangat terkenal. Tujuanya adalah untuk mengitimidasi dan meneror warga sipil dan memaksa mereka hengkang meninggalkan tanah dan kampung halaman mereka untuk mengungsi ke luar.

Berikut ini adalah paparan penting aksi-aksi kejahatan geng-geng teroris Zionis Israel yang dilakukan para bulan-bulan terakhir menjelang berakhirnya pemerintahan mandataris Inggris di Palestina yang berakibat pada terjadi nakba (tragedy) kemanusiaan di Palestina dan pendudukan sebagian penting wilayah Palestina oleh penjajah Zionis Israel pada 15 April 1948.

Konfrontasi di Luar dan Teror di Dalam

Agresi dan pembantaian yang dilakukan Zionis Israel bertambah buas sehingga memunculkan ancaman serius terhadap kondisi di Palestina. Hal itu nampak ketika pemeritnah Amerika mengupayakan draf resolusi pembagian wilayah Palestina dan Amerika pun mendukung kesepakatan rekomendasi yang menempatkan Palestina di bawah mandatarisnya secara langsung. Hal ini diakibatkan oleh situasi berdarah-darah yang diakibatkan oleh rekomendasi pembagian wilayah Palestina. Upaya Amerika ini didukung oleh banyak negara.

Berdasarkan perkembangan ini Zionis Israel menyusun rencana menggagalkan upaya apapun yang mungkin dilakukan Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak untuk membatalkan atau melaksanakan resolusi pembagian Palestina tersebut. Zionis Israel memutuskan untuk melakukan konfrontasi terhadap PBB atas realitas yang ada dari awal bulan April. Zionis Israel mulai melakukan serangan umum dalam apa yang disebut operasi “Nicshon” (Dalit Plan) dengan melakukan dua gerakan: pertama dari Tel Rabi (Tel Aviv) dan kedua dari al Quds (Jerusalem). Dalam aksi-aksi ini dan untuk pertama kalinya Zionis Israel menggunakan pasukan dalam bentuk batalyon. Targetnya dalan pertemuan di Sahl Ellatrun dan membagi Palestina menjadi dua bagian dengan membuka jalan dari Tel Rabi menuju al Quds dan menyapu bersih puluhan desa Palestina.

Koamndan pasukan Zionis Israel kala itu David Bin Gorion yang menjadi PM Israel pertama menjelaskan akibat dari serangan yang dilakukan Zionis Israel terebut dengan mengatakan “Aksi (Dalit Plan) ini telah membersihkan jalan menuju Jerusalem pada awal April Jerusalem (Barat) kembali berhasil diduduki hampir seluruhnya. Mengusir banteng-bateng dari Haifa Yafa Thiberia dan Shafad sementara pemerintahan mandataris Inggris masih tegak di Palestina. Hagana telah melaksanakan kewajibannya.”

Dengan ini Zionis Israel bermaksud dengan serangan umumnya untuk meneguhkan kepada Amerika bahwa Israel mampu melaksanakan pembagian (Palestina) dengan kekuatan. Untuk itu aksi-aksi teror mereka terus meningkat hasilnya adalah dikuasainya desa Arab Palestina Qistal.

Pembantaian Deir Yasin

Dalam waktu yang sama sebagai bagian dari rencana serangan umum Israel segera langsung merancang pembantaian di desa Deir Yasin yang berada di pinggiran al Quds Barat (al Quds al Gharbiyah). Peristiwa ini terjadi pada 9 April 1948.

Aksi pembantaian yang dilakukan geng-geng Zionis Yahudi ini merupakan bagian dari rencana agency-agency Yahudi yang mereka buat jauh sebelum pelaksanaan pembantaian Deir Yasin. Mereka telah menetapkan bulan April sebagai waktu pelaksanaan yaitu sebulan sebelum berakhir pemerintahan mandataris Inggris berupa siasaat brutal untuk mengintimidasi warga sipil Palestina dan memaksa mereka untuk hengkang dari tanah dan rumah-rumah mereka sendiri setelah mereka ketakutan karena mereka terancam.

Bila orang-orang Yahudi seperti penulis Israel John Kimhi menganggap pembantaian Deir Yasin sebagai “pendiskriditan telanjang paling biadab” dalam sejarah mereka maka para pemimpin mereka yang berlumuran darah menyebutnya sebagai kemenangan yang melempangkan jalan pendirian entitas Zionis Israel. Menachem Begin yang memimpin pembantaian Deir Yasin mengatakan “kalaulah tidak kemenangan dalam Deir Yasin tentulah tidak ada yang namanya negara (entitas Israel).” Sementara lembaga-lembaga HAM dan kemanusiaan kala itu menyebut pembantaian Deir Yasin sebagai pembantaian yang disengaja. Wakil Palang Merah Internasional yang berkunjung ke desa dua hari setelah pembantaian karena dihalangi oleh pihak Zionis Israel menyebut pembantaian Deir Yasin sebagai “pembantaian yang disengaja dan sama sekali tidak memiliki alasan sah kecuali nafsu untuk membunuh dan mengintimidasi warga sipil yang aman.”

Penjajah Zionis dan Nakhba

Pembantaian Deir Yasin bukan satu-satunya peristiwa yang membuat miris dan mengerikan bagi rakyat Palestina sehingga mendong mereka untuk lari meninggalkan tanah air kampung kelahiran mereka. Namun ada dua pembantaian lain yang menyusul pembantaian Deir Yasin pada 10 April 1948 di wilayah utara Palestina. Kaum teroris Zionis memilih dua desa Beit al Khuri dan Nashruddin. Kedua desa ini terletak dengan Tiberias. Meskipun jumlah korban dalam dua pembantaian ini lebih sedikit dibandingkan dengan pembantaian Deir Yasin namun korban mencapai 60% dari total warga di kedua desa tersebut.

Sebagai hasil dari serangan-serangan agresi Zionis Israel terhadap orang-orang Palestina yang bertujuan untuk menguasai tanah-tanah mereka dan mengusir penduduk dari kampung halamannya yang dimulai dari bulan April hingga menjelang akhir bulan Mei tahun 1948 maka dua wilayah Samkh dan Tiberias berhasil mereka duduki dan dikosongkan dari warganya pada 19 April. Disusul kemudian Haifa dan Yafa pada 28 April al Qatmun di al Quds pada 30 April Safad pada 12 Mei Bisan pada 11 April dan Akka pada 16 April.

Sebagaimana pendudukan tanah Palestina 59 tahun lalu oleh geng-geng Zionis Yahudi dengan menggunakan kekuatan di bawah persetujuan dan restu Inggris secara terang-terangan dan ketidakmampuan bangsa-bangsa maka mengembalikannya tidak bisa dilakukan kecuali dengan cara yang sama melalui tangan-tangan pejuang perlawanan. Tanpa harus tunduk kepada kompromi hina yang ingin mengakui eksistensi penjajah dan menyerah pada perkara realitas dengan mengorbankan hak-hak dan prinsip-prinsip (bangsa Palestina). (pic/seto)

Tautan Pendek:

Copied